Masih setia nungguin cerita mereka? Jangan lupa ramaikan di kolom komentar:')
___________
"Keadaan yang memaksa untuk mengubah sikap."
'ChandraDira'
______________
Cowok dengan seragam yang sudah berantakan serta rambut yang sudah acak-acakan itu memijit pelipisnya yang terasa pusing. Ia mengambil air dingin yang berada di lemari es miliknya. Lalu, ia meneguknya hingga tandas.
Kali ini, Alvan sangat bingung dengan sikap adiknya satu itu. Tadi saat di sekolah sudah jelas bahwa Dira bohong. Tidak mungkin gadis itu mengerjakan tugas disaat istirahat. Jika memang iya, sudah pasti Chandra akan mengikutinya. Namun, Chandra lebih memilih mendiamkan gadis itu dan melanjutkan istirahatnya.
Setelah mengantarkan Dira pulang, Chandra langsung pamit pulang. Alvan mencoba berpikir tentang perubahan sikap Dira yang terlihat lebih pendiam dan cuek. Bahkan gadis itu terlihat ingin menjauhinya. Alvan mengingat kembali kesalahan apa yang telah ia perbuat. Tapi seingat Alvan, ia tidak pernah berbuat salah kepada adiknya itu.
Alvan pergi ke kamarnya, ia lebih baik tidur sejenak daripada pusing. Alvan sudah capek setelah berlatih bermain basket ditambah memikirkan Dira. Ia akan tidur dan akan mandi setelahnya.
***
Pagi ini, di ruang tengah milik keluarga Aldinata sudah berkumpul tiga remaja. Sudah setengah jam mereka saling diam tanpa ada yang bersuara terlebih dahulu. Alvan yang sudah kesal itu pun menghembuskan nafasnya kasar.
"Ini mau ngapain. Dari tadi diem doang nggak ada yang ngomong," ujar Alvan melihat Chandra dan Dira secara bergantian.
"Ayo berangkat sekolah." Chandra beranjak dari duduknya.
Alvan yang mendengar ucapan cowok yang kini sudah keluar itu pun melotot tidak percaya.
"Niatnya suruh ngumpul di sini ngapain anjir. Minta disantet tuh anak!" sungut Alvan.
Alvan pun beranjak dari duduknya dan berjalan mengikuti Chandra. Tanpa ia sadari, Dira masih di ruangan itu. Biasanya gadis itu digandeng salah satu di antara mereka. Namun, kali ini mereka seperti tidak menyadari kehadirannya. Bukankah ini yang Dira inginkan? Tapi kenapa rasanya sesak ketika dua pangerannya pergi begitu saja?
Hampir saja cairan bening itu menetes. Dengan cekatan Dira mendongakkan kepalanya agar hal itu tidak terjadi. Dira pun beranjak dari duduknya, menyusul dua remaja yang sudah menunggunya di luar.
"Setidaknya mereka nggak ninggalin Dira." batin gadis itu.
Saat keluar rumah, terlihat Chandra yang berdiri bersender pada motor besar miliknya. Cowok itu memasukkan ponselnya ke saku celananya ketika menyadari Dira. Sedangkan gadis itu terdiam menatap Chandra. Dira baru sadar jika Chandra sudah cukup sabar dengan sikapnya.
"Ayo," ucapan Chandra menyadarkan Dira dari lamunannya.
Dira mengangguk dan menghampiri cowok itu. Seperti biasa, Chandra memasangkan helm ke kepala Dira. Sudah menjadi rutinitas Chandra mengantar jemput gadis yang terlihat mungil di hadapannya itu.
"Alvan udah duluan. Mau latihan basket katanya." Cowok itu segera menaiki motor miliknya. Serta Dira yang duduk di boncengan. Perlu diketahui jika hanya Dira yang boleh duduk di boncengan motor milik cowok itu. Kakaknya saja tidak boleh, apalagi orang lain. Jika Chandra disuruh menjemput kakak perempuannya, maka cowok itu akan menjemput menggunakan mobil milik orang tuanya.
Dira melingkarkan tangannya pada perut cowok itu ketika Chandra mulai melakukan motornya. Tentu saja Chandra diam saja. Justru cowok itu mengeratkan pegangan tangan Dira yang membuat gadis itu tersentak kaget. Dira berniat melepaskan rangkulannya namun ditahan oleh Chandra.
"Udah, gini aja."
Entah kenapa, Dira merasa rindu sekali dengan Chandra. Padahal setiap hari mereka bertemu. Namun, rasa rindu itu hadir di hatinya. Perlahan, gadis meletakkan kepalanya di pundak Chandra.
"Dira boleh gini?" tanya gadis itu sedikit berteriak.
Chandra menganggukkan kepalanya tanda bahwa cowok itu mengizinkan. Tanpa Dira sadari, sebuah senyum terbit di balik helm full face yang cowok itu gunakan.
"Jangan berubah, Dir," batin Chandra.
***
"Kamu beneran mau nunggu? Atau kalau enggak, aku nggak usah ikutan aja. Aku nggak mau kamu nunggu."
"Chandra harus ikut. Kak Risky udah ngasih amanah buat Chandra."
"Tapi dia juga ngasih pilihan."
"Udah, Chandra ikut aja. Biar buat pengalaman juga. Nanti di bazar, Dira juga ikutan bantuin Chandra kok."
Chandra mengacak rambutnya kasar. Sedari tadi mereka berdebat masalah Chandra yang disuruh ketua OSIS untuk meramaikan acara bazar nantinya.
Kini mereka sedang berada di kelas yang sudah sepi. Teman-temannya memang sudah pulang. Saat mereka akan pulang, tiba-tiba Risky yang notabenenya ketua OSIS SMA Alexandria mendatangi Chandra dan menyuruhnya. Namun, tidak ada paksaan di dalamnya. Entah karena apa, Risky kekeh mengajak Chandra. Dira yang paham dengan Chandra pun ikut membujuk cowok itu.
"Tapi, beneran kamu nggakpapa?" tanya cowok itu sekali lagi.
"Nggakpapa, Chandra." Dira tersenyum simpul. Terlihat manis sekali wajah gadis itu di mata Chandra.
"Sial, kenapa harus senyum sih anjir," gerutunya dalam hati.
"Oke, aku ikut. Tapi kalo ada apa-apa langsung telpon aku."
Masih dengan senyumnya, Dira mengangguk patuh. Chandra yang gemas melihatnya pun mengacak rambut gadis itu pelan.
"Aku nunggu di halaman belakang aja, ya. Di sana sejuk kayaknya," ujar Dira.
"Oke. Tunggu di sana!"
Mereka pun keluar dari kelas dan berjalan bersisian. Mereka berpisah karena Dira harus belok ke kiri untuk ke halaman belakang sekolah. Sesampainya di halaman yang Dira maksud, gadis itu melihat sebuah kursi di bawah pohon yang cukup rindang. Dira pun menghampiri kursi itu dan duduk menikmati angin yang berembus menerpa wajahnya.
Di halaman belakang sekolah memang banyak pohon membuat suasana sejuk. Gadis itu memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya. Karena fokus menikmati kesejukan, gadis itu tidak menyadari jika kini ada seseorang yang berdiri di sampingnya.
"Gue boleh duduk di samping lo?"
***
Haii, bertemu lagi dengan author. Jadi gimana kabar kalian? Masih nungguin cerita mereka?
Haduh, author minta maaf ya karena nggak bisa setiap hari update. Padahal niatnya mau tiap hari. Tapi karena author masih sekolah, jadi ya harus bagi waktu. Maklumin ya.
Oh iya, jangan lupa kasih krisar ya. Terimakasih yang udah mau mampir.
Babayy.
29 Oktober, 20
naa_
KAMU SEDANG MEMBACA
3F • (END)
Teen Fiction"Chandra, Dira mau ke toilet. Chandra tunggu di kelas aja." "Nggak! Gue anterin." ____________________ Di mana ada Dira, di situ ada Chandra. Itulah kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan dua remaja yang selalu pergi bersama-sama itu. Menurut C...
