Anak kecil dibawa lari oleh manusia paruh baya bernama Hidup. Tidur lelapnya dibangunkan oleh sentuhan pertama dari tangan malaikat bernama Wanita. Telinganya mendengar suara untuk pertama kalinya yang asing namun juga memperkenalkannya pada hakikat hidup dan sejatinya tragedi ini bermula, suara itu bernama; Bapak.
Tumbuh dan utuh adalah sebuah keharusan. Tapi tidak setelah kau menginjak realita yang sebenarnya. Di mana banyak orang yang utuh tapi rapuh, satu tapi separuh, melatih raga tapi membuang nyawa. Banyak sekali tragedi terjadi, peristiwa-peristiwa yang lupa tercatat dalam sejarah. Baik buruk yang datang dan pergi dari jalan-jalan kota dan gang-gang sepi.
Penculikan telah terjadi. Telapak meninggalkan tanah surga dan duduk bersama pohon beringin di belakang rumahmu. Sayup terdengar suara tangisan yang kemudian disusul helaan napas kelegaan. Orang-orang sibuk bersujud dan mengucap terima kasih. Apa yang kami tahu dari rencana penculikan ini? Tidak ada.
Kami adalah ketidaktahuan yang mencoba utuh lagi baik, menerima lagi menyambut, tersenyum lagi bergandengan tangan. Kami tidak tahu apa-apa, tapi kami tidak pernah sendirian.
---
221220
p a r a d e j i n g g a
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kepala yang Kehilangan Rambut
PoetryPROSA | ❛❛ Bapak tua itu terkantuk-kantuk di pojok ruangan. Tak punya selera makan, katanya. Aku mengubur sapi hidup di tengah halaman, bapak tua itu menegur. Aku bisa kena kutukan jika aku melanjutkan. Tapi sapi itu meminta surga padaku sedangkan a...