Prolog

595 36 11
                                    

"Marine, Bangun. Marine, ayo bangun."

Terdengar suara yang sangat lembut ditelinga dengan tangan hangatnya yang menggoyang goyangkan tubuh.

Wanita elegan yang sangat cantik dengan rambutnya yang terurai panjang nan merah yang sedang ia ikat, menandakan ia sedang siap siap untuk pergi.

"Ayo, pakai bajumu kita harus pergi dari sini."

Gadis remaja yang sebelumnya sedang tertidur itu tanpa berpikir panjang langsung mengganti pakaiannya.

Di samping itu semua, di luar tempat tinggal mereka terdengar kekacauan dimana mana, ledakan, kebakaran, teriakan, tembakan, sangat mudah sekali tuk di dengar. Yang menandakan tempat tersebut sedang diserang.

Secara tiba tiba pintu terbuka dengan sangat kencang dan seorang pria bertopi kapten bajak laut berwarna merah datang.

"Eliz, apa kalian sudah siap? Cepat pergi lewat belakang pulau."

Wanita yang telah selesai mengikat rambutnya tersebut langsung menoleh ke arahnya.

"Iyaa, sudah. Hanya tinggal menunggu Marine memakai sepatunya."

Gadis berambut merah yang sedari tadi disebut Marine itu langsung menoleh ke arah pria yang masih berada di pintu tersebut.

"Yah, apakah kita sedang diserang?"

"Yaa, karnanya ayo cepat."

Gadis tersebut langsung berdiri dengan sangat cepat.

"Yosh."

"Ayo cepat ke belakang."

Pria tersebut langsung menoleh ke belakang untuk menuju ke arah bawah tangga yang berada di samping kanannya dengan sebuah senjata shotgun yang ia todongkan sebagai kuda kuda untuk menembak sang penjahat jika terlihat.

Suara tembakan pun terdengar sangat dekat oleh sepasang indra pendengar dari Eliz dan Marine.

Eliz pun menuju arah suara letusan senjata api itu yang asalnya dari pintu tempat di mana pria tersebut muncul.

"Ayo Marine."

Eliz pun ikut membantu pria bergaya ala kapten kapal tersebut menembaki para penyerang yang berada di bawah tangga.

Sedangkan Marine menuju ke arah kiri sembari kebingungan karena hanya ada tembok besar dengan sebuah lemari.

"Tapi kemana bu? Ini jalan buntu."

Eliz pun menyimpan Tarkulnya di sabuknya dan langsung menghampiri sebuah lemari kayu berisi perhiasan pajangan dan langsung menggeserkannya.

Terlihatlah sebuah lubang yang memiliki ukuran cukup besar di sana.

"Cepat masuk, lubang ini akan membawamu menuju ke belakang pulau, di sana ada sebuah perahu kecil. Lalu pergilah sejauh mungkin dari sini."

"Bagaimana dengan ayah dan ibu?"

"Kita berdua akan menyusul. Ini pakailah jaket milik ibu. Sebagai tanda bahwa keluarga Houshou akan selalu berlayar di lautan."

Eliz pun menoleh ke arah pria yang sedari tadi menembakan senjata shotgun miliknya.

"Tuner, apa kau mau menyampaikan sesuatu pada kepala keluarga kita selanjutnya ini? Biar aku yang menggantikan tempat untuk membunuh para bajingan itu."

"Baiklah..."

Mereka berdua pun langsung bertukar tempat dengan sangat cepat, dan pria yang bernama Tuner itu langsung mendekati Marine yang sudah siap untuk memasuki lobang tersebut.

"Marine, sejujurnya aku sangat kecewa ketika ibumu melahirkanmu sebagai anak perempuan. Ayah ingin memiliki seorang anak lelaki, karna itu ayah selalu membuatmu melakukan pekerjaan seorang pria."

Tiba tiba, suara ledakan terdengar dari bawah tangga. Hingga membuat puing puing kayu beterbangan ke arah Eliz sehingga ia harus menunduk sembari melindungi kepalanya.

"Tuner, mereka memiliki bom untuk menghancurkan tempat ini."

Mendengar hal itu Tuner sangat kesal hingga terdengar suara kayu yang akan patah dari arah shotgun yang sedang digenggam oleh Tuner.

"Para bajingan itu, bahkan menggunakan bom."

Ia pun langsung menoleh ke arah Marine.

"Marine, cepat pergi dari sini. Kuasailah lautan, bagaimana pun caranya. Jangan biarkan nama keluarga Hoshou mati di keturunan ketiga ini. Gunakan selalu topi ini, sebagai tanda dirimu adalah kepala keluarga Hoshou."

Tuner pun memakaikan topinya ke kepala Marine.

"Cepat masuk."

Tuner pun tersenyum dan langsung pergi untuk membantu Eliz.

Kayu demi kayu hancur oleh ledakan tersebut, semakin besar dan membesar api yang dihasilkan ledakan itu, dekat dan semakin terus mendekat ke arah mereka, yang membuat Marine tidak ingin meninggalkan kedua orang tuanya menuju gerbang kematian.

"Bagaimana dengan ayah dan ibu?"

Eliz yang sedari tadi sedang menembaki musuh langsung memasang raut wajah kesal.

"Sudah kubilang, nanti kita akan menyusul! Cepat!"

Marine pun langsung masuk ke lubang tersebut secara perlahan. Dia berpikir, anak macam apa yang meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang berperang.

Dengan sangat cepat Eliz langsung memasuki kedua Tarkulnya kembali dan langsung menuju ke arah Marine dengan wajah kesal. Dengan sangat cepat wanita itu langsung menendang perut Marine, sehingga membuatnya jatuh dan masuk ke lubang tersebut.

Marine kesakitan begitu pula dengan hatinya yang melihat ibunya menangis melihatnya jatuh mengikuti jalan lubang tersebut, yang tak lama setelah itu suara ledakan terdengar sangat dekat, saking dekatnya api yang dihasilkan ledakan tersebut melahap ibunya tersebut. Api itu tak berhenti di situ, ia mendekat dan terus mendekat.

Semuanya terasa terang, panas di mata yang seakan membuat mata ingin melebarkan kelopak mata tuk melihat sekitar.

"Mimpi itu lagi yaa..."

Gadis berambut merah panjang sepunggung dengan mata yang berbeda warna sebelah, langsung bangkit dari tidurnya yang langsung terlihat sebuah jaket merah dan topi kapten bajak laut yang terpasang di tembok.

"Selamat pagi, ayah, ibu."

~~~~~~~~~~~~~~~

Tarkul adalah jenis senjata pistol yang biasa digunakan para bajak laut, biasanya yang nonton film Pirates of caribean pasti tau.

•×•×•×•×•×•×•×•

Hai semuanya...
Suport terus yak, biar hasrat nulisnya gak pernah goyah. Wkwkwkwk.

Untuk sekarang prolog dulu...
Minggu dpn di hari yang sama dan di waktu yang sama chapter pertama rilis.

Houshou MarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang