Setelah bertemu penggemarnya, hati Enfys kembali senang dan berbunga-bunga. Sedaritadi ia berdiri di balkon tersenyum-senyum sambil memandangi bintang-bintang, Zen yang sedang duduk di sofa mengalihkan pandangannya ke arah Enfys. Ia bergidik ngeri, kenapa gadis ini senyum-senyum sendiri? Apa gadis ini kerasukan buto ijo? Atau kerasukan kolor ijo?
Zayle yang dari kamar mandi menghampiri kakaknya lalu menepuk pundak kakaknya. Zen tersentak kaget, ia mengusap-usap dadanya menormalkan degup jantungnya.
"Tumben kaget? Kenapa, Kak?" tanya Zayle lalu duduk di sebelah Zen.
Zen membenarkan posisi duduknya kemudian menjawab pertanyaan sang adik, "Tuh cewek kerasukan apa? Dari tadi aku perhatiin senyum-senyum sendiri." Zen menujuk Enfys.
"Enfys sedang bahagia. Dari dulu pengen ketemu penggemarnya, akhirnya kesampean," jawab Zayle ikut memperhatikan Enfys. Zen mengangguk paham.
"Aku pikir kesambet buto ijo atau kolor ijo," kekeh Zen.
"Kalau dia denger, aku pastikan akan mengamuk," ucap Zayle.
Kakak beradik itu terus memperhatikan Enfys. Gadis itu tampak memegangi kepalanya dan tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri.
"Enfys!" pekik Zayle dan Zen bersamaan.
Zayle segera menggendong Enfys kemudian dibaringkan di sofa. Zen ingin menghubungi dokter, namun Zayle melarangnya. Zayle dan Zen panik, kenapa gadis ini tiba-tiba tak sadarkan diri?
Zen meletakkan telapak tangannya di dahi Enfys untuk mengecek suhu tubuhnya. Gadis ini tak demam, lantas apa yang mendasari gadis ini tak sadarkan diri?
Zayle dan Zen tampak berpikir. Kemudian Zayle menepuk jidatnya. Yang diperlukan gadis ini adalah air untuk berendam. Ia tadi juga pusing, setelah berendam di air dirinya tampak segar kembali.
Lelaki itu langsung menggendong Enfys menuju kamar mandi kemudian didudukkan di dalam bath up. Zen mulai mengisi bath up dengan air, sedangkan Zayle menyirami kaki Enfys. Perlahan kaki Enfys berubah menjadi ekor duyung. Zen dan Zayle tetap menunggu gadis ini sadar.
Zen mondar-mandir di dalam kamar mandi dengan perasaan khawatir sekaligus cemas dan Zayle masih setia memandangi wajah cantik Enfys yang tampak damai. Bulu matanya lentik, pipinya sedikit chubby, bibirnya tipis berwarna merah muda, dan hidungnya yang sedikit mbagir, sangat sempurna di mata Zayle.
Beberapa saat kemudian Enfys membuka matanya perlahan, kepalanya masih terasa sakit dan tubuhnya terasa nyeri karena posisi duduknya kurang tepat. Ia memandangi kakinya yang telah berubah menjadi ekor. Lalu menatap Zayle dan Zen bergantian.
"Sebelum kau bertanya. Aku akan menjawabnya. Kau tadi tiba-tiba pingsan karena sudah lama tak berendam di air. Kau merasa pusing, 'kan?" jelas Zayle.
"Aku merasa pusing sekali," ujar Enfys.
"Seorang mermaid tak bisa jauh-jauh dari yang namanya air, Enfys," tutur Zen ikut menimpali.
"Kau berendam dulu sampai beberapa jam. Aku dan Zen pergi dulu," ucap Zayle menepuk pundak Enfys.
"Eh, kalian gak boleh pergi. Temanin aku di sini," pinta Enfys.
Namun, Zen dan Zayle tetap berjalan keluar dari kamar mandi. Enfys merasa geram, karena permintaannya tak dituruti. Ia mengambil shower kemudian diarahkannya ke Zen dan Zayle. Kedua lelaki itu tersentak kaget, pakaian mereka sudah basah kuyup. Kakak beradik itu menoleh dan mendapati Enfys yang tersenyum lebar.
Akhirnya mereka bertiga berubah menjadi duyung. Enfys tertawa melihat wajah Zayle dan Zen yang tampak kesal. Zayle mengerucutkan bibirnya, sedangkan Zen menggembungkan pipinya. Mereka tampak menggemaskan.
Enfys memberhentikan tawanya kemudian menatap ekor Zen yang tampak berbeda dari ekor Zayle. Ekor Zen berwarna silver, sedangkan ekor Zayle berwarna biru. Ia lalu teringat ucapan Lovie, kalau Zayle itu bukan murni seekor duyung.
"Kau kenapa memandangi ekorku, Enfys?" tanya Zen penasaran.
"Kepo," ucap Enfys.
"Kau ini! Selalu membuatku kesal," ujar Zen menatap sebal Enfys. Yang ditatap malah tersenyum mengejek.
Zen merasa kesal langsung melayangkan sabun batangan ke kepala Enfys.
"Auu ... kau kasar sekali Zen," ringis Enfys.
"Kakak ini gimana sih? Sama cewek jangan kasar-kasar. Perihal masalah sepele aja marah. Dasar baperan." Zayle menggeser tubuhnya lalu mengusap-usap kepala Enfys.
"Siapa yang baperan?" tanya Zen jengkel.
"Kau!" seru Enfys dan Zayle secara bersamaan.
Zen yang merasa tersudutkan langsung memalingkan wajahnya. Enfys dan Zayle yang melihat itu tertawa senang.
Tiba-tiba bel apartemen berbunyi, hal itu membuat mereka panik setengah mati. Zen segera mengambil handuknya untuk mengeringkan ekornya. Setelah berubah menjadi kaki, Zen menyuruh Zayle dan Enfys untuk tetap berada di kamar mandi sementara ia akan membuka pintunya.
Zen menutup pintu kamar mandi lalu dengan setengah berlari membuka pintu apartemen. Di hadapannya kini berdiri seorang wanita berambut silver dengan dandanannya yang menor, namanya Berlly. Pasangan model iklan Zen minggu depan.
Berlly masuk begitu saja, menyerahkan mantelnya pada Zen lalu duduk di sofa dengan seenaknya, lelaki itu hanya membututinya dengan pasrah.
"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Zen menatap Berlly yang tengah sibuk melihat ponselnya.
"Hanya berkunjung," jawab Berlly dengan enteng.
"Tenggorokanku rasanya kering, kenapa tidak ada apapun di sini," sindir Berlly.
Zen yang mengerti dirinya sedang disindir segera pergi ke dapur mengambil sirup dingin untuk Berlly. Selama menuangkan sirup ke gelas, dirinya selalu menggerutu kesal.
Ia letakkan sirup itu meja, kemudian duduk di hadapan Berlly. Wanita itu langsung meminum sirup itu sampai habis. Ternyata wanita ini memang sedang kehausan.
"Apa yang membawamu ke sini?" tanya Zen sekali lagi.
"Sudah kubilang, aku hanya berkunjung," jawab Berlly masih menatap layar ponselnya.
"Kalau sedang ditanya seseorang, jangan memainkan ponsel. Itu tidak sopan namanya," tutur Zen.
Berlly segera meletakkan ponselnya kemudian menatap Zen.
"Di mana kamar mandimu? Aku ingin buang air," tanya Berlly.
"Di sana." Zen menunjuk pintu berwarna putih.
Berlly segera melangkah ke kamar mandi, tiba-tiba Zen teringat sesuatu. Bukankah di kamar mandi masih ada Zayle dan Enfys? Dengan segera ia menghalangi Berlly.
"Kau kenapa Zen? Aku ingin buang air," ujar Berlly masih memegang gagang pintu kamar mandi.
Zen tetap keukeuh berdiri di depan pintu kamar mandi. Bisa gawat jika Berlly tau keberadaan duyung. Berlly mendorong tubuh Zen agar menjauh dari pintu dan itu berhasil. Wanita langsung membuka pintunya, seketika matanya membulat.
Berlly mengerjapkan matanya beberapa kali. Di depannya kini terdapat dua orang berjenis kelamin berbeda sedang berpelukan di dalam bath up.
"Zayle! Kenapa apartemenmu ada orang yang sedang bercinta. Sungguh memalukan!" Berlly segera mengambil barang-barangnya dan keluar dari apartemen Zen.
Bercinta? Siapa yang sedang bercinta? Zen segera masuk ke dalam kamar mandi dan mendapati Enfys dan Zayle sudah berubah menjadi manusia. Untung saja mereka sudah berubah menjadi manusia seperti semula.
"Kenapa Berlly mengatakan kalian sedang bercinta?" tanya Zen.
"Kami hanya berpelukan," ujar Zayle.
"Kalian yakin hanya melakukan itu? Kalian tidak bercinta, 'kan?" goda Zen.
"ZEN!"
Bersambung....
Sesuai janji, hari ini double up ya😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Life [END]✓
Fantasi[CERITA FANTASI] 🔴Hanya khayalan semata🔴 Seorang atlet renang, Enfys Delmara harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya sekarang adalah seekor mermaid. Ia hidup sebatang kara di tengah lautan karena dibuang oleh kedua orang tuanya, kemudian hadi...