18. Tersadar

57 9 0
                                    

Jangan lupa ramein kolom komentar
_________


Alvan bernafas lega ketika melihat mata Dira mulai terbuka perlahan. Dengan cekatan, Alvan membantu Dira duduk dan mengambilkan minum untuk Dira. Alvan juga membantu Dira minum. Cowok itu mengusap keringat yang muncul di pelipis adiknya.

“Kamu kenapa? Atau perlu ke rumah sakit?” Rasa khawatir masih bersarang di hati cowok itu. Kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Sudah tugasnya untuk menjaga adik satu-satunya.

“Dira takut.” Gadis itu meraih boneka dan memeluknya erat.

Alvan bisa melihat ketakutan itu dari wajah Dira yang terpancar jelas. Tanpa diperintah, Alvan memeluk Dira tak kalah erat. Berharap adiknya tidak merasa takut lagi.

“Ada Abang di sini, Dira nggak perlu takut. Cerita sama Abang, apa yang membuat Dira takut.”
Perlahan, Alvan melepaskan pelukannya. Terlihat sedikit lebih tenang kali ini.

“Di lu-luar, ada ... ada ....” Rasanya kelu sekali untuk berbicara.

“Kamu di sini dulu!” Tanpa menunggu jawaban Dira, Alvan beranjak dari duduknya.

Alvan ingin mencari tahu apa yang ada di luar hingga membuat adiknya ketakutan seperti itu. Matanya membulat sempurna ketika membuka pintu dan melihat sesuatu yang berserakan di lantai.

“Pantes Dira ketakutan.”

Alvan kembali masuk ke rumahnya untuk mengambil sapu. Meskipun dirinya laki-laki, ia sudah terbiasa menyapu. Memang kedua orang tuanya tidak memiliki pembantu. Alasannya agar Alvan serta Dira tidak bermalas-malasan.

Setelah membersihkan kekacauan kecil itu, Alvan kembali memasuki rumahnya dan mendatangi Dira yang masih berada di kamarnya. Ketakutan itu masih terlihat pada wajah Dira.

Alvan mendudukkan dirinya di samping Dira. Tangannya terulur mengelus lembut rambut Dira. “Nggak usah takut. Udah Abang buang.”

Tanpa aba-aba, Dira memeluk Alvan erat. “Makasih dan maaf karena udah ngerepotin Abang,” ucap Dira begitu lirih namun masih didengar Alvan.

“Udah kewajiban Abang ngejagain kamu. Kalo ada apa-apa, bilang sama Abang.” Alvan merasakan anggukan kepala Dira yang masih berada di pelukannya. “Nanti malam, makan-makan sama Chandra mau?”

Lagi-lagi gadis itu mengangguk. Bahkan lebih semangat dari pada tadi. Dira merasa bersyukur kali ini. Memiliki Kakak yang begitu menyayanginya.

***

Dira tengah sibuk menyiapkan makanan untuk dirinya dan kedua laki-laki yang sangat ia sayangi. Meskipun hanya bertiga, Dira memasak cukup banyak makanan. Alasannya hanya supaya mereka bisa memilih makanan yang mereka suka.

Terdengar suara langkah kaki yang turun dari arah tangga. “Udah siap semua makanannya?”

Dira mengangguk mantap. “Udah, Bang. Tinggal nunggu Chandra aja.”

“Tuh orangnya,” ujar Alvan menunjuk cowok yang berjalan mendekati keduanya.

Mereka bertiga duduk di kursi masing-masing. Mereka hanya menggunakan pakaian rumahan. Lagian ini hanya makan malam biasa, bukan acara besar-besaran. Dira mengambilkan nasi untuk Alvan dan juga Chandra secara bergantian. Ketiganya makan dengan keadaan hening.

3F • (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang