PART 18 - di Rumah Sakit

570 84 8
                                    

Pagi yang indah ini digegerkan dengan berita yang menayangkan sebuah video yang menunjukkan ada seekor duyung di tepi danau taman bersama seorang lelaki.

"Video ini diambil kemarin malam saat pasar malam mulai sepi. Video ini menunjukkan seorang lelaki sedang mondar-mandir di pinggir danau sambil celingukan melihat keadaan sekitar. Setelah di rasa sepi, tiba-tiba ada seekor duyung keluar dari danau, lelaki itu langsung menghampirinya. Video amatir itu diunggah oleh akun instagram @gio.zzz dan berdurasi 60 detik. Masih belum jelas apakah itu duyung asli atau hanya editan? Bagaimana menurut kalian? Apakah itu duyung asli atau hanya editan?" terang sang reporter di televisi.

Zayle yang melihat itu langsung membulatkan matanya. Sudah jelas itu adalah dirinya dengan Enfys yang berada di danau. Bagaimana bisa ada seseorang yang merekamnya dan ia tak menyadarinya?

Shit! Untung saja video itu hanya merekam saat dirinya sedang membantu Enfys  mengeringkan ekornya. Untung saat dirinya sedang menggendong Enfys tidak terekam. Dan untungnya lagi, wajahnya dan wajah gadis itu tidak terlalu terlihat. Kali ini Dewa Laut memihaknya.

Lelaki itu masih setia menonton berita yang ditayangkan. Sambil sesekali menyesap kopi susunya. Sejak berada di daratan, kopi susu menjadi minuman favoritnya.

"Dan ada satu saksi mata yang menyatakan pernah melihat duyung itu di pelabuhan Port Of Townsville. Saksi membeberkan pada rekan kerjanya, namun tidak ada yang mempercayainya. Karena saat itu saksi sedang dalam keadaan mabuk berat." ujar reporter itu.

Karena sudah muak melihat berita tentang duyung, Zayle melempar remot televisi itu hingga hancur berkeping-keping. Lelaki itu memejamkan mata sejenak, lalu memijat pelipisnya. Ia sangat pusing. Keberadaan tentang duyung sudah diketahui para manusia.

Zen yang baru saja keluar dari kamar mandinya tersentak kaget saat mendengar suara barang yang sedang dibanting. Matanya melotot melihat remot televisinya sudah hancur. Lelaki itu menatap tajam sang adik, sedangkan sangat adik malah beranjak pergi keluar apartemen.

"Manusia sialan! Aku bunuh baru tau rasa," gerutunya menendang botol kosong di hadapannya.

Zayle terus berjalan sepanjang trotoar. Karena lelah, akhirnya ia beristirahat di halte bus. Saat di sana semua mata tertuju padanya. Rambut birunya membuat ia mencolok di antara orang-orang. Zayle merasa tak nyaman karena terus ditatap orang-orang, ia berjalan meninggalkan halte tetapi tak tau harus ke mana.

Ia ingin kembali ke apartemen kakaknya, namun lupa arahnya. Sekarang dirinya tersesat. Lelaki itu duduk di trotoar sambil memandangi kendaraan yang berlalu-lalang. Sampai sore tiba, ia masih setia duduk di sana.

Orang yang melihat Zayle, menatapnya kasihan. Mereka kira Zayle terkena gangguan jiwa. Ganteng sih, tapi kasihan dia gila, itulah yang mereka katakan. Lelaki itu sama sekali c
tak memperdulikan ocehan orang-orang tentang dirinya.

Malam pun tiba, Zayle masih tak berpindah tempat duduknya. Ia memejamkan mata sejenak, kemudian menatap restoran yang ada di ujung jalan sana. Lelaki ini sangat lapar. Tiba-tiba ia melihat seseorang gadis berpawakan seperti Enfys. Gadis itu memakai masker hitam, celana jeans hitam, dan hoodie berwarna putih, rambutnya dibiarkan tergerai.

"ENFYS!" teriak Zayle.

Gadis itu menoleh kemudian menatap lelaki itu dengan tajam, betapa beraninya Zayle meneriaki namanya di tempat umum. Kalau orang mendengarnya bisa gawat.

Zayle melambaikan tangannya dan gadis itu mengangguk menyuruh Zayle untuk tetap berada di sana. Lelaki itu sangat keras kepala, ia berlari menyebrang jalan yang sangat ramai. Tak memperhatikan ada sebuah mobil melaju dengan cepat dan langsung menabrak dirinya.

Destiny Of Life [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang