PART 22 - Mengungkapkan Rasa

527 86 6
                                    

Zayle tersenyum tipis melihat kedekatan Enfys dan kakaknya. Ia sekarang tau, ternyata Zen yang adalah lelaki yang dicintai Enfys. Menurutnya itu wajar, sejak dulu gadis itu sangat mengidolakan sangat kakak dan Zen lelaki yang cukup mapan serta tampan.

Tapi, kenapa gadis itu selalu memberikan perhatian lebih kepadanya? Yang membuat Zayle berandai-andai ingin memilikinya. Apa perhatian itu hanya sekadar perhatian seorang teman? Dan tidak lebih dari itu?

Zayle ingin beranjak pergi, namun Zen mengetahui keberadaannya. Akhirnya Zen menyuruh lelaki itu datang ikut bergabung dengannya dan Enfys.

Kedatangan Zayle membuat Enfys gugup bukan main. Gadis itu akhirnya memilih untuk pergi dari ruang tamu. Zen yang melihat tingkah Enfys terkekeh geli. Ia tau gadis itu sangat gugup melihat kedatangan adiknya.

Zayle pun duduk di hadapan kakaknya dengan wajah kusut. Mungkin Zen akan memberitahu berita tentang dirinya yang telah resmi menjadi pacar Enfys.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Zen pada adiknya.

"Kau tak ingin mengungkapkan rasa cintamu itu?" tanya Zen kembali.

"Maksud kakak?"

"Ayolah. Aku tau kau mencintai Enfys," tutur Zen membuat Zayle tersentak kaget.

"Kau jangan pernah berfikir kalau aku mencintai Enfys. Aku tidak mencintai dia, begitu juga sebaliknya. Dia mencintaimu, Zayle," ungkap Zen membuat Zayle tersentak kaget untuk kedua kalinya.

"Apa? Dia mencintaiku juga?"

Zayle bangkit dari duduknya kemudian, "ENFYS I LOVE YOU!" teriakannya menggema di seluruh ruangan. Enfys yang tengah bersembunyi di dalam lemari mendadak jantungnya berpacu dengan cepat. Ia tak menyangka Zayle mengungkapkan cintanya dengan cara seperti itu. Setidaknya lelaki itu harus tau tempat, ia sedang berada di rumah orang. Bagaimana kalau tetangganya Irawan mendengar teriakan itu. Dirinya yang akan malu.

Cara mengungkapkan cinta yang bar-bar sekali. Biasanya orang yang akan mengungkapkan rasa cintanya akan mengajak ke tempat romatis lalu diberi bunga atau coklat. Sedangkan Zayle? Ia mengungkapkan cintanya di rumah orang, itupun dengan berteriak.

Enfys yang berada di dalam lemari tiba-tiba mendengar derap langkah seseorang. Ia memejamkan matanya sambil memohon-mohon agar orang itu bukanlah Zayle. Ia belum siap untuk bertemu lelaki itu. Terlalu canggung untuk bertemu.

Sepertinya permohonannya tidak dikabulkan dengan Sang Pencipta. Lelaki itu adalah Zayle. Ia sedang berjalan mencari-cari keberadaan Enfys. Di kamar mandi gadis itu tidak ada. Lalu ke mana dia?

Enfys yang berada di dalam lemari sudah tak mendengar derap langkah yang membuat jantungnya naik turun bak rollercoaster. Ia ingin keluar dari lemari ini dengan secepatnya, di dalam rasanya sangat pengap. Namun tiba-tiba dirinya bersin karena menghirup debu yang ada di dalam lemari. Gadis itu menggerutui dirinya karena tak bisa menahan bersinnya.

Zayle hendak keluar dari kamar itu, namun ia berhenti berjalan ketika mendengar suara orang sedang bersin dan suara itu berasal dari lemari. Lelaki itu berjalan mengendap-endap ke arah lemari itu. Ia hendak membukanya, tapi pintu lemari itu tiba-tiba terbuka dan langsung menghantam wajahnya.

Zayle terjungkal ke belakang, bokongnya mendarat di lantai yang keras. Lelaki itu merasakan sakit di atas dan bawah. Pertama wajahnya dan kedua bokongnya. Ia meringis kesakitan sambil mengusap-usap bokongnya.

Sedangkan pelakunya yang  tak lain adalah Enfys tertawa kencang. Karena terlalu lama tertawa membuat perutnya terasa sakit dan matanya sedikit mengeluarkan air mata. Zayle segera bangkit kemudian menghampiri Enfys yang tertawa keras.

"Sudah puas tertawanya?" tanya Zayle datar.

"Belum," jawab Enfys masih tertawa.

Zayle mendorong tubuh Enfys ke kasur. Membuat gadis itu terlentang di atas kasur. Seketika Enfys menghentikan tawanya saat Zayle mulai ikut tidur terlentang di sampingnya. Gadis itu langsung saja bangkit, ia takut Zayle akan berbuat macam-macam kepadanya.

"Kenapa berdiri? Sini!" titah Zayle yang dibalas gelengan oleh Enfys.

"Oke, baiklah. Aku saja yang ke situ," ujar lelaki itu bangkit kemudian berdiri di hadapan gadis itu.

"Kenapa kau bersembunyi di dalam lemari?" tanya Zayle dan Enfys malah membisu. Oh ayolah, di mana Enfys kita yang cerewet saat bersama Zayle.

"Kenapa diam? Hmmm?" Zayle semakin mendekatkan tubuhnya kepada Enfys membuat gadis itu memundurkan dirinya. Tanpa ia sadari, punggungnya sudah mencium dinding. Kini Enfys sudah tak bisa berkutik, dirinya terpojok.

Kedekatan dirinya dan Zayle membuat tubuhnya berkeringat serta jantungnya terus berdetak kencang. Ia tak ingin lelaki yang ada di hadapannya mendengar suara detak jantungnya. Sedangkan Zayle juga merasakan hal sama seperti Enfys, jantungnya berpacu dengan cepat.

Zayle mendekatkan bibirnya di telinga Enfys, membuat gadis itu bisa merasakan hembusan nafas Zayle. Ia memejamkan matanya menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan Zayle.

"Aku mencintaimu," ujar Zayle tepat di telinga Enfys. Membuat tubuh Enfys menegang untuk beberapa saat. 

"Kau tak ingin mengatakan sesuatu?" bisik Zayle yang kemudian memeluk tubuh gadis itu dengan erat.

"Sekarang kenapa kau menjadi gadis pendiam?" bisik lelaki itu lagi.

Enfys membalas pelukan Zayle kemudian berkata, "Aku juga mencintaimu."

***

Setelah acara mengungkapkan rasa itu. Kini mereka berdua melakukan kencan pertama di sebuah restoran dengan suasana romantis. Zen yang merekomendasikan restoran ini kepada adiknya.

Restoran ini bernuansa pink dan hati. Lantainya pun bertabur bunga mawar. Lukisan di dindingnya berbentuk hati dan kutipan cinta. Di salah satu sudut terdapat foto pasangan kekasih yang pernah datang ke tempat ini.

Enfys takjub dengan restoran ini. Tak disangka Zayle bisa romantis seperti ini. Jika memikirkannya membuat gadis itu tersipu malu.

"Kau suka dengan tempat ini?" Enfys hanya mengangguk semangat.

Zayle ingin sekali mencubit pipi kekasihnya. Tapi sayang sekali, kekasihnya ini memakai masker jika ingin berpergian. Ia harap suatu saat nanti, kekasihnya ini tak harus keluar secara misterius dan diam-diam.

"Kau tak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Zayle membuat Enfys berfikir untuk beberapa saat.

"Aku cuma ingin mengatakan banyak terima kasih kepadamu. Terima kasih sudah hadir di hidupku. Terima kasih selalu ada disaat aku sedih maupun senang. Di saat aku sedang terpuruk, kau selalu ada dan menyemangatiku. Kau juga yang mengajarkan menjadi seseorang yang lebih dewasa. Thanks my boyfriend," tutur Enfys yang kemudian mengecup pipi Zayle dengan singkat.

Meskipun bukan bibir Enfys yang langsung mengecup pipinya karena masih terbungkus masker. Namun, hal itu membuat pengaruh besar pada tubuh Zayle. Tubuhnya yang mendapat serangan seperti itu sedikit menegang dan detak jantungnya berhenti untuk beberapa saat.

Dengan cepat ia menormalkan dirinya kemudian membalas dengan kecupan di dahi Enfys.

"Sama-sama," ujar Zayle diikuti senyumannya yang manis.

Tiba-tiba kegiatan romantis mereka diganggu dengan teriakan seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di ambang pintu restoran.

-1017

Bersambung....

Destiny Of Life [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang