Kakiku adalah rumah tanpa tembok. Rumah tanpa tamu yang berkunjung. Kau tahu bahwa kesepian adalah liburan paling panjang yang bikin mabuk dan muntah. Sekaligus bikin lapar dan haus dalam satu waktu. Karpet hitam yang digelar sudah ditumpuk bersama kura-kura yang kehabisan tenaga untuk berlari. Ia diam saja bersama kelinci yang giginya tinggal dua. Aku memakan kotoran kelinci yang rasanya bikin nyeri dan pusing kepala. Jika saja ada tembok, akan kubenturkan agar aku tertidur dan tidak perlu makan kotoran lagi.
Putih hitam biru tidak ada bedanya bagi manusia yang buta warna. Manis pahit asin tidak ada bedanya bagi manusia yang mati rasa. Tapi kelinci tidak bisa bertahan hidup tanpa buang kotoran. Aku tidak bisa hidup tanpa makan. Meski aku buta warna dan mati rasa.
Kata siapa tembok adalah tembok. Nyatanya tembok adalah kura-kura yang diam di tempat. Merayu Tuhan agar mau membawanya pulang ke tanah surga. Tidak betah, katanya. Ingin muntah, rasanya. Tapi hidup tetap ia habiskan meski hanya diam di tempat bersama kotoran kelinci yang bau wangi.
---
191020
p a r a d e j i n g g a
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kepala yang Kehilangan Rambut
PoetryPROSA | ❛❛ Bapak tua itu terkantuk-kantuk di pojok ruangan. Tak punya selera makan, katanya. Aku mengubur sapi hidup di tengah halaman, bapak tua itu menegur. Aku bisa kena kutukan jika aku melanjutkan. Tapi sapi itu meminta surga padaku sedangkan a...