PART 17 - Pasar Malam

686 96 9
                                    

"Jangan pernah lupakan tujuan awalmu demi kesenangan yang sementara."


_____________________________

Sudah seminggu lebih Zayle dan Enfys tinggal di apartemen Zen, mereka sama sekali belum mencari keberadaan dokter itu. Ibarat ingin menabung untuk membeli novel, eh malah uangnya untuk membeli jajanan. Seperti itulah mereka berdua, melupakan tujuan awalnya pergi ke daratan.

Sekarang mereka berdua sedang bersenang-senang di sebuah pasar malam yang terletak di taman yang tak jauh dari apartemen Zen. Tentunya Enfys masih memakai masker untuk menutupi wajahnya. Sedangkan kakak dari Zayle itu tidak ikut pergi ke pasar malam karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan managernya soal pekerjaan. Meskipun sudah malam, Zen masih bekerja seperti itu. Pantas saja dirinya sukses seperti sekarang.

Di pasar malam itu, Zayle menjadi pusat perhatian semua orang, termasuk kaum hawa. Ia memakai celana jeans selutut dan kaos berwarna hitam dibagian punggungnya bertuliskan "I Like You Girls". Siapapun yang membaca kalimat itu wajahnya pasti memerah.

Sedangkan Enfys yang tau partnernya menjadi pusat perhatian langsung menariknya menjauh dari kerumunan orang. Lelaki itu hanya menurut ditarik-tarik seperti anak kecil.

Kini mereka duduk di salah satu bangku yang jauh dari jangkauan orang. Tempatnya juga remang-remang.

"Kamu sengaja, ya? Caper ke cewek-cewek?" tanya Enfys dengan sebal.

"Aku gak suka," lirih Enfys.

"Tidak. Kenapa kau ... ah, sepertinya aku tau. Kau sedang cemburu ya," goda Zayle menaik-naikan kedua alisnya sambil tersenyum jahil. Pipi Enfys seketika memerah mendengarnya. Apa ia cemburu? Tapi, ia tak memiliki hak untuk cemburu, dirinya bukan siapa-siapa, hanya teman bagi Zayle.

"Siapa bilang aku cemburu. Kalau kau menarik perhatian semua orang, mereka pasti memperhatikanku juga," elak Enfys dan Zayle tersenyum kecil. Perkataan gadis ini ada benarnya juga.

"Kau pakai masker dan jaket ini." Enfys memberikan masker cadangan dan hoodie yang kini dikenakannya.

"Kalau kau kedinginan bagaimana?" tanya Zayle sambil menerima masker dan hoodie Enfys berwarna biru kemudian dikenakannya.

"Aku tidak akan kedinginan. Cepat pakailah! Dan lain kali jangan memakai kaos yang ada tulisannya. Pakai kaos yang polos aja!" perintah Enfys dan dibalas anggukan oleh Zayle.

Setelah kejadian di bangku itu, kini mereka kembali masuk ke dalam pasar malam. Enfys menarik tangan Zayle menuju gerobak permen kapas, ia selalu antusias jika melihat permen kapas, Enfys menyukai makanan manis itu. Gadis ini ingin sekali memakannya, tapi kondisi tidak memungkinkan. Akhirnya permen kapasnya dibungkus dan akan dimakan saat pulang nanti.

Sekarang giliran Zayle menarik Enfys menuju sebuah stan permainan bola lempar. Jika bola mengenai sasaran, makan pemenang berhak mendapatkan hadiah yang dipajang. Zayle ingin mencoba memainkannya.

Lelaki itu mengambil satu bola dan meleset. Ia mengambil bola lagi, tetapi meleset lagi. Ini adalah bola ketiga sekaligus terakhir, lelaki itu menjampi-jampi agar bola terakhirnya terkena sasaran, namun tetep saja tak kena sasaran. Zayle menggeram kesal, bagaimana bisa lemparannya tak kena sasaran. Niat hati ingin menujukkan skillnya, namun keberuntungan tak memihaknya.

Enfys tertawa melihat Zayle. Meskipun lelaki itu memakai masker, gadis ini mengetahui kalau Zayle terlihat sedang kesal karena lemparannya tak kena sasaran. Kini giliran Enfys yang mencobanya.

"Dasar payah! Lihatlah caraku melempar," ujar Enfys mengambil bola pertamanya.

Enfys melempar bola pertamanya dan, ya! Mengenai sasarannya. Gadis itu tersenyum bangga pada dirinya yang hebat ini. Lelaki yang berada di sampingnya itu menggerutu kesal, bagaimana bisa ia kalah dengan seorang perempuan lemah seperti Enfys? Memalukan!

"Dasar payah, dasar payah, dasar payah. Kau kalah melawanku," ejek Enfys.

"Awas kau ya!" Zayle menggelitiki pinggang Enfys yang langsung membuat gadis ini tertawa kegelian. Lelaki itu masih tetap menggelitiki Enfys tanpa henti. Membuat gadis itu berteriak memohon agar dihentikan.

Tindakan mereka berdua menjadi perhatian semua orang. Akhirnya salah satu security menghampiri Zayle dan Enfys untuk menghentikan aksi kekanak-kanakan mereka serta memberitahu tindakannya menganggu keadaan sekitar.

Mereka memperhatikan sekeliling dan benar semua orang sedang berkerumun. Zayle menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali. Enfys bersembunyi di balik tubuh Zayle karena merasa malu. Bagaimana tidak malu? Daritadi aksi mereka ditonton semua pengunjung pasar malam. Ingat, ya! Adegan mereka tidak untuk ditiru! Malu-maluin!

Security membubarkan kerumunan orang dan menyuruh Enfys dan Zayle untuk menikmati lagi pasar malam.

"Tindakanmu tadi membuatku malu," ujar Enfys menatap tajam Zayle.

"Hei! Itu juga membuatku malu. Bukan kau saja," kata Zayle.

"Kau yang memulai duluan," tuduh Enfys.

"Kau yang mulai mengejekku. Jadi, kau yang memulai duluan," tukas Zayle.

"Kau yang memulainya!"

"Kau! Bukan aku!"

"Kau harus mengalah kepada gadis manis sepertiku." Enfys menjitak kepala Zayle. Membuat lelaki itu meringis kesakitan.

Tanpa mereka sadari, kini Zayle dan Enfys berada di pinggir danau. Seseorang tak segala menabrak Enfys dan ....

Byurr!

Gadis itu terjatuh ke dalam danau. Semua orang berteriak histeris. Sedangkan Zayle terlihat panik, sudah dipastikan Enfys akan berubah menjadi duyung. Bagaimana kalau semua orang di sini tau? Bisa gawat.

Seseorang lelaki hendak menceburkan ke danau, Zayle yang melihat itu langsung melarangnya. Bukan hanya melarang lelaki itu, tapi melarang semua orang yang berada di pasar malam agar tak menolong Enfys.

"Kalian gak perlu khawatir, dia bisa berenang. Lebih baik kalian lanjutkan aktifitas kalian," ujar Zayle.

"Dia saja belum muncul ke permukaan sampai sekarang. Kau sebagai pacarnya kenapa tidak menolongnya?" ujar Ibu-ibu bertubuh gemuk.

"Eh, aku bukan pacarnya. Akan ku buktikan, dia akan muncul ke permukaan setelah meneriakkan namanya," tutur Zayle.

"ENFYS!" teriak Zayle.

Enfys yang berada di dalam danau langsung menyembulkan kepalanya dan melambai-lambaikan tangannya, "AKU TIDAK APA-APA, KALIAN HIRAUKAN SAJA AKU. KARENA AKU SUDAH BASAH, BERENANG DI DANAU INI TIDAK MASALAH," teriak Enfys.

"Sudah kubilang, 'kan? Dia tidak apa-apa. Cepat kalian bubar." Usir Zayle.

Semua orang pun bubar sambil bergumam tidak jelas. Sekarang lelaki itu bingung, bagaimana membawa Enfys keluar dari danau? Sedangkan tempat ini sangat ramai. Terpaksa, ia harus menunggu sampai pasar malam sepi.

4 jam menunggu dan jam menunjukkan pukul 1 dini hari, pasar malam sudah tampak sepi. Zayle segera berteriak memanggil Enfys dan menyuruhnya untuk menepi. Gadis itu sudah berada di tepi danau. Zayle segera menghampirinya dan melepas hoodie yang dikenakannya. Zayle menggunakan hoodie itu untuk mengelap ekor Enfys agar cepat kering. Gadis itu melotot melihat tindakan Zayle, hoodie kesayangannya menjadi lap? Sungguh diluar dugaan.

"Hoodie kesayanganku menjadi lap," ucap Enfys menatap nanar hoodienya.

"Sudahlah, ini hanya hoodie. Kak Zen bisa membelikanmu lebih banyak daripada ini," tutur Zayle.

Setelah ekor Enfys berubah menjadi kaki, Zayle segera membuang hoodie milik Enfys ke tempat sampah. Enfys ingin mengambil hoodienya kembali, namun Zayle segera menggendongnya seperti karung beras.

"Kenapa kau membuang hoodie ku dan turunkan aku sekarang!" jerit Enfys memukul-pukul punggung lelaki itu.

"Hustt diam. Ini sudah tengah malam, kau tak ingin membangunkan para hantu, 'kan?" ucapan Zayle membuat Enfys terdiam dan ia menutup mulutnya rapat-rapat. Zayle yang melihat itu terkekeh, mudah sekali membohongi gadis ini.

Bersambung.....

Spesial part😗Hanya ada Enfys dan Zayle. Kalau suka sama ceritanya, vote dan komen ya. Jangan lupa promosiin ceritanya ke temen kalian😂Okee, see you guys!

Destiny Of Life [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang