SELAMAT MEMBACA💚💙
-------------------------------------------------------------10 Tahun Kemudian~
"Adek, Pena Abang yang Adek pinjem mana? Abang mau nulis nih." Remaja Laki-laki berumur lima belas Tahun itu bertanya pada Adik nya yang sedang Asik bermain boneka Kuda Poni.
Sih Bocah perempuan berumur sepuluh tahun itu, hanya menghendikan Bahu tanda tak tahu.
Di sudut ruangan, Seorang Remaja bocah Laki-laki yang berumur Lima belas Tahun juga, sedang asik dengan piano yang di mainkan nya. Mata lentik nya, sesekali melihat ke arah Buku panduan yang di letakkan di hadapan nya.
"Adek! Abang lagi ngomong lho sama Adek." Kata Remaja itu lagi, Kali ini dengan nada dingin nya.
Bocah Perempuan itu mengangkat wajah takut, "Adek lupa letak in Dimana, Abang." Cicit nya.
"Huu..." Remaja itu menghela nafas. Mata Tajam nya, membuat Adik nya takut. Meskipun, tidak ada niat untuk menakut-nakuti dari Lelaki itu.
Bocah Perempuan yang amat manis dengan gaya poni depan nya, Langsung kabur ke arah Abang satu nya.
"Abang Nillo, Lala takut..." Kata Bocah itu sembari memeluk pinggang Abang nya yang sedang duduk di kursi Piano.
Remaja bernama Nillo itu langsung menjatuhkan pandangan nya Ke bawah, Ia tersenyum kecil saat Adik nya menyembunyikan Wajah di dada nya. Lalu, pandangan nya beralih kearah Kembaran nya yang sedang menghampiri meja belajar Nillo.
"Minjem Pena." Kata Remaja itu.
Nillo mengangguk. "Mata Kamu itu di lembutin sedikit Millo, Lala takut lihat nya." Celetuk Nillo sembari mengusap pucuk kepala Adik perempuan nya.
Pandangan Millo langsung beralih ke arah Adik Perempuan nya. Bibir nya meringis, Saat melihat Adik nya tampak ketakutan dengan nya.
Ia pun menghampiri Sang Adik. "Hei, Sini lihat Abang." Suara nya mencoba untul selembut mungkin.
"Gak mau, Mata Abang kaya Angry bird. Seram." Jawab Lala semakin memeluk Nillo.
Kejadian ini sudah sering terjadi. Padahal, Millo tak pernah marah pada Adik nya walaupun sesekali kesal dengan perbuatan Adik nya. Tapi, Mata dan nada bicara Millo memang begini, Berhasil membuat Adik nya salah paham.
"Abang, Minta maaf ya?" Kata Millo sembari mencolek pipi samping kanan Adik nya.
"Maka nya, Sama Adek sendiri itu jangan Dingin-dingin." Semprot Nillo sembari berdiri, Membawa Adik nya ke gendongan nya.
Kini sudah tampak jelas wajah Manis Lala yang terturun dari Bunda Mereka, Saat Nillo menggendong tubuh mungil nya.
Millo tersenyum saat Lala mencuri pandang kearah nya.
"Abang, Gak di maafin nih? Padahal Abang mau beli'in Lala Es Krim." Bujuk Millo dengan Makanan kesukaan Bunda, Nillo, dan Lala.
"Beneran?" Tanya Bocah itu dengan wajah polos.
Millo mengangguk sembari merentangkan tangan nya. "Tapi, Sini dulu dong. Abang pengen peluk sama Minta maaf."
Tentu saja, Lala langsung merentangkan tangan nya.
Nillo tersenyum melihat kedua Saudara nya yang akur kembali. Memang, Millo yang dingin tak jarang kesal dengan Lala yang polos namun jahil. Bocah cilik itu, tak jarang meminjam pena, pensil, cat warna, hingga penghapus Millo namun tak pernah juga di kembalikan. Entah kemana, Di buat Lala benda-benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only || Sequel Zillo [COMPLETED✔]
RomansaSEQUEL "ZILLO" Tentang Cinta Pertama yang tak pernah usai, tak mau terbagi, tak mau di lupakan, dan tak mau di tinggalkan. || Di sarankan untuk membaca ZILLO terlebih dahulu, biar dapat feel kebucinan nya❤