☘ Ada Apa dengan Fabian? ☘

496 44 0
                                    


Happy Reading





***

Nara mengerjapkan matanya saat merasa pusing, Ia juga meringis ketika perutnya terasa nyeri dan perih. Nara mencoba melihat ada di mana dia saat ini.

Di sudut tempat itu ada seorang cowok sedang duduk melipat tangannya di dada, dan kedua kakinya ia taruh di atas meja. Cowok itu memperhatikan Nara yang berusaha bangun. Gadis itu belum menyadari keberadaannya.

"Selain aneh. Lo suka nyakitin diri lo sendiri ya!" tanya orang itu bernada dingin.

Nara tersentak, matanya membulat saat melihat siapa orang itu. "Lo bego! Atau memang sinting!" makinya. Nara memicingkan matanya dan berusaha melepas infus yang ada di tangannya.

"Ada gitu ya. Orang yang menyakiti diri sendiri sampai sebanyak itu. Apa coba namanya kalau nggak gila!" ujarnya lagi ia berbicara seolah sedang berpikir.

Gadis itu masih diam hingga ia berhasil melepas infus tersebut dan mulai turun dari brankar. Ia berniat keluar dari ruangan itu. Namun saat ia sudah ada di dekat pintu. Tangannya di tarik kuat oleh cowok itu, dan menyudutkan tubuhnya di tembok bahkan pundaknya di cengkram kuat.

Cowok itu terlihat marah, rahangnya mengetat, matanya menatapnya tajam. Seperti menusuk ke mata gadis itu. Nara tidak berkutik, ia ikut menatap tajam wajah di depannya ini. Nara sama sekali tidak takut.

"Kenapa lo. Ngelakuin itu ke tubuh lo. Hah!" tanyanya tepat di depan wajah Nara.

Jarak wajah mereka sangat dekat bahkan Nara bisa mencium aroma mint dari mulut cowok itu. Yang napasnya memburu tepat di depan wajahnya. "Urusannya sama lo apa? Gue mau ngapain. Itu urusan gue! Lo nggak berhak ikut campur! Nggak usah sok peduli!" ucapan gadis itu berhasil membuat cowok itu diam tidak berkutik.

Cengkraman di pundak gadis itu pun sampai mengendur. Hal itu Nara gunakan kesempatan untuk menepis dengan kasar tangan itu. Tanpa bicara lagi, Nara pergi meninggalkan cowok itu yang masih diam mematung.

Saat Nara sudah keluar. Cowok itu tersadar napasnya memburu kembali. "Agh!!" teriaknya dan memukul tembok cukup kencang meninggalkan bekas merah di tangannya.

"Benar. Apa pedulinya gue sama lo!" gumamnya yang geram pada dirinya sendiri.

Cowok itu adalah Fabian yang tercengang saat mengetahui jika gadis itu suka melukai tubuhnya sendiri lewat dokter yang sedang memeriksa kondisi Nara. Dokter memberitahu luka-luka itu kepadanya. Bukan hanya satu tapi banyak hampir sebagian tubuh gadis itu terdapat plester yang menutupi lukanya.

Tiba-tiba ia merasa marah, tidak suka dan sedih saat melihat gadis itu melakukannya. Namun ia juga tidak tau ada apa pada dirinya, Kenapa dirinya sangat peduli. Biasanya Fabian acuh dan tidak peduli dengan urusan orang lain. Tapi kenapa dengan Nara ia begitu peduli.

Di luar rumah sakit, Nara berjalan sambil menunduk saat orang-orang sedang memperhatikan dirinya.

Ketika sudah di tempat parkir Nara bersembunyi di balik salah satu mobil yang ada di parkiran untuk menumpahkan rasa sedihnya. Ia menangis tersedu saat mengingat lagi perkataan Fabian tadi. Cowok itu bilang jika dirinya gila. Memang ia merasa gila karena sudah melukai dirinya sendiri. bukan hanya fisik tapi juga hati. Jujur ia juga tidak mau seperti ini. Namun lagi-lagi ia kalah dengan rasa takutnya. Semakin melawan rasa takut itu semakin muncul di kepalanya.

Saat sudah selesai menyalurkan rasa sedihnya pada tangisan seorang diri. Ia berdiri dan berjalan meninggalkan area rumah sakit itu sedikit tertatih. kondisinya belum membaik wajahnya masih terlihat pucat. Tapi Nara tidak mau berlama-lama di tempat yang terlalu banyak orang. Ia tau diri saat berada di tempat ramai orang memperhatikan dirinya dengan aneh.

BianNa (Fabian & Nara) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang