PART 13 - Hari Pertama

651 111 5
                                    

I will change my destiny

🍒
_______________________________

Hari ini adalah hari pertama Enfys dan Zayle bekerja. Enfys merasa gugup sekali. Dia tidak menyangka akan menjadi asisten model yang terkenal. Ia tak pernah membayangkan sama sekali. Sejak Zen naik daun, pria itu menarik sehingga gadis itu sangat mengidolakannya.

Kalau ia menjadi asisten model terkenal, otomatis akan tersorot media dan dia tidak menginginkan hal itu terjadi. Bagaimana kalau para media mengenalinya? Dia juga seorang tokoh penting di kota ini. Kalau para jurnalis mengetahui keberadaannya, rencananya mencari dokter itu akan gagal.

"Nih, pakai masker." Zayle mengulurkan masker berwarna hitam kepada Enfys.

"Kau perlu pakai ini supaya para hama itu tidak mengenalimu," sambungnya. Yang dimaksud hama oleh Zayle adalah para jurnalis.

Enfys memakai masker itu, kemudian mengucapakan terima kasih pada Zayle dan lelaki itu menanggapinya dengan tersenyum.

Saat ini mereka bertiga yaitu Zayle, Enfys dan Zen sudah berada di dalam mobil. Zayle duduk di kursi pengemudi, Zen berada di sebelahnya sedangkan Enfys duduk di belakang.

Zayle mengamati kemudi yang ada di hadapannya. Selama 21 tahun hidup, ia tak pernah mengendarai yang namanya mobil. Demi kerang laut, ia tak bisa menjalankan mobil ini. Seharusnya ia membantah saat disuruh menjadi supir.

Zen melirik jam tangannya, sudah pukul 9 pagi dan jadwal pemotretan setengah jam lagi. "Hei bocah! Cepet jalan. Aku bisa telat pemotretan," ujar Zen geram.

"Aku gak bisa," balas Zayle. "Aku gak bisa nyetir mobil."

Zen dan Enfys langsung menepuk jidatnya. Belasan menit menunggu ternyata Zayle tak bisa menjalankan mobil. Waktu terbuang sia-sia begitu saja.

"Astaga bocah, kenapa gak bilang dari tadi? Seharusnya aku tak memecat sopirku. Ah sudahlah, aku naik taxi aja," ujar Zen hendak membuka pintu mobil, namun diurungkan karena mendengar ucapan Enfys, "Aku bisa mengendarai mobil. Gak usah turun, Zen."

"Hei kau bocah. Berikan kunci mobilnya dan cepat turun. Kau duduk di belakang sini," titah Enfys.

"Hei, panggilan bocah hanya aku yang boleh memakainya," protes Zen.

"Terserah kau Zen." Enfys turun dari mobil begitu juga dengan Zayle.

Enfys sudah duduk di kursi pengemudi dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Zayle hanya melihat apa yang dilakukan Enfys. Hitung-hitung buat belajar naik mobil.

"Apa kau yakin bisa menjalankan mobil? Kau punya SIM?" tanya Zen.

"Kau terlalu menyepelekan diriku. Selain menjadi atlet renang, aku juga seorang pembalap liar," jawab Enfys.

"Pembalap liar?" Zayle mengernyitkan dahinya.

"Pembalap liar sepeda roda dua." Setelah mengatakan itu, Enfys langsung menekan pedal gas.

Gadis ini menjalankan mobil dengan cepat, semua kendaraan yang menghalangi jalannya ia salip. Zen memegangi Seltbetnya, tubuhnya bergetar dan keringat mulai bercucuran. Ia tak ingin mati, ia terlalu terkenal untuk mati.

Zayle memejamkan matanya sambil memohon agar gadis yang sedang mengemudi ini tidak menabrak sesuatu. Ia juga tak ingin mati. Sedangkan gadis yang sedang mengemudi tersenyum di balik masker hitamnya.

Berakhir sudah penderitaan dua lelaki ini, mereka sudah sampai di gedung agensi BS Entertainment.

Enfys segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Zen. Lelaki itu keluar dari mobil dengan tubuh bergetar dan tatanan rambut yang sedikit berantakan. Para crew pemotretan segera membawa Zen masuk ke dalam gedung untuk persiapan pemotretan.

"Astaga Enfys kau hampir membunuh kita," ujar Zayle keluar dari mobil dan Enfys meliriknya.

"Aku tadi mengejar waktu. Zen pemotretan pukul 09.30 dan lihatlah 5 menit lagi pukul 09.30. Kalau kita sampai di sini tepat pukul 09.30, Zen tidak bisa bersiap-siap," jelas Enfys menyilangkan tangannya di dada dan Zayle mengangguk pelan.

"Lalu kita ke mana?"

"Tak tau. Zen tidak memberitahu apa-apa," balas Enfys.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya berpakaian rapi mendatangi mereka, "Apa kalian asisten dan penjaga Tuan Barack?"

"Iya, ada apa?" tanya Enfys.

"Tuan Barack berpesan agar kalian masuk dan menunggunya di dalam," jawab wanita itu.

"Bilang pada Kak Zen, maksudku Tuan Barack bahwa kami ingin berjalan di sekitar sini." Wanita itu mengangguk kemudian pergi ke dalam gedung.

"Aish, padahal aku ingin duduk sambil melihat gedung ini dan tentunya ingin melihat para bintang top terkenal," ujar Enfys dengan lesu.

"Apa kau lupa tujuan kita ke sini? Kau tak ingin menjadi manusia seutuhnya? Kau ingin hidup seperti Kak Zen? Yang setiap hari harus berhati-hati agar tidak terkena air dan lagipula kalau kita tidak terkena air laut selama dua hari, tubuh kita akan lemas. Asal kau tau, Kak Zen semalaman berendam di bath up supaya kondisinya pulih," terang Zayle.

"Kecilkan suaramu. Baiklah ayo kita cari dokter itu," ujar Enfys sambil menarik tangan Zayle.

Mereka berdua berjalan di trotoar beriringan. Zayle sesekali kagum melihat gedung-gedung pencakar langit. Ia tak pernah melihatnya. Saat ia melihat air mancur rasanya ingin bermain di sana.

Tiba-tiba langkah mereka membawanya ke Enmar Company, perusahaan milik ayah Enfys. Gadis itu berhenti lalu memandangi perusahaan milik ayahnya. Semua tampak berjalan semestinya.

Enfys melihat ayahnya sedang berbincang dengan seseorang, sesekali diselingi tawa. Gadis itu merasa ayahnya tidak menampakkan wajah sedih sedikitpun. Enfys menitikkan air mata, Zayle yang melihat itu langsung merangkul Enfys dan mengajaknya pergi.

Ternyata Zayle membawanya ke sebuah taman yang tak jauh dari BS Entertainment.

"Apa orang itu yang selalu membuatmu sedih?" Enfys mengangguk.

"Dan orang itu yang selalu membuatmu ingin mengakhiri hidup." Enfys mengangguk lagi.

"Lupakan mereka yang telah menyakitimu. Kita ke sini cuma ingin mencari dokter itu. Itu tujuan utama kita," ujar Zayle.

Enfys mengusap air matanya kemudian melepaskan masker yang ia kenakan. Taman ini sangat sepi, jadi tidak masalah bila Enfys melepas maskernya.

"Setelah aku, maksudku kita menjadi manusia ...."

"Tidak, hanya kau yang akan menjadi manusia seutuhnya. Aku ini seorang pangeran mermaid, tak mungkin melepaskan semua tanggungjawabku karena hanya ingin menjadi manusia," potong Zayle.

"Tapi, Zay-"

"Kalau kau sudah menjadi manusia seutuhnya. Kau harus menujukan pada semua bahwa masih hidup. Setelah itu kau bisa menjalankan aktivitas sebagai seorang manusia dan kemungkinan besar aku akan menghapus semua ingatanmu tentang mermaid."

Bersambung....

Destiny Of Life [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang