Beautiful and kind, she is perfect. Unfortunately she is so pathetic
🌻
__________________________Sebuah perahu kecil yang sudah lapuk menjadi alas tidurnya. Bulan dn bintang-bintang di angkasa menjadi penerangnya. Tumpukan rumput laut, ia gunakan sebagai bantalan tidurnya. Tempat tidur ini berbeda jauh dengan yang ia miliki di rumahnya.
Sehari tanpa listrik dan gadget cukup membuatnya bosan. Apalagi hari-hari esok? Ia akan mati karena kebosanan. Selama ini Enfys hidup dengan glamor di rumahnya. Semua tercukupi dan sekarang ia harus menerima kenyataan pahit, bahwa dirinya adalah seorang mermaid.
Bulir-bulir bening keluar dari sudut matanya. Menangis dalam diam yang bisa dilakukannya. Okan yang berada di samping perahu itu mendengar isakan tangis Enfys yang memilukan.
"Kau menangis lagi? Sudah kubilang jangan menangisi hal yang tidak berguna. Itu percuma saja, cepatlah kau tidur," ujar Okan.
"Siapa yang menangis? Aku tidak menangis." Enfys mengusap kasar air matanya kemudian terjun ke laut.
"Bohong. Kamu nangis 'kan?" Okan tidak bisa dibohongi, ia bisa mendeteksi mahluk itu bohong atau jujur. Kemampuannya sejak lahir.
"Iya, aku nangis. Aku cengeng," ujar Enfys terisak.
"Gak usah nangis, aku mau nunjukkin sesuatu. Pasti kamu suka," ucap Okan.
Okan mengajak Enfys untuk berenang ke dasar laut. Karena ia ingin menunjukkan sesuatu pada gadis itu. Terpampanglah di sana sekelompok ubur-ubur bercahaya. Warna cahayanya biru terang dan ubur-ubur inilah yang menjadi penerang.
Ini terjadi karena beberapa ubur-ubur memiliki gen bernama green fluorescent protein (GFP). Protein ini mengalami berbagai proses di dalam tubuh ubur-ubur dan menghasilkan cahaya.
Enfys terkagum-kagum, baru kali ini melihat ubur-ubur bercahaya secara dekat dan langsung di hadapannya. Ternyata bawah laut menyimpan banyak keindahan. Ia ingin sekali mendekati ubur-ubur, tapi Okan melarangnya. Takut bila nanti tersengat, karena sengatan ubur-ubur merupakan salah satu proses paling cepat dalam biologi.
Sel penyengat ubur-ubur bernama cnidocytes yang di dalamnya terdapat organ nematocyst. Nematocyst ini mengandung “kapsul” dengan tombak-tombak kecil di sekitarnya. Saat ubur-ubur merasa terancam, ratusan nematocyst akan muncul dan menusuk musuh. Enfys bergidik ngeri mendengar penjelasan Okan.
Enfys masih memandangi para ubur-ubur dengan antusias. Perasaan sedihnya tiba-tiba lenyap begitu saja, digantikan oleh rasa bahagia yang menggebu-gebu. Percayalah di balik rasa bahagianya, masih ada berjuta-juta kesedihan yang ditutupinya.
"Bagus 'kan?" tanya Okan.
"Bagus banget, baru kali ini aku lihat secara langsung," jawab Enfys dengan antusias.
Seekor ubur-ubur kecil menghampiri Enfys. Ukurannya sangat kecil dan cahayanya tidak terlalu terang. Karena daya sengatnya belum terlalu tinggi, ia pegang ubur-ubur itu dengan hati-hati. Takut bila nanti ubur-ubur itu akan tersakiti.
Namanya saja jelly fish, saat dipegang rasanya kenyal-kenyal seperti jelly dan slime. Enfys tersenyum teringat disaat masih kecil, ia sering memainkan jelly yang dibuatkan oleh ibunya. Dulu ia senang memainkannya, karena teksturnya yang unik dan Ibunya m
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Okan.
"Cuma keinget masa lalu," jawab Enfys.
"Jangan senyum-senyum terus. Ntar kesambet," ujar Okan.
"Emang di laut ada hantu?" tanya Enfys was-was.
Okan berfikir akan menjahili Enfys, ia mengatakan bahwa ada hantu di laut dan lebih menyeramkan daripada hantu di daratan. Raut wajah senang Enfys berganti menjadi ketakutan. Sekarang ia berada di dasar laut yang gelap dan hanya cahaya ubur-ubur menjadi penerang.
Enfys bergidik ngeri, ia membayangkan kalau ada monster ikan yang akan melahapnya. Lebih menakutkan lagi bila ada hiu besar bergigi tajam sedang mengintainya atau seekor gurita raksasa dengan tentakelnya yang lengket itu. Semua itu berputar-putar di pikirannya.
Okan menyenggol bahu Enfys, menyandarkannya dari lamunan yang menakutkan itu. "Jangan ngelamun. Kasihan tuh ubur-uburnya lepasin dulu."
Enfys berenang mendekati sekelompok ubur-ubur bercahaya itu. Lalu melepaskan bayi ubur-ubur itu ke koloninya. Ia tersenyum kemudian melambaikan tangannya pertanda mengucapkan selamat tinggal.
"Selamat tinggal, ubur-ubur kecil," ucap Enfys dengan lirih.
Okan menghampiri Enfys kemudian menyuruhnya untuk ke permukaan. Karena malam sudah sangat larut dan waktunya untuk beristirahat.
Enfys tak berani berenang sendiri ke permukaan, takut bila nanti ada hiu tiba-tiba mengejarnya terus melahapnya sampai habis. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya menghapus pikiran buruknya itu.
Gadis itu tersenyum ke arah Okan, kemudian memohon agar ditemani. Akhirnya mereka berdua berenang ke permukaan. Saat berenang ke permukaan, Enfys melihat seekor kura-kura terlilit jala nelayan. Kura-kura itu tampaknya pasrah, karena tak bisa berbuat apa-apa. Bergerak saja tak bisa.
Enfys menghampiri kura-kura itu dan Okan berenang mengikutinya. Lilitan itu sangat kuat, ia beberapa kali menariknya namun percuma saja.
"Bertahanlah kura-kura. Aku akan membantumu," ujar Enfys.
"Selain cantik, ternyata hatimu baik juga," batin Okan.
Okan membantu mengigit-gigit jala itu, namun percuma juga. Akhirnya Enfys mencari batu runcing kemudian ia gesek-gesekkan di jala itu. Akhirnya usahanya berhasil, kura-kura itu pun terlepas.
"Terima kasih, kau adalah satu-satunya duyung baik yang kukenal." Kura-kura itu mengucapkan terima kasih pada Enfys.
"Aku tak bisa lama-lama. Koloniku sudah berenang jauh di depanku. Sekali lagi terima kasih." Kura-kura itu berenang meninggalkan Enfys dan Okan.
"Apa maksudnya satu-satunya duyung baik?" tanya Enfys pada Okan.
"Entahlah."
Bebicara tentang koloni, bukankah lumba-lumba itu berkoloni? Mengapa Okan sendirian? Di mana koloninya?
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Life [END]✓
Fantasy[CERITA FANTASI] 🔴Hanya khayalan semata🔴 Seorang atlet renang, Enfys Delmara harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya sekarang adalah seekor mermaid. Ia hidup sebatang kara di tengah lautan karena dibuang oleh kedua orang tuanya, kemudian hadi...