Jantung Enfys berdetak kencang. Mommy dan Daddy-nya ada di sini. Apa mereka melihat berita tentangnya di televisi? Maka dari itu mereka mencarinya. Zayle yang tau bahwa mereka adalah orang tua Enfys, ia menggengam tangan gadis itu.
Tika berjalan tergesa-gesa menuju putrinya tak memperdulikan orang-orang yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Sedangkan Herman memijat pangkal hidungnya mengikuti sang istri dari belakang.
Tangan Enfys ditarik paksa oleh Tika. Zayle langsung saja menahannya, ia sudah bilang 'kan? Dirinya tak suka melihat Enfys dikasari oleh seseorang. "Apa urusan Anda dengan kekasih saya, Nyonya?" tanya Zayle memisahkan tangan Tika yang masih memegang lengan Enfys.
"Kita bicarakan di luar saja. Sekarang kita menjadi tontonan orang-orang," usul Herman diangguki oleh mereka.
Mereka berempat kini berada di Taman yang tempatnya lumayan sepi. Bukan tanpa alasan mereka memilih tempat sepi. Mereka ingin pembicaraan bisa lebih santai dan leluasa.
Zayle masih setia menggengam tangan kekasihnya, menenangkan gadis itu dan memberitahu kalau semua baik-baik saja. Enfys masih tak menyangka setelah sekian lama, ia bertemu lagi dengan kedua orang tuanya. Jujur, gadis itu masih membenci orang tuanya.
Tika menyuruh anaknya untuk duduk di tengah-tengah dirinya dan Herman. Awalnya Enfys menolak, tapi karena Zayle juga menyetujuinya, mau tak mau ia harus menurutinya. Gadis itu duduk di tengah-tengah orang tuanya. Rasanya sangat asing sekali, tidak seperti dulu.
Tiba-tiba Enfys dipeluk oleh Mommy dan Daddy-nya. Ia hanya diam tak berniat membalas pelukan itu. Hatinya masih terluka mengingat apa yang dilakukan orang tuanya saat itu. Mereka langsung melepaskan pelukan karena tak merasakan respon apapun dari anaknya.
"Enfys, putriku," ujar Tika diikuti bulir-bulir air mata yang membasahi pipinya.
"Aku bukan putrimu." Enfys beranjak kemudian menarik tangan Zayle berniat mengajaknya untuk pergi dari Taman ini. Namun, lelaki itu masih diam di tempat dan menyuruh untuk menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu.
Enfys kembali duduk, namun kali ini duduk di sebelah Zayle sambil menopang dagu. Herman menghela nafas panjang, mereka pantas diperlakukan Enfys seperti ini. Anaknya berubah karena ulah mereka sendiri. Tapi, kali ini harus bisa membujuk Enfys untuk kembali.
Herman mendekati putrinya lagi. Mengelus lembut rambut anaknya lalu duduk di sebelahnya. Beruntung bangku ini sangat panjang, jadi bisa menampung tiga orang sekaligus.
"Kami mengirimmu ke laut kare—"
"Karena kalian malu, 'kan? Kalian malu memiliki putri setengah duyung?" potong Enfys dengan mata berkaca-kaca.
"Bukan begitu, Nak," celetuk Tika.
"Sekarang kau sudah kembali. Jadi, kembalilah pada kami, Enfys," ujar Herman pada anaknya.
"Tidak akan!" tolak Enfys mentah-mentah.
"Pilihan yang bagus, Nak," sahut seorang wanita paruh baya yang memakai gaun khas kerajaan. Di sisi wanita itu berdiri dua lelaki gagah yang membawa trisula.
Enfys memandangi wajah wanita itu dengan seksama, mengapa bentuk wajah mereka sama? Mulai dari mata, hidung, dan bibirnya sama. Dan ia sangat mengenali trisula itu. Para pengawal Kastil Ocean memakai trisula untuk senjatanya, berarti mereka ini dari Kastil Ocean?
Tika dan Herman sangat terkejut dengan kedatangan wanita itu. Apalagi Tika, yang sekarang tubuhnya bergetar hebat. Ia segera memegang tangan suaminya itu.
"Ratu Elmara," celetuk Zayle.
"Ya, aku Ratu Elmara. Ibu kandung dari Enfys Delmara," ujar Ratu Elmara membuat Enfys terkejut bukan main begitupun dengan Zayle.
"Apa ini?! Tolong jelaskan," ujar Enfys frustasi. Dirinya sangat frustasi saat ini. Seharusnya ia sekarang bermesraan dengan Zayle bukan malah berada di situasi yang sangat rumit.
"Aku Ibu kandungmu. Mereka telah menculikmu dariku!" Ratu Elmara menunjuk Tika dan Herman.
"20 tahun yang lalu, mereka menculikmu. Dua manusia itu berniat untuk menjual dan mempertontonkanmu di hadapan semua orang. Tapi, karena wajahmu yang menggemaskan mereka mengurungkan niatnya. Herman, dia mendatangiku dan mengancam akan membunuhmu jika aku tak memberikan ramuan yang membuat duyung menjadi manusia. Ramuan itu hanya bertahan selama 20 tahun. Setelah mengetahui dirimu menjadi duyung, kau dibuang, Nak. Tapi beberapa hari kemudian, penyesalan menghampiri mereka. Mereka berfikir akan menjualmu lagi dan meraup keuntungan yang banyak. Dan apa yang pernah dikatakan Tika hanyalah omong kosong!" tutur Ratu Elmara dengan menggebu-gebu.
Nyali Tika dan Herman menciut. Rahasia mereka sudah terbongkar. Memang selama ini mereka merawat Enfys hanya untuk uang. Selama gadis itu mengikuti perlombaan berenang, uang hadiah perlombaan mengalir ke rekening Herman tanpa sepengetahuan Enfys. Yang tentunya sangat banyak, berjuta-juta.
Enfys menghampiri penculik yang berkedok menjadi orang tuanya kemudian dengan keras menampar Tika dan Herman secara bergantian. Hatinya berkali-kali disakiti oleh kedua manusia yang sangat hina ini. Ternyata ada udang di balik batu. Jadi, ia tak salah telah membenci mereka.
"Kalian manusia hina!" seru Enfys menunjuk wajah Tika dan Herman bergantian.
Setelah diberi tamparan oleh Enfys, mereka hanya diam dan menundukkan kepala. Lalu, Ratu Elmara memerintahkan dua pengawalnya untuk membawa penculik itu. Mereka akan menerima balasan akan perbuatan yang telah dilakukannya. Tak banyak orang mengetahui, jika Herman adalah seorang koruptor dan Tika pernah membawa kabur uang arisan Ibu-ibu sosialita. Mereka berdua gila akan harta.
Enfys jatuh terduduk, tubuhnya bergetar. Ia menangis. Zayle mengelus punggung kekasihnya itu. Ia harap dengan cara itu kekasihnya akan sedikit tenang. Dirinya tau apa yang sedang dirasakan Enfys saat ini. Gadis ini sangat terpukul setelah mengetahui kebenarannya.
"Nak," panggil Ratu Elmara pada putrinya yang sangat dirindukan.
Enfys mengangkat kepalanya menatap wajah Ratu Elmara. Mata ibu kandungnya berkaca-kaca, hendak mengeluarkan air mata yang dibendung sedari tadi. Ia merentangkan tangannya memberi tau bahwa ingin dipeluk oleh putrinya itu.
Zayle membantu Enfys berdiri, kemudian gadis itu berlari dan langsung memeluk ibunya. Rasanya sangat hangat, tidak seperti saat dirinya dipeluk oleh Tika dan Herman. Rasanya sangat asing. Zayle yang melihat pemandangan yang mengharukan itu menitikkan air mata.
"Ibu sangat merindukanmu. 20 tahun Ibu menunggumu, Nak," ungkap Ratu Elmara pada putrinya.
Ratu Elmara melepaskan pelukannya kemudian mencium kening Enfys berulang kali. Membuat Enfys terkekeh geli.
"Ibu, nanti keningku bolong kalau diciumin terus dan Zayle tak ada kesempatan untuk mencium keningku," tutur Enfys membuat Ratu Elmara tertawa kecil.
"Aku bisa menciumu di bibir ya, 'kan? Tak bisa di kening, bibir pun jadi," ujar Zayle.
"Dasar mesum!" balas Enfys membuat Ratu Elmara tertawa. Hilang sudah suasana mengharukan.
"Okan, terima kasih telah menjaga Enfys sampai saat ini dan aku merestui hubungan kalian," ucap Ratu Elmara dan Zayle hanya mengangguk sambil tersenyum senang.
"Tunggu. Okan? Apa maksud Ibu memanggil Zayle, Okan?"
-1015
Bersambung...
Bentar lagi mau TAMAT. 7 part lagi dan cerita ini tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Of Life [END]✓
Fantasia[CERITA FANTASI] 🔴Hanya khayalan semata🔴 Seorang atlet renang, Enfys Delmara harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya sekarang adalah seekor mermaid. Ia hidup sebatang kara di tengah lautan karena dibuang oleh kedua orang tuanya, kemudian hadi...