🌸 Kesekian kalinya 🌸

535 41 2
                                    

Happy Reading



***


Sepertinya hari ini adalah hari sial untuk seorang Nara Sifabella, di karenakan ia bangun kesiangan. Membuatnya tidak sempat membeli makanan terlebih dahulu sebelum bel masuk. Biasanya Nara akan membeli sesuatu dulu untuk dia bawa ke taman sekolah saat jam istirahat tiba.

Alhasil Nara harus membeli makanan itu di saat para murid sudah memenuhi area kantin sekolah tersebut.

Nara berjalan dengan santai saat ia mulai memasuki kantin itu. Banyak Siswa dan Siswi yang saling pandang dan berbisik-bisik. Namun Nara cuek dan menganggap di kantin tersebut tidak ada orang.

"Eh! Cewek aneh! Sini lo." panggil seorang gadis yang terlihat modis dengan rambut berwarna merah. Bersama para teman-temannya.

Meskipun malas Nara tetap menoleh dan menatap gadis itu dengan tajam. Nara melihat gadis itu memberi isyarat agar ia menghampirinya dengan telunjuk jarinya.

Dengan pelan Nara menghampiri gadis itu dan berdiri di samping gadis tersebut. "Ada apa?" tanya Nara malas.

Gadis itu bergidik ngeri. saat melihat ruas jari-jari Nara yang tertutup plester dan juga ada bekas-bekas luka yang mulai mengering. "Ih. Lo ngapain sih dekat-dekat gue! Hush sana." katanya mengibas-ngibaskan tangannya.

Nara memutar bola matanya dengan malas, tadi. Siapa yang memanggilnya, sekarang di saat ia sudah datang. Justru di usir. Dasar cewek sinting. Maki Nara dalam hati.

Brak!

Nara tersungkur saat ia ingin berbalik dan pergi dari kantin itu, kakinya sengaja di jegal oleh gadis yang kini sedang terbahak bersama temannya. Nara mulai geram, namun sebisa mungkin dia bisa menjaga emosinya agar tidak lepas kontrol.

Byur!

Tanpa di duga, tiba-tiba ada jus jeruk yang menumpahi kepala gadis itu hingga membuatnya basah dan baju seragamnya berubah berwarna kuning. Gadis itu berbalik dan siap ingin memaki seseorang yang sudah berani melakukannya. "Lo!" ucap gadis itu. Namun saat berbalik dan melihat orang itu, wajahnya berubah terkejut dan tidak percaya.

Melihat cowok tampan yang sedang menatapnya tajam sambil mengunyah permen karetnya. "Fabian?" kata gadis itu pelan.

Cowok itu adalah Fabian yang merasa terusik saat ia mulai memasuki kantin. Dan matanya langsung terfokus pada objek yang sedang jadi tontonan seisi kantin.

Entah kenapa, ia tidak suka saat gadis bernama Vania yang terkenal suka membully para anak baru ataupun anak cupu itu. Memperlakukan gadis seperti Nara tidak baik dan menjadi tontonan orang-orang. Dengan sendirinya kakinya melangkah sambil mengambil jus jeruk milik salah satu murid yang sedang berada di kantin itu dan menyiramkannya ke kepala Vania.

"Kenapa? Mau marah?" tanyanya sambil melipat tangannya di dada.

"Kok. Lo belain. Cewek aneh itu sih!" geram Vania.

"Gue bukan belain dia. Tapi gue malas, Lihat lo ribut di dalam kantin. Ganggu aja!!" sungut Fabian dan melangkah ke kursi miliknya yang sudah ia tandai jika wilayah tersebut miliknya bersama sahabatnya.

Vania menatap Fabian kesal, ia menghentak-hentakan kaki karena kelakuan cowok itu. Kini ia menjadi bahan tertawaan para murid. Karena penampilannya sungguh berantakan. Fabian menoleh lagi kearah Vania. Namun bukan Vania yang ingin ia lihat. Tapi Nara yang ternyata sudah tidak ada. Fabian mengedarkan pandangannya keseluruh kantin mencari gadis itu. Namun tidak terlihat sama sekali keberadaan Nara.

<𝕭𝖎𝖆𝕹𝖆>

"Udah berapa kali gue tolongin. Nggak ada makasihnya sama sekali lo ya!" ujar Fabian tiba-tiba mengagetkan Nara yang sedang berdiri di halte sekolah.

Gadis itu melirik Fabian yang menatap lurus kedepan dengan sengit. "Gue nggak minta lo. Untuk nolongin gue!" jawab Nara.

Fabian tersenyum miring, Lalu tanpa di duga. Cowok itu menyodorkan dompet berwarna biru muda kearah gadis itu. Nara sedikit membulat melihat dompetnya ada pada Fabian. "Tadi. dompet lo jatuh di kantin." Nara mengambil dompetnya dari tangan Fabian.

Pantes dari tadi ia sudah mencari ke penjuru kelas namun tidak menemukan dompetnya. Nara menatap punggung Fabian yang sudah pergi menjauh saat sudah memberikan dompetnya. Benar. Cowok itu sudah berapa kali menolongnya, namun ia belum sama sekali mengucapkan terima kasih.

Hari ini jika tidak ada Fabian yang menemukan dompetnya, pasti ia akan pulang dengan jalan kaki. Dan tidak bisa makan hari ini, atau beberapa hari kedepan. Sebab uang miliknya semua ada di dalam dompet tersebut.

Nara hanya menghela napas, menaikan bahunya. Bingung, apakah ia harus mengucapkan terima kasih. Atau membiarkannya saja. Mungkin memang ini kebetulan cowok itu yang menolongnya.

Sesampainya di rumah. Nara melihat isi dompet tersebut. Bukan takut cowok itu mengambil uangnya. Hanya ingin melihat ada sisa berapa lembar uang yang ada di dalam dompetnya.

Nara menghela napas, saat melihat jumlah uang miliknya. Yang ternyata tinggal satu lembar seratus ribu. Padahal gajiannya masih ada beberapa minggu ke depan.

Kondisinya yang masih seorang pelajar, membuatnya tidak bisa mencari pekerjaan yang lebih baik. Gaji di tempatnya bekerja saat ini. Hanya cukup bayar kos dan makan beberapa minggu.

Tanpa mengisi perut, Nara bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Saat bekerja ia sering mendapat teguran, ketika sedang membuang sampah di kantong besar dengan lambat.

Nara terlihat kesulitan, dan karena ia tidak ada tenaga. Membuat pekerjaannya terasa berat dengan tubuh mungilnya.

Saat ia dapat teguran lagi. Dan di suruh segera membuang sampah tersebut tiba-tiba Nara oleng. Hampir saja ia tersungkur. Beruntung gadis itu masih bisa menahan tubuhnya agar tidak mencium aspal.

"Nara! Kamu ini niat kerja nggak sih! Lambat banget. Lihat di sana masih numpuk sampah-sampah yang harus kamu buang!" ujar salah satu kepercayaan bosnya yang sedari tadi memarahi Nara.

"Lo nggak lihat. badan dia kecil! Lo suruh buang kantong segede itu. Otak lo di mana!" ujar seseorang yang sedang bersandar di tiang listrik sambil menikmati sebatang rokok.

"Kamu siapa! Berani ngelawan saya. Masih kecil aja sok jadi pahlawan." cowok yang tak lain adalah Fabian tersenyum miring. Ia mengisap rokoknya sekali lagi lalu menginjak rokok tersebut dengan sepatunya.

"Lo tanya aja. Sama bos lo. Siapa gue!" ujar Fabian santai.

Orang itu menatap Fabian dan Nara tajam dan tidak suka. Setelah itu ia masuk ke dalam rumah makan tersebut.

Fabian menoleh melihat Nara yang sedang menarik kantong itu untuk ia buang. Tanpa persetujuan gadis itu. Fabian mengangkat kantong tersebut dengan mudah dan membuangnya. Setelah itu Fabian berdiri di hadapan gadis yang berdiri diam menatapnya.

Fabian melihat wajah Nara yang terlihat pucat. Tidak seperti beberapa hari saat ia melihatnya. "Lo sakit?" tanya Fabian. Hal itu membuat Nara tersadar dari lamunannya.

Raut wajahnya berubah datar dan menatap Fabian tajam lagi. Tanpa bicara Nara berniat meninggalkan cowok itu.

"Tunggu." cegah Fabian. Cowok itu mengernyit saat melihat gadis itu tampak meringis ketika ia memegang lengannya.

"Apa?" tanya Nara datar.

Saat Fabian ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba tubuh Nara oleng kembali. Beruntung ada Fabian yang sigap menahannya. Nara terlihat merintih dan mencengkram jaket milik Fabian. Dan tidak lama gadis itu ambruk tak sadarkan diri di pelukan Fabian.

***

-ᵀᵒ ᵇᵉ ᶜᵒⁿᵗⁱⁿᵘᵉ-

BianNa (Fabian & Nara) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang