Selamat malam. Masih nunggu ceritanya? Jangan lupa ramein kolom komentar
__________"Masa putih abu-abu adalah masa yang ditunggu-tunggu oleh seorang pelajar. Namun, mereka tidak tau jika dimasa itu juga ada banyak sekali luka yang diciptakan."
'ChandraDira'
______________Tok tok tok
Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunan seorang gadis yang tengah duduk di kursi riasnya.
"Dira, mau sampai kapan kamu di kamar terus? Kamu nggak sekolah emangnya? Kasihan Chandra sudah nunggu sejak tadi pagi." Suara seorang wanita itu dari balik pintu kamar gadis yang bernama Dira.
"Iya, Ma. Bentar," teriak gadis itu.
Dengan segera, gadis itu menyelesaikan aktifitasnya yang sempat tertunda gara-gara ia melamun. Dira kembali melihat cermin yang menampilkan dirinya. Kali ini, Dira menggunakan seragam putih abu-abunya. Karena mulai hari ini, Dira resmi menjadi salah satu siswi SMA Alexandria.
Dira segera keluar dari kamarnya. Gadis itu menuruni tangga menuju ruang tengah. Terlihat seseorang yang seumuran dengannya tengah duduk di kursi. Dia adalah orang yang tadi gadis itu lamunkan, Chandra.
"Selamat pagi, Chandra," ujar Dira berjalan menghampiri cowok yang bernama Chandra.
Chandra berdiri dari duduknya. "Pagi. Kenapa lama?" tanya Chandra tanda ekspresi di wajahnya.
Dira menggaruk pelipisnya yang tidak gatal serta cengiran di bibirnya terbit begitu saja.
"Hehe, maapin Dira. Tadi itu, Dira tiba-tiba inget MPLS pas SMP. Nggak nyangka aja Dira sekarang udah SMA. Padahal rasanya tuh Dira baru kemarin masuk SMP, eh sekarang udah SMA aja." Dira berbicara jujur kepada Chandra. Memang benar, sedari tadi pagi Dira mengingat masa MPLS-nya dulu ketika memasuki sekolah menengah pertama.
"Ya udah, ayo berangkat!"
"Bentar, Dira belum pamitan sama Mama Papa." Gadis itu berlalu pergi ke arah kamar orangtuanya yang berada di lantai satu. Dira mengetok pintu terlebih dahulu. Setelah mendapatkan jawaban, gadis itu pun memasuki kamar orangtuanya.
"Ma, Pa, Dira mau berangkat bareng Chandra." Dira mencium tangan kedua orangtuanya secara bergantian.
"Hati-hati," ujar wanita paruh baya dengan nama Karin itu.
"Jangan nakal, nurut sama Chandra!" celetuk Leo—papanya.
"Emangnya Dira anak kecil sampai dikasih tau begituan."
"Memang 'kan? Kamu belum cocok jadi anak SMA," ujar Leo sembari terkekeh pelan.
"Ish, Papa. Oh iya, Abang kemana?" Dira baru menyadari jika ia belum bertemu dengan abang satu-satunya itu.
"Abang sudah berangkat. Makanya kamu buruan berangkat!"
Dira pun keluar dari kamar dan menghampiri Chandra yang sudah berada di luar. Lebih tepatnya di samping motor sport miliknya. Chandra memasangkan helm berwarna pink ke kepala Dira. Sangat pas dan cocok di kepala gadis itu.
Chandra pun menaiki motor sportnya dan diikuti Dira yang duduk di boncengan. Chandra melajukan motornya membelah jalanan yang cukup lenggang.
***
Dua remaja yang baru saja turun dari motor sport itu cukup menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang berlalu-lalang di sekitarnya. Membuat gadis itu menundukkan kepala karena risih. Chandra yang melihat Dira menunduk pun meraih tangan gadis itu. Mencoba menghilangkan rasa takut yang Dira rasakan.
Chandra cukup paham sikap Dira yang tidak suka menjadi pusat perhatian itu. Chandra sudah berteman dengan Dira semenjak SMP. Lebih tepatnya masa MPLS. Mereka pun juga memasuki kelas yang sama. Mulai saat itu, Chandra adalah sahabat satu-satunya yang dimiliki Dira.
Chandra segera mengajak Dira ke arah kelas X IPA 1. Kelas yang akan mereka tempati selama tiga tahun ke depan. Ya, mereka ditakdirkan satu kelas kembali. Memang skenario Tuhan tidak ada yang tau.
Selama berjalan menuju kelas, Dira masih menundukkan kepalanya. Chandra yang melihat pun tidak suka. Ia menghentikan langkahnya diikuti Dira juga berhenti.
"Jangan nunduk!" perintah Chandra melihat gadis yang ada di sampingnya.
"Dira takut," ujarnya.
"Kenapa harus takut? Aku ada di sini buat kamu. Nggak akan ada yang nyakitin kamu lagi." Chandra tau ketakutan yang gadis itu rasakan.
Dengan ragu, Dira mendongakkan kepalanya, melihat cowok yang lebih tinggi darinya itu. Perlahan, senyum di bibir gadis itu terbit hingga Chandra ikut tersenyum melihatnya. Senyum Dira memang menular untuk seorang Chandra Izdan Rajendra.
Mereka kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Mereka memasuki kelas yang sudah ada beberapa siswi itu. Chandra pun mengajak Dira duduk di meja paling pojok karena Chandra tau kalau Dira tidak suka duduk di depan. Begitu juga dengannya, ia tidak suka duduk di meja barisan depan.
"Pinjem ponsel kamu," ujar Chandra.
Dira mengeluarkan ponselnya dan menyerahkan kepada cowok itu. "Dira nggak main game kok."
Cowok itu mengabaikan ucapan Dira. Ia lebih memilih mengecek benda pipih milik gadis itu. Mengecek ponsel dan barang-barang lain milik Dira memang tugas Chandra. Hampir setiap bertemu, Chandra selalu mengecek ponsel itu. Chandra membuka setiap aplikasi yang terdapat di dalamnya. Mulai dari WhatsApp, Instagram, dan aplikasi lainnya.
"Nih!" Cowok itu kembali menyerahkan benda pipih itu kepada sang pemilik ketika dirasa tidak ada perubahan di dalamnya dari terakhir kali ia mengeceknya.
"Chandra ngecek apa sih?"
"Bukan apa-apa."
Dira sempat bingung dengan kelakuan cowok itu. Namun, ia membiarkan dan menuruti semua perintah Chandra.
***
Bel istirahat baru saja berbunyi. Siswa-siswi SMA Alexandria berhamburan keluar kelas. Terkecuali Chandra dan Dira. Mereka menunggu supaya tidak berdesakan ketika keluar. Tentu saja itu perintah Chandra. Dira yang melihat sudah tidak terlalu ramai pun segera beranjak dari duduknya. Diikuti cowok itu di belakangnya.
Saat memasuki kantin, dua remaja itu menjadi pusat perhatian karena tangan Chandra yang melingkar melewati leher gadis itu. Chandra mengajak Dira menghampiri meja yang di tempati dua manusia. Chandra menarik kursi untuknya dan untuk gadis itu.
"Gue kira siapa, kampret." Alvan melempar Chandra dengan keripik yang ia makan.
Chandra hanya melihat sekilas cowok itu tanpa minat menyahut.
"Mau makan apa?" tanyanya pada Dira.
"Bakso aja. Tapi Dira mau yang pedes," jawab gadis itu.
"Nggak usah pedes. Nanti perut kamu sakit."
"Heh, lo kalo mau uwu jangan di sini dong!"
***
Haloo. Gimana sama partnya?
Ada yang kangen sama mereka? Atau ada yang mau di sampein buat mereka? Bang Alvan misalnya. Atau Dira? Atau authornya? Wkwkwk.
Dah ya, Babay. Sampai jumpa di part selanjutnya.
18 Oktober, 20
naa_
![](https://img.wattpad.com/cover/244326803-288-k911445.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
3F • (END)
أدب المراهقين"Chandra, Dira mau ke toilet. Chandra tunggu di kelas aja." "Nggak! Gue anterin." ____________________ Di mana ada Dira, di situ ada Chandra. Itulah kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan dua remaja yang selalu pergi bersama-sama itu. Menurut C...