Bantal tidurku adalah kekasihku. Ia bercinta denganku sepanjang malam sampai pagi. Setiap hari. Lagi dan lagi. Tanpa henti. Aku menciumnya dan tersenyum saat jutaan rambutku menyentuh dadanya. Ia tak pernah lupa menyanyikan lagu tidur yang berkisah tentang gadis dan pemuda yang saling mencintai. Aku tidak tahu bagaimana bisa satu manusia bisa mencintai manusia lainnya ; bermesraan sepanjang detik dan detak. Aku tidak tahu bagaimana bisa manusia sesombong itu... apakah mereka sungguh mencintai manusia lainnya? Ataukah hanya mencintai dirinya sendiri? Lupakan.
Sekarang bantalku berbuah mangga berirama piano. Rasanya manis seperti suapan pertama dari tangan ibu. Aku mengambil pisau dapur untuk membelah mangga itu, namun ibu menghentikanku. Katanya, mangga itu bukan milikku. Aku tidak jadi makan. Ibu juga mengatakan, aku hanya boleh makan mangga kalau aku sudah mendapat jawaban dari kalimat terakhir paragraf pertama tulisan ini.
Bantalku menangis karena aku tidak jadi makan buahnya. Aku juga menangis karena tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu apa.
Apakah ada yang bisa menjawabnya? Katakan, agar aku bisa makan mangga dan bantalku berhenti menangis. Katakan.
---
221020
p a r a d e j i n g g a
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Kepala yang Kehilangan Rambut
PoetryPROSA | ❛❛ Bapak tua itu terkantuk-kantuk di pojok ruangan. Tak punya selera makan, katanya. Aku mengubur sapi hidup di tengah halaman, bapak tua itu menegur. Aku bisa kena kutukan jika aku melanjutkan. Tapi sapi itu meminta surga padaku sedangkan a...