Hari ini jantungku bicara tentang kehidupannya yang sibuk. Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa beristirahat karena aku bisa mati. Aku kasihan pada jantungku yang sangat kelelahan. Kalau aku sedang bersama kekasihku, ia akan berlari marathon tanpa henti. Kalau aku sedang marah, ia akan meledak-ledak seperti anak kecil yang terisak. Kalau aku sedang sedih, ia akan meremas dadaku dengan bintang-bintang yang ditabur bersama perasan jeruk nipis. Kalau aku menangis, ia akan main catur dengan penjaga toko di gang seberang sana yang banyak preman dan jalang-jalang nakal.
Kalau saja kekasihku tahu, aku dan jantungku sepakat jika untuk kau aku hebat. Aku siap lari marathon tanpa henti asal kau di sampingku sambil minum teh sari wangi yang nyatanya bau kenangan antah berantah. Kau bisa datang kapan saja; membuat jantungku kelelahan kesekian kalinya; membuatku mabuk kata-kata oleh majas yang menempel pada bibir dan sela-sela jarimu. Kekasih, sungguh kau bisa datang kapan saja.
Jantungku memberi tahu bahwa kau berkhianat dan bercinta dengan jalang yang kata kau sangat hina itu. Aku merobek dada kau dan aku hancurkan isinya tanpa tersisa. Kecuali satu; bekas cap bibir jalang yang bercampur dengan anyir darah. Tunggu, itu baru bayangan dan rencanaku. Kenyataanya sekarang aku berdiri di depan kau, tersenyum dan mempersilahkan kau bicara apapun yang kau mau. Setelah itu aku mengirim e-mail pada ombak di laut agar datang di tengah-tengah kau dan aku. Dengan seperti itu tsunami bukan hanya terjadi di jantungku; tapi juga jantungmu.
---
71120
p a r a d e j i n g g a
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kepala yang Kehilangan Rambut
PuisiPROSA | ❛❛ Bapak tua itu terkantuk-kantuk di pojok ruangan. Tak punya selera makan, katanya. Aku mengubur sapi hidup di tengah halaman, bapak tua itu menegur. Aku bisa kena kutukan jika aku melanjutkan. Tapi sapi itu meminta surga padaku sedangkan a...