Sesungguhnya vote dan komen itu mudah guys
jangan lupa komen ya karena aku pengen banget baca komen kalian semua <3
gamsahabnida~
.
.
Jaehyun's POV
"Kurasa aku gabisa jatuh cinta dengan keadaan keluarga kayak gini."
"Jangan nganmbil kesimpulan terlalu cepet."
"Luka yang Papa kasih terlalu dalem jadi... aku bakal nyerah."
.
.
"Jaehyun... ini elo kan?"
Mingyu mengerjapkan mata melihatku di depan Daycare. "Kaget gue, udah lama ya kita ngga ketemu." sapa Mingyu seraya menutup mulutnya.
"Temenin gue minum." pintaku singkat sembari Mingyu masih menatapku seperti orang hilang yang akhirnya ditemukan, kulirik seragam warna cerah yang Mingyu kenakan; begitu lucu untuk postur tubuhnya yang besar.
"gue kira mau jemput murid hahaha~" Mingyu tertawa lega. "Em.... gue udah ngga minum tapi gapapalah gue nemenin aja deh, kayaknya banyak hal yang mau diomongin."
Aku tersenyum menatap punggung Mingyu yang kembali masuk ke dalam Daycare, berharap melihat sosok perempuan itu.
Perempuan yang menorehkan kenangan itu, Kenangan disaat aku hampir menyerah terhadap hidupku.
dia yang mengubah sekaligus menghancurkan hatiku.
.
.
"Gimana kabar lo?" Mingyu menuang soju di gelasku, ia berhenti minum sejak kerja di Daycare untuk menyesuaikan dengan pekerjaan yang berhadapan dengan anak-anak.
"seperti yang lo duga, banyak hal yang mau gue ceritain." Ungkapku kemudian menyeruput soju perlahan.
"Oh ya.... Terakhir lo bilang mau ketemu psikiater." Ucap Mingyu mengingat ingat, "gimana hasilnya?"
Aku menatap botol kosong sembari daging yang Mingyu masak mulai matang tercium, "gue kena Post Traumatic Syndrome Disorder."
Mingyu tertegun kemudian menaruh daging di mangkuk, "Karena bokap? separah itu ya?"
Mingyu adalah sahabatku sejak kuliah, berkali-kali ia jadi saksi kekerasan Papa terhadap mama dan aku ketika bertandang kerumah. dia lah tempatku bercerita ketika masalah di rumah terlalu menyakitkan untuk dipendam.
"Gue cerita kalo gue ngga bisa merasakan perasaan orang lain; ngga bisa jatuh cinta." Aku mulai bercerita, "Psikiater bilang gue trauma berat karena kekerasan dalam keluarga jadi secara ngga sadar gue menghindar dari perasaan yang terlalu dalem."
Aku menuang soju seraya Mingyu berucap, "Jaehyun... bokap lo udah dihukum yang setimpal atas kejadian itu, bukannya lu bilang kalo itu cukup?" Tanya Mingyu
"Bener." Jawabku singkat, "gue hampir nyerah dalam sesi konseling sampai suatu hari gue kenal orang yang tulus banget sama gue tapi... PTSD-nya ngga kunjung reda dan bikin dia nyerah... dia ngga mau ketemu gue lagi, hancurnya sama banget.... kayak liat Mama yang tewas disiksa Papa."
"Astaga." Mingyu menghentikanku untuk menuang soju lebih banyak, "Malah setelah doi nyerah... lo mulai merasakan sesuatu?"
"Awalnya gue mau terapi lagi." Jawabku dengan pandangan buram, "Tapi gue ngga sanggup mulai dari awal, kekecewaan ini parah banget... gue takut traumanya ngubah gue."
"Jae... Jaehyun... Jung Jae..." suara Mingyu lamat lamat hilang dari pendengaran.
.
.
Dain's POV
Semakin hari Juyeon semakin meresahkan.
"Pa--- pake bajunya nanti kamu masuk angin." titahku gugup
Juyeon tersenyum dengan mata terpejam, "Kamu ngga suka ya liat aku kayak gini?" bisiknya seraya merapatkan diri memelukku, wangi sabun, tubuh dingin dan rambutnya yang sedikit basah bersentuhan dengan leherku. "Ehm... badan kamu kok panas banget?" ledeknya dengan tawa kecil.
"karena... karena aku grogiiiii" ucapku seraya menutup wajah yang semakin panas.
"Ini namanya.... PDKT." Juyeon tersenyum seraya membuka mata. "santai aja kita kan sering pelukan sebelum tidur? cuman sekarang aku rada kegerahan aja."
Apa maksudnya gerah? em... itu kode ya? Batinku.
"Yaudah aku coba lebih santai... deh." Ucapku sambil mengatur nafas beberapa kali membuat Juyeon mendengus kecil.
"Gemesin banget." gumamnya, Kumainkan rambut Juyeon dengan tangan membuat aroma shampoo menempel di sela sela jari, aku suka banget kebiasaan dia yang mandi sepulang kantor tapi aku malu mengutarakannya, hhhh.... PDKT ini rasanya bakal lama.
Beberapa saat kemudian ponselku bergetar, kuintip Juyeon – khawatir ia terbangun karena gerakan yang tiba-tiba- tapi ternyata ia sudah terlelap. Aku beringsut mengambil ponsel dan muncul nomor Mingyu di layar.
"Ha... halo?" ucapku mengawali pembicaraan. "Tumben lu nelpon malem-malem, ada apa?"
"Gue sama Jaehyun." Jawabnya dari seberang telepon, "Tapi doi teler banget, mau gue anter pulang tapi gue ngga tau rumahnya yang sekarang."
Aku menelan ludah merasakan tenggorokan yang tercekat. Jaehyun mabuk mabukan? Apa terjadi sesuatu? Batinku
"Dain, halo?" panggil Mingyu membuyarkan pikiranku.
"Alamatnya gue chat ya." jawabku memelankan suara, "Jaga dia baik-baik ya."
"Gue...... cemburu, Sunwoo." suara Juyeon memecah keheningan, kutengok matanya yang terpejam dengan nafas teratur. "Gue diem bukan berarti ngga cemburu."
Aku menghela nafas setelah mengirim chat untuk Mingyu, kusentuh pundak Juyeon yang dingin. Apa ini perasaan dia yang sebenarnya? Kupikir dia ngga cemburuan.
"Ju....Juyeon.... Kamu tidur?" panggilku lirih.
Tubuh Juyeon menggeliat pelan, matanya yang merah terbuka, "he'eh... kenapa?"
Dengan konyol tiba-tiba aku bertanya, "Ka-- kamu sayang ngga sama aku?"
Mata Juyeon mengerjap perlahan tanda kantuknya masih tertinggal disana, "Mau bukti?"
tiba-tiba ia mencengkram tangan dan duduk diatas tubuhku, membuatku menggeliat panik dan refleksi jempol kakiku mencubit pahanya membuat pria itu rubuh.
"Kamu ngapain??" Juyeon tertawa tak percaya, "Jempol kakinya kok bisa gitu??"
Aku manyun dengan wajah super panas, "ma... maaf aku belajar itu dalam rangka pertahanan diri." Jawabku malu "Lagian ngapain tiba-tiba duduk diatas?? aku... baru mau nanya~~" ucapku sambil membalikkan badan menjauhi Juyeon.
"kalo kamu gimana?" Juyeon kembali memelukku dari belakang, "kamu sayang aku kan?"
kalimat itu jadi pertanyaan besar untukku, apa aku mulai sayang sama dia? kalo iya kenapa sampai detik ini aku masih khawatir sama keadaan Jaehyun?
"Hmm... rahasia~" Jawabku usil dan memberinya kecupan, "Selamat tidur." Kucium pipi dan meninggalkan Juyeon yang bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stealer • THE BOYZ JUYEON ✓
FanfictionKetika pernikahan dilandasi rencana untuk menghancurkan orang lain #8 nc-17 #5 nc-17 #10 woobin #8 woobin ©Mamacis, 2020 Publish 7th Oct 2020 Finish 8th Nov 2020 Revision 22th Apr 2021