🌸 Awal 🌸

654 36 0
                                    

" Meskipun setiap hari kita bertemu, namun baru kali ini aku tersadar. Jika kamu memiliki mata yang indah "

' Fabian Aldrich Efrain '

~^~

"Ini." sebuah plester berwarna biru tiba-tiba muncul di hadapa Nara, gadis itu mendongak melihat orang yang telah memberikan benda tersebut.

Nara menerima benda itu dan mengucapkan terima kasih. Baru saja Nara melakukan kebiasaannya lagi, tadi saat dia masih bekerja. Tiba-tiba hujan begitu deras turun.

Panik Nara pun bersembunyi untuk menghilangkan rasa takutnya, tubuhnya bergetar hebat, rasa sesak dan pusing seketika ia rasakan, ia butuh sesuatu untuk melampiaskan rasa takutnya, tapi sayangnya di tempat ia bersembunyi tidak ada benda yang bisa melukai dirinya.

Nara kian merasa sesak, air matanya pun kian deras keluar. Dan karena tak punya pilihan lain, gadis itu mengigit ujung jarinya begitu kuat, sampai di mana cairan merah keluar dari ujung jari itu.

Di sisi lain, ada Bima yang tak sengaja melihat Nara seperti itu, bergegas menghampiri gadis itu Bima berlutut disamping Nara.

Tidak ada yang bisa Bima lakukan selain menenangkan gadis itu dengan mengusap punggungnya, ia tidak tau harus apa dan melakukan apa.

Sedangkan Nara membiarkan saja apa yang di lakukan bosnya, tak ada perubahan sama sekali jika hanya mengusap punggungnya, bayang-bayang kelam masa lalunya terus saja muncul.

Beberapa menit kemudian, hujan mulai reda hanya rintik-rintik yang masih terdengar.


Sudah melihat Nara tenang, lelaki itu berdiri lalu mengambilkan sesuatu untuk luka jari Nara.

"Nara. Jujur saya kasihan sama kamu setiap kamu kayak gitu, cobalah untuk konsultasi dengan dokter." Nara menoleh kepada Bima yang duduk tidak jauh darinya.

"Saya berterima kasih. Tapi saya tidak butuh belas kasihan dari anda." ujar Nara dengan wajah datar.

Bima meruntuki omongannya sendiri yang sudah membuat Nara salah paham. Bukan seperti itu maksudnya, Bima hanya ingin Nara sembuh paling tidak bisa mengurangi rasa takut dan kebiasaan buruknya.

Nara sendiri sudah biasa di kasihani oleh orang lain, dia sudah kebal dengan cacian dan hinaan dari orang yang menganggapnya aneh. Jadi untuk apa dia pergi ke dokter, buang-buang uang, belum tentu dia bisa sembuh. Pikirnya dalam hati Nara saat Bima menyuruhnya kedokter.

Karena pekerjaannya sudah selesai, Nara pun memutuskan pulang pada pukul dua belas kurang lima menit. Awalnya dia merasa tidak apa-apa, namun perasaannya jadi tidak enak saat dua orang tengah memperhatikannya dari jauh. Dengan santai tanpa memperdulikan orang itu Nara melanjutkan langkahnya untuk pulang.

Tapi ternyata orang itu mengikutinya, dengan berani Nara berbalik badan lalu menatap tajam pada kedua orang itu. "Ngapain lo ngikutin gue!" tanyanya dengan datar.

Dua orang itu saling pandang dan tertawa keras. "Hahaha... Ternyata lo gadis pemberani juga ya.. Ehmm. boleh nih lo ikut gue." ucap salah satu dari mereka.

Nara terlihat tidak takut. Meskipun dalam hati dia takut dan khawatir, mana tidak ada orang. "Lo mau bawa gue? Untuk apa? Gue orang miskin!" ujarnya Nara.

BianNa (Fabian & Nara) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang