☘ Terjebak ☘

313 34 2
                                    

Song : Finding Hope - 3:00 AM

"Kenapa di pertemukan, jika takdir tidak bisa menyatukan"

^Nara Sifabella^
____________________

°Happy Reading°








***

Fabian menarik tangan Nara saat mereka sudah sampai di tempat, ia berlari di koridor yang cukup ramai, Nara baru di beritahu oleh Bian jika ia akan ke rumah sakit, tadi Indra memberitahu jika Ibu Hasniah melakukan tindakan bunuh diri karena frutasi tidak bisa bertemu dengan putranya.

Entah ini akal-akalan orang tuanya atau memang Mamanya melakukan hal bodoh itu.

Fabian menghentikan langkahnya melihat Papanya berdiri di ruang UGD bersama beberapa anak buahnya. Sang Papa belum menyadari kehadirannya. Hingga suara anak buah Papanya yang menyadari kehadirannya menyapa lebih dulu.

Pak Chakra menoleh cepat saat anak buahnya menyebut nama Fabian. Tanpa banyak kata dengan tatapan membunuh Pak Chakra mendekati Bian dan satu pukulan tepat mengenai rahang cowok tampan itu hingga tersungkur.

"Dasar anak durhaka! Untuk apa kamu kesini! Kamu senang kan melihat Mamamu seperti ini!" bentak Pak chakra, bahkan pria paruh baya itu menendang perut Fabian keras berkali-kali, namun Bian diam tanpa berniat melawan.

Nara terisak menutup mulutnya, melihat Fabian di pukuli oleh Papanya sendiri. perlahan ia berlutut di hadapan Pak Chakra, memohon agar tidak menghajar Fabian lagi. "Jangan salahkan Fabian Pak. Ini salah saya, tolong jangan sakiti Fabian."

"Saya mohon maafkan Fabian," mohon Nara menunduk menangkup tangannya. Pak Chakra tersenyum miring, ia berjongkok di depan Nara. "Apa yang akan kamu lakukan agar saya mau memaafkan anak saya!" tanya Pak chakra.

Nara diam hanya suara tangis yang terdengar dari mulutnya. Ia melirik Fabian yang tengah di pegang oleh dua pengawal Pak Chakra, menatapnya sendu dan penuh arti. "Sa-saya akan.. pergi dari kehidupan Fabian." ucap Nara lantang bersama air mata yang kian deras turun membasahi pipinya

"Nara!" bentak Fabian tidak setuju dengan keputusan gadis itu.

Pak Chakra tertawa sumbang lalu berdiri lagi. "Bagus! Kenapa tidak dari dulu saja kamu melakukan itu kepada anak saya!"

Suara derap langkah terdengar mendekat. Mereka adalah Om Harris bersama istri dan anaknya. Om Harris terkejut melihat apa yang sedang terjadi. Bahkan sang istri ikut menangis ketika melihat Nara yang masih berlutut di kaki Pak Chakra.

Gadis itu mengabaikan tatapan orang-orang yang menyaksikan dirinya. "Harusnya kamu sadar. Siapa kamu! Kamu cuma gadis biasa. Tidak memiliki keluarga. Bahkan kamu memiliki kebiasaan aneh! Bagaimana jika kamu melukai anak saya! Kamu tidak pantas bersama anak saya! Kamu akan menyusahkan anak saya!"

"Papa!!" murka Bian ia masih berusaha melepas cekalan dari dua anak buah Papanya.

Sementara Nara gadis itu hanya bisa menunduk dengan pandangan yang semakin mengabur akibat air mata yang kian turun, mencengkram kuat tas yang ia kenakan. Sakit, pasti. Hatinya sangat sakit mendengar hinaan dari Papa orang yang ia cintai.

"Mas cukup! Kamu tidak boleh berkata seperti itu!" bentak Om Harris yang sudah geram akan kelakuan Kakaknya.

"Kenapa tidak! Bukannya itu kenyataan. Memangnya dia punya apa! Hah."

"Asal kamu tau, aku tau segalanya tentang dia. Gadis kampung ini pernah di jual oleh Ibunya."

"Dan aku tidak akan membiarkan anak aku bersama perempuan tidak benar seperti dia!" bentak Pak Chakra keras tangannya menunjuk pada Nara.

BianNa (Fabian & Nara) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang