☘ Bertemu II☘

281 32 2
                                    











°Happy Reading°



***

"Fabian..." seorang cewek berambut pirang memakai seragam pres body tengah mendekati Fabian yang sedang duduk sendiri di kantin sekolah.

"Boleh nggak gue duduk sini, di tempat lain penuh." goda gadis itu dengan genit.

Bian tidak terganggu sama sekali cowok itu lebih fokus pada buku yang sedang ia baca.

Teman gadis yang menggoda Fabian menyikut temannya agar pergi saja. Percuma mendekati Fabian, cowok itu terlalu cuek dan dingin. Gadis tadi tidak mau dan mendekat lebih pada Bian. "Gue temenin belajar ya, dari pada lo sendiri." gadis itu mulai kesal saat ucapannya tidak di respon sama sekali.

"Heh! Lo ngapain sama gembel macam dia! Lo lihat aja. Masa ke kantin minum air putih doang!" cemoh Evan saat baru masuk ke dalam kantin melihat Fabian di sana.

"Lo nggak mampu beli nasi. Uhh kasihan.. Nih gue kasih duit." Evan memberikan Fabian uang receh lima ratusan lalu tertawa puas bersama teman-temannya.

"Guys! Kalian punya receh kah. Kalau ada kasih buat nih bocah. Kasihan dia nggak mampu beli nasi.." Bian mengepalkan tangannya. Menahan emosinya agar tidak meledak.

Orang-orang di sana semua diam menyaksikan kelakuan Evan, bahkan cewek yang ada samping Fabian diam dan memilih menyingkir. "Atau.. Lo mau makan, nih bekas gue!" tidak tahan Fabian berdiri lalu pergi meninggalkan kantin tersebut dengan perasaan marah, sedih dan malu.

Bian memilih duduk seorang diri di atas roftop, dengan napas memburu Fabian memejamkan matanya yang sudah sangat merah menahan air mata di sudut matanya, Ia juga manusia biasa yang memiliki batas kesabaran.

Ingin rasanya ia menyerah, namun ia sadar jika ini adalah jalan hidup yang sudah ia pilih. Tidak akan bisa berubah ataupun kembali seperti semula.

"Fabian," panggil seseorang di belakangnya.

Orang itu menghampiri Bian yang sedang mengusap sudut matanya. Orang itu duduk di sampingnya memperhatikan sekejap wajah Bian. "Kalau lo mau nangis, nangis aja. Cowok nggak masalah kalau nangis kok." ujar orang itu.

Bian hanya memberikan senyum tipis lalu menarik napas panjang. Seseorang yang bersama Fabian adalah temannya yang bernama Rangga.

Fabian dan Rangga tidak sengaja menjadi teman saat. Rangga sedang di bully oleh Evan, dan Fabian lah yang membantunya.

Dari kejadian itu Fabian dan Rangga saling kenal dan memutuskan berteman, meskipun tidak terlalu dekat.

"Sabar, setiap ujian pasti ada ujungnya, tinggal kita bisa kuat atau nggak. Ingat ada tuhan yang selalu bisa tolong kita," pesan Rangga untuk Bian.

Rangga memang mengetahui semua rahasia Fabian, meskipun mereka belum lama kenal. Bian sudah mencurahkan hatinya pada cowok itu.

Rangga juga anak biasa. Bukan dari anak orang kaya, bahkan sepulang sekolah Rangga membantu orang tuanya untuk bekerja, malam harinya ia bekerja di salah satu counter hape yang tidak terlalu besar.

Dari Rangga lah Bian bermotivasi untuk lebih giat lagi untuk bekerja, Fabian ingin seperti Rangga yang kuat pantang menyerah.

"Ngga, lo ada kerjaan buat gue nggak? Gue butuh. Nyanyi di cafe nggak cukup untuk biaya hidup apalagi gue masih harus tebus obat untuk Nara,"

"Maaf, nggak ada Yan. Gue aja kerjanya juga dulu di kasih info sama teman gue." Bian menunduk menarik napas lalu membuangnya pelan.

Mungkin dirinya sendiri yang harus berusaha mencari sendiri pekerjaan tambahan selain bernyanyi di cafe.

BianNa (Fabian & Nara) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang