Bingkai foto dalam rumahku mengajakku ke aliran sungai dekat jantung bapak. Di sana aku tertawa bersama anak kecil yang mirip sekali dengan diriku. Ia bermain congklak dengan seorang bocah laki-laki yang digagalkan jarak. Mati terisak.
Di sana juga ada merpati bertanduk dua yang kuanggap serupa pohon cemara yang tetap tumbuh meski kering; yang tetap utuh meski tak sungguh. Sangkarnya berbentuk lingkaran yang sukar menemui jalan. Segalanya buntu tak ada ujung yang bisa ditemu.
Ah, tidakkah kau tahu seramai apa jantung bapakku itu?
Lampu taman berwarna abu berjejer di tepi jalan yang hilang rambu. Mencari ke mana hilangnya penghuni yang biasanya suka berjalan kaki. Bertanya-tanya mengapa jalanan begitu sepi. Tidak ada siapapun di antara keramaian yang riuh tanpa ampun. Tidak ada siapapun yang ditemui di antara hingar bingar manusia yang saling ingkar janji.
Ya, kau benar, tidak ada apa-apa dalam jantung bapakku.
Kecuali satu, kerinduan akan ibuku yang tak akan pernah berhasil aku pahami.
---
171220
p a r a d e j i n g g aAda satu manusia yang paling ingin aku peluk, tapi aku malu. 🎶 --bapak
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kepala yang Kehilangan Rambut
PoetryPROSA | ❛❛ Bapak tua itu terkantuk-kantuk di pojok ruangan. Tak punya selera makan, katanya. Aku mengubur sapi hidup di tengah halaman, bapak tua itu menegur. Aku bisa kena kutukan jika aku melanjutkan. Tapi sapi itu meminta surga padaku sedangkan a...