°Happy Reading°
***
Brak!
Suara pintu terbanting cukup keras, hingga orang yang ada di dalam menoleh, bukanya terkejut namun orang-orang yang ada di dalam justru senang. Melihat siapa yang berdiri di depan pintu dengan wajah emosi.
"Brengsek lo Van!" murka Fabian. Dengan langkah cepat mendekati Evan yang hanya duduk santai dengan senyum sinisnya.
Namun niat Fabian untuk memukul Evan gagal. Karena langsung di cegah oleh kedua teman Evan. "Kalau lo mau balas dendam tentang Karin! Lebih baik langsung ke Gue bukan ke Nara. Anjing!" maki Bian berusaha memberontak dari dua temanya Evan tersebut.
Evan tertawa sumbang lalu berdiri di hadapan Fabian. Ia tersenyum miring dan mencengkram rahang Bian kuat. "Nggak semudah itu bego! Gue mau. Nara ngerasain apa yang adek gue rasain. Dan gue berharap dia bakal ikutin Adek gue yang bunuh diri karena malu." kata Evan yang sukses membuat Fabian marah.
Kilatan tajam terlihat dari mata hitam Fabian. Ia sangat marah dan kakinya menendang perut Evan membuat cowok jangkung itu tersungkur. Tidak terima Evan bangun menerjang Fabian berkali-kali. Fabian ambruk saat dua teman Evan melepas tangan Fabian.
Cowok itu terbatuk-batuk merasakan sakit di perutnya. "Lo udah nggak bisa apa-apa Yan. Terima nasib kalau lo. bakal kehilangan orang yang lo sayang!" ujarnya menepuk pundak Fabian prihatin. Dan meninggalkan Fabian begitu saja.
Bian duduk memegang perutnya. Ucapan Evan terngiang-ngiang di telinganya. Terima nasib kalau lo bakal kehilangan orang yang lo sayang. Bian menggelengkan kepalanya. Tidak boleh, Nara tidak boleh melakukan apa yang Karin lakukan. Ia berusaha bangun yang justru membuatnya tersungkur lagi. Kondisinya saat ini benar-benar lemah, belum sembuh yang kemarin. Sekarang tubuhnya di hajar habis-habisan lagi oleh Evan.
"Aghr!!" teriak Fabian. Ia kesal di saat seperti ini kenapa kondisinya lemah. Ia hanya ingin pulang dan memastikan jika Nara baik-baik saja.
Ia menyesal meninggalkan gadis itu sendirian di saat kondisinya sedang down. Ini karena Evan sudah membuatnya sangat emosi. Hingga tidak memikirkan apa yang akan terjadi jika Nara di tinggal sendirian.
Dengan napas memburu, Fabian mencoba bangun lagi, dengan sisa tenaganya. Saat berhasil berdiri ia segera meninggalkan tempat tersebut dan bergegas kembali ke apartemennya.
Susah payah Fabian fokus pada kendaraannya sambil memegangi perutnya. Sekelebat bayang wajah Nara saat tertawa dan tersenyum bersamanya tiba-tiba terlintas di benaknya.
Beberapa hari ini Nara memang suka sekali tertawa keras karena hal lucu yang ia buat. Entah itu lucu atau tidak, tapi Fabian bisa melihat jika Nara bisa tertawa lepas saat bersamanya. Jarang sekali ia melihat gadis itu tertawa bahagia. Dari dulu selalu wajah datar dan penuh misteri yang di perlihatkan oleh gadis itu.
Namun semua itu hancur ketika Evan datang, hanya sekejap cowok itu bisa merubahnya. Karena masalalu bodohnya, menghancurkan kebahagiaan dirinya dan juga kebahagiaan orang yang ia sayang.
Saat sudah sampai Fabian membawa langkah kakinya yang berat menuju lantai atas. Di dalam lift Bian berdoa agar apa yang ia takutkan tidak terjadi. Bian benar-benar takut jika Nara melakukan hal gila itu.
Dengan tidak sabar Fabian membuka pintu apartemennya. Terlihat sepi tak ada tanda-tanda jika Nara keluar dari kamarnya.
Ia mendekati kamar Nara, menempelkan telinganya pada pintu tersebut. Tidak ada suara apapun dari dalam. "Nara!" teriak Bian sambil berusaha membuka pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BianNa (Fabian & Nara) END
Novela Juvenil°ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ᴅᴏɴ'ᴛ ᴄᴏᴘʏ ᴍʏ ꜱᴛᴏʀʏ° Nara Sifabella, Gadis cantik yang mengalami sebuah trauma, Membuatnya memiliki Phobia terhadap hujan. Ia akan melukai tubuhnya ketika hujan datang. Dengan begitu rasa sakit dan ketakutnya akan menghilang. Namun perlahan...