PART 10 - On the way

757 122 12
                                    

Let's start here!

🌞
_______________________________

Seperti yang dikatakan Zayle, mereka sekarang sedang bersiap-siap pergi ke Townsville. Kastil Ocean sementara dipimpin oleh perdana menteri—Louis Sea—yang tak pernah menujukkan keberadaannya. Karena perdana menteri Louis tidak terlalu menyukai keramaian, hanya saat tertentu perdana menteri Louis menampakkan dirinya.

Hingga saat ini, Enfys belum melihat tanda-tanda keberadaan Okan. Ia ingin mengucapkan selamat tinggal padanya sebelum pergi. Meskipun Okan hanya seekor lumba-lumba, gadis itu sudah menganggapnya sebagai saudara. Ia beberapa kali menanyakan Okan pada Zayle, tapi laki-laki itu selalu menjawab, "Okan pasti sedang bersama kekasihnya."

Jawaban Zayle tentu saja tidak dipercayai Enfys 100%. Enfys tak mudah percaya begitu saja. Tak mungkin Okan bersama kekasihnya sampai berhari-hari, pasti terjadi sesuatu padanya dan Zayle menutup-tutupinya. Perasaan Enfys sangat peka akan hal itu.

Tapi, sekarang tujuannya adalah Kota Townsville. Kota kelahirannya. Ia akan mencari dokter itu sampai ketemu, sampai ke ujung dan sudut-sudut kota Townsville. Ia sangat bersemangat, tak sabar menjadi manusia seutuhnya.

Enfys tersenyum sambil memandangi lautan yang ada di hadapannya. Zayle dan dirinya akan berenang sampai ke kota Townsville. Hanya itu cara satu-satunya pergi ke kota Townsville. Bagaimana mereka tau arah ke kota Townsville? Tentu saja mengikuti arah terbangnya pesawat. Sangat cerdas, 'kan?

"Townsville aku datang," batin Enfys.

Zayle dan Enfys mulai berenang beriringan. Zayle menggenggam tangan gadis itu, ia tau Enfys sedikit payah menggunakan ekornya. Sudah setengah hari mereka lalui, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar dan mengisi tenaga mereka.

Gadis itu membawa sisa ikan bakarnya, ikan bakarnya ia taruh di dalam cangkang kerang yang besar sehingga ikan bakarnya itu tidak mengenai air laut. Sedangkan Zayle sangat simple ia hanya mencari ikan-ikan kecil, kemudian melahapnya utuh. Setelah merasa kenyang, mereka melanjutkan lagi. Tak ingin mensia-siakan waktu yang ada.

Matahari mulai terbenam kemudian digantikan bulan yang bersinar terang di angkasa.

"Zayle, ekorku rasanya mati rasa. Kita istirahat dulu, lagi pula ini sudah malam." Zayle hanya mengangguk menuruti kemauan Enfys.

Mereka beristirahat di dasar laut, tepatnya di atas batu karang. Untung saja mereka tidak berada di laut dalam, kalau itu terjadi mungkin mereka sedang dikejar-kejar ikan hiu dan semacamnya.

"Aku tak sabar. Rasanya ingin cepat-cepat sampai di Towns—"

"Kemudian bertemu orang tuamu, 'kan?" potong Zayle dengan cepat tanpa menatap wajah Enfys.

"Hei! Kau ini." Enfys menjitak kepala Zayle. Wohoo ... gadis itu berani menjitak kepala seorang pangeran mermaid untuk kedua kalinya.

"Itu tidak benar tau! Aku sudah melupakan mereka," sambungnya.

"Terserah kau saja." Zayle mengusap kepalanya yang terasa sakit.

"Sudahlah, ayo tidur."

Mereka mulai terlelap dalam tidur. Bayangkan betapa lelahnya mereka. Berenang melewati lautan lepas dan hanya berbekal kan makanan. Bayangkan jika kita melakukan hal itu, mungkin kita akan mati di tengah laut saking tidak kuatnya.

Destiny Of Life [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang