Prilly terlarut dalam pelukan Ali. Ali merenggangkan pelukannya, dan menatap wajah Prilly yang di basahi oleh air mata. Tangannya terangkat untuk mengusap air mata Prilly yang terjatuh.
"Kita masuk lagi."
Prilly menggelengkan kepalanya. Ia tak mau lagi di permalukan di depan umum. Terlebih lagi, ia tak mau Ali malu karenanya.
"Kita buktikan jika kamu lebih dari mereka, Prilly," ujar Ali. Namun, tetap saja. Prilly menggelengkan kepalanya tak mau untuk masuk ke dalam hotel lagi, dan bertemu dengan Inggita.
"Kamu harus membuktikan jika kamu wanita kuat, dan istimewa, Prilly. Jangan menangis, sayang," kata Ali seraya menghapus air mata Prilly dengan katanya.
"Demi dia. Kau malah mencampakkan Nadya yang selalu ada untukmu. Hahaha, ternyata pengaruh pelakor sangat besar untukmu, tuan Ali."
Inggita kembali dengan wajah cantik namun bersikap buruk. Inggita melirik Prilly yang hanya terdiam di sisi Ali.
"Lebih menarik Nadya dari pada perempuan yang kau jadikan istri kedua. Pelakor mana ngaku pelakor," cerca Inggita membuat hati Prilly kembali sakit.
"Berhenti menghina dia, Inggita. Harusnya kau berkaca. Siapa yang perebut? dia wanita baik-baik. Tak seperti kau yang selalu menggoda om-om yang telah beristri," tutur Ali membuat Inggita melebarkan matanya.
Dari mana Ali tau tentang itu? bisa-bisa reputasinya hancur-hancur karena satu fakta itu. Inggita jika baru pertama kalinya mendengar Ali berkata panjang padanya. Dulu pun hanya singkat, dan padat.
"Jangan mengada-ngada, Ali. Mana mungkin wanita berkelas sepertiku melakukan hal seperti itu," elak Inggita.
Prilly menundukkan kepalanya. Ia tak mau melihat Ali mau pun Inggita yang sedang berperang dingin. Suasana yang dingin di tambah dengan perang dingin membuatnya ingin segera pulang ke rumah, dan menemui Ayanna serta Abella, buah hatinya.
"Kita pulang Mas."
"Jangan pernah kau berkata apapun tentang istriku. Atau, aib mu akan ku sebarkan," ancam Ali pada Inggita. Inggita benar-benar ketakutan atas ancaman Ali yang sepertinya tak main-main. Inggita bahkan sempat bertemu dengan Ali di lobi hotel, saat ia sedang bersama salah satu om-om.
Jangan sampai.
Ali menarik tangan Prilly untuk pergi meninggalkan Inggita. Ali bisa merasakan dinginnya tangan Prilly.
Ali membukakan pintu mobil untuk Prilly. Prilly hanya terdiam membisu.
"Terima-kasih."
Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Prilly. Ali hanya bisa menghela nafasnya, Prilly masih saja mendiaminya. Di dalam mobil pun, Prilly hanya memalingkan wajahnya ke arah jalanan. Ali berusaha fokus untuk menyetir, tangannya menggapai tangan Prilly yang berada di sebelahnya.
"Apa Mas menyesal akan takdir ini?"
Mengapa Prilly malah bertanya seperti itu? ia bahkan tak pernah menyesal dulu pernah memaksa Prilly untuk terus bersamanya. Iya, semua ini takdir yang menyatukannya dengan Prilly.
"Untuk apa Mas menyesal. Dari dulu, aku tak pernah menyesal telah memaksa mu untuk masuk ke dunia ku," jawab Ali.
"Hiks. jika Mas lelah, Mas boleh pergi kok. Hiks. aku baik-baik aja kok Mas, tapi rasanya sakit Mas. hiks. Mas mungkin malu punya istri kayak aku, selalu nyusahin Mas," isak Prilly.
Ali menepikan mobilnya. Tubuhnya menghadap Prilly yang menangis tersedu-sedu.
"Mas takkan pergi dari kamu, Prilly. Sampai kapan pun itu, karena kamu takdirku Prilly," kata Ali.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
RomancePrilly Adryna tak pernah menyangka di dalam hidupnya akan dipaksa menikah dengan pengusaha bernama Ali Khalif Atmajaya, hanya karena uang dan paksaan ibunya. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus cerita yang tertuang dalam kisah mereka.