^^Happy Reading^^
***
Nara diam terpaku saat cowok, yang sedang ia hidari kini justru memeluknya erat. Tangannya merebut cutter yang sedari tadi Nara genggam.
Cowok itu adalah Fabian yang kembali ke tempat Nara berada, tadi saat ia mencari sumber suara yang membuatnya terkejut sempat melihat sebuah bayangan dari kaca. Seperti seorang gadis yang sedang duduk meringkuk, Namun ia kurang yakin jika bayangan itu adalah gadis yang ia cari.
Karena penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk kembali dan mengecek tempat tersebut. Betapa terkejutnya saat melihat jika yang ia lihat benar Nara yang sedang ingin menggores urat nadinya.
Fabian melepas pelukannya, Bian menatap wajah Nara yang pucat. Yang tadinya menatap gadis itu dengan tajam, kini ia justru memandang Nara sendu. Bahkan tangan besarnya mengusap air mata gadis itu.
"Kenapa lo pergi?" tanya Fabian.
Nara diam menunduk. Bian mengangkat dagu gadis itu agar menatap matanya. "Lo menghindar dari gue kan?" tanyanya lagi.
Ia menghela napas saat gadis itu hanya diam. Dengan pelan Bian mengendong tubuh ringkih Nara. Tidak ada penolakan dari Nara justru gadis itu melingkarkan tangannya di leher Fabian.
Pelan cowok itu menundukkan Nara di jok mobil lalu melepas jaket yang ia gunakan untuk menutupi tubuh Nara, Tidak lupa ia memakaikan sabuk pengamannya. Setelah itu ia menutup pintu dan memutari mobilnya, saat sudah masuk ia menatap Nara yang sedang menunduk diam.
Nara menoleh saat tangan Fabian mengusap kepalanya. Mereka saling pandang. Fabian tersenyum tipis dan segera melajukan mobilnya.
Fabian tidak membawa Nara kerumahnya, tapi ia membawa gadis itu ke apartemen miliknya yang jarang sekali Bian kunjungi.
Lagi. Fabian menggendong Nara sampai ke lantai 15 tempat Apartemennya berada.
Bian menurunkan tubuh Nara di tempat tidur kamarnya. "Istirahat gue mau keluar bentar." kata cowok itu. Saat Fabian ingin keluar dari kamar tersebut tangannya di genggam oleh gadis itu.
Nara diam sejenak. Memandang mata hitam cowok di depannya ini. "Kenapa lo selalu nolongin gue?" ujar Nara pelan.
Di tanya seperti itu membuat Fabian diam. Jika di tanya kenapa ia juga tidak tau kenapa dirinya begitu peduli. "Nggak perlu ada alasan gue nolongin lo!" dan setelah mengatakan itu Fabian pergi meninggalkan Nara yang terus memandangnya.
<𝕭𝖎𝖆𝕹𝖆>
Sekitar setengah jam Fabian kembali dengan membawa peralatan untuk keperluan Nara, mulai dari baju lengkap, makanan dan juga obat-obatan. Bian masuk kedalam kamarnya, ia melihat Nara yang sedang melamun duduk bersandar di kepala ranjang.
Gadis itu tidak sadar keberadaannya. Nara baru tersadar jika Bian sudah kembali saat cowok itu menaruh sebuah bungkusan ke depannya. "Itu ada baju, cepat sana mandi biar lo nggak ngotorin kamar gue!" perintahnya. Nara mendengus kesal namun tetap pergi ke kamar mandi.
Selesai mandi Nara terkejut melihat Fabian masih di dalam kamar itu. Cowok itu sedang berdiri di balkon menikmati rokoknya sambil menunggu Nara selesai mandi.
Ia menoleh saat mengetahui jika Nara sudah selesai membersihkan badannya. Sebelum masuk ia mematikan rokok itu dan mendekati Nara yang duduk di tepi kasur.
Bian mengambil bungkusan berwarna putih dan ikut duduk di tepi kasur. Tanpa di minta Bian meraih tangan Nara menarik lengan baju gadis itu hingga siku. Nara sudah menolak namun saat Bian menatapnya tajam membuatnya diam tak berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BianNa (Fabian & Nara) END
Teen Fiction°ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ᴅᴏɴ'ᴛ ᴄᴏᴘʏ ᴍʏ ꜱᴛᴏʀʏ° Nara Sifabella, Gadis cantik yang mengalami sebuah trauma, Membuatnya memiliki Phobia terhadap hujan. Ia akan melukai tubuhnya ketika hujan datang. Dengan begitu rasa sakit dan ketakutnya akan menghilang. Namun perlahan...