19. Menjauh

60 11 0
                                    

Happy reading
_____________

“Rasa itu muncul dengan sendirinya tanpa direncanakan. Apalagi rasa ingin memiliki.”

'ChandraDira'
_____________


Sudah satu minggu ini, Dira sering kali mendapat teror. Entah itu SMS atau kotak kado yang isinya bangkai hewan dan terdapat surat di dalamnyai. Seperti biasa, Dira berangkat bersama Chandra. Alvan tadi berangkat lebih dulu.

Tanpa sengaja, Dira berpapasan dengan Satria. Cowok itu tersenyum sangat manis hingga membuat Dira ikut tersenyum. Hal itu membuat Chandra tidak suka. Dengan segera, Chandra menarik Dira menuju kelasnya.

“Chandra kenapa?” tanya Dira ketika mereka sudah berada di kelas.

“Kamu jangan deket-deket Satria.”

Dira mengernyitkan alisnya. “Kenapa?”

“Siapa tahu dia itu yang neror kamu,” ujar Chandra dengan santainya.

“Mana mungkin, Kak Satria itu baik. Lagian, masa’ Kak Satria ngelarang Dira deketan sama Bang Alvan kenapa, coba?”

Sebenarnya Chandra tahu itu. Tapi entah kenapa, ia malah menuduh Satria sebagai pelakunya. Memang bukti belum mengarah ke Satria, tapi hatinya merasa yakin. Apa itu hanya karena dia tidak suka ketika Satria berdekatan dengan Dira? Memang sekarang mereka dekat. Apalagi semenjak Chandra sibuk dengan OSIS. Ini semua karena Risky. Kenapa dia harus menyuruh Chandra masuk OSIS?

Karena pusing, Chandra menelungkupkan tangannya. Chandra sendiri bingung kali ini. Chandra merasa pusing. Lebih baik cowok itu tidur saja. Setidaknya sebentar. Dira yang melihatnya pun kesal. Bukannya menjawab pertanyaannya, Chandra malah tidur begitu saja.

“Dasar, Chandra jelek!”

***

Satria tengah berada di perpustakaan. Istirahat kali ini, Satria ingin berkutat dengan setumpuk buku yang ada di depannya. Meskipun Satria berada di perpustakaan, namun pikirannya tertuju pada gadis yang beberapa hari ini menjadi alasannya tersenyum. Ya, gadis yang dimaksud Satria adalah Dira. Setiap melihat wajah polos Dira, Satria seperti melihat dia yang selama ini cowok itu rindukan.

Sebenarnya wajah Dira tidak begitu mirip dengan dia. Hanya saja ketika senyum, Satria langsung teringat dengan dia. Setiap melihat Dira, ada sesuatu yang menjalar pada hatinya. Satria sendiri tidak tahu perasaan apa yang tengah dia rasakan.

Pikirannya masih tertuju kepada Dira yang akhir-akhir ini selalu menghindari dirinya. Ah, lebih tepatnya Chandra yang mengajak Dira segera pergi menjauhinya. Satria cukup peka ketika tatapan tidak suka terpancar dari mata cowok itu
Satria mengacak rambutnya kasar.

Berhenti mikirin Dira. Dira bukan dia,” gumam Satria begitu lirih. Satria tidak mau ada yang mendengar ucapannya.

Hingga suara serta tepukan seseorang membuatnya sedikit terkejut. Tidak perlu berpikir lagi, Satria sudah tahu siapa orangnya.

“Eh, Bang Sat ngapain nih? Kelihatannya galau banget,” ujar orang itu. Tentu saja dengan volume suara yang kecil. Di perpustakaan terdapat peraturan 'dilarang berbicara terlalu keras'.

“Gue punya temen bego banget, ya? Udah jelas-jelas lagi di perpustakaan, ya pasti belajarlah,” celetuk Satria.

“Mana ada belajar tapi bukunya kebalik. Bisa baca?”

Seketika Satria melihat buku yang sudah terbuka itu. Satria baru menyadari jika bukunya terbalik. Sejak kapan buku itu berbalik? Seingatnya, Satria tadi membaca dengan tepat.

“Pasti ini ulah lo 'kan?”

Gadis yang dituduh pun tidak terima. Sudah salah, malah nuduh lagi. “Enak aja. Gue baru dateng.” Tanpa sengaja, gadis itu mengeraskan volume suaranya. Seketika membuat pengunjung menatapnya. Jangan lupakan teguran dari pengawas perpustakaan.

Satria beranjak dari duduknya. Cowok itu mengembalikan buku-buku itu kembali pada tempatnya. Setelahnya, Satria menarik gadis yang merupakan temannya untuk segera keluar dari perpustakaan.

“Kenapa?” tanya Satria ketika mereka sudah berada di luar.

“Kenapa apanya?” Gadis itu merasa bingung dengan pertanyaan Satria.

“Kaira yang begonya nggak kira-kira, lo kenapa nyamperin gue?”

Kaira memutar bola matanya malas. “Sekarang lebih cerewet, ya, Bun?” ujar Kaira menirukan kata-kata yang sedang trending akhir-akhir ini.

Satria mengacak rambut Kaira kasar. Membuat sang empu langsung saja menabok tangan cowok itu.

“Berantakan woe. Suka heran gue sama cowok yang suka banget ngacak rambut cewek. Kalian pengen punya rambut panjang atau gimana?” Pertanyaan yang sedari dulu pengen Kaira tanyakan. Gadis itu penasaran sekali.

“Idih, ngapain pengen punya rambut jelek kayak gitu. Kerenan juga rambut gue.” Satria menyisir rambutnya ke belakang dengan tangannya.

“Cowok yang suka ngacak rambut cewek juga jelek. Dan lo juga termasuk.”

“Ganteng gini dibilang jelek. Mata lo emang bermasalah kayaknya.”

“Terserah lo. Gue Cuma mau ngingetin, jangan galau mulu. Entar kesambet.” Kaira berbalik badan meninggalkan Satria yang masih berdiri di depan perpustakaan sendirian.

Satria memperhatikan Kaira yang sudah tidak terlihat oleh netra matanya. Cowok itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebentar lagi bel masuk berbunyi. Sebelum Satria memasuki kelas, Satria akan ke taman terlebih dahulu. Siapa tahu di sana nanti, dirinya bisa bertemu dengan Dira seperti dulu.

Harapannya pupus ketika netra matanya tanpa sengaja melihat sepasang remaja yang tengah bercanda gurau. Lagi-lagi Chandra bersama Dira. Jika Satria menghampiri, sudah dipastikan Chandra langsung mengajak Dira pergi.

Senyumnya perlahan muncul karena kini Chandra berjalan menjauh meninggalkan Dira. Ini kesempatan untuk dirinya mengobrol dengan Dira. Meskipun hanya sebentar.

“Dira.” Satria berdiri di depan Dira yang kini melihatnya.

“Eh, Kak Satria.”

“Gue boleh ngomong bentar sama lo?” Tanpa pikir panjang Dira mengangguk sebagai jawaban. Mereka berjalan sedikit menjauh dari tempat sebelumnya. Takut jika tiba-tiba Chandra muncul.

***

Makin lama makin nggak jelas nih cerita😭

Aku dah ngantuk. Babay

14, November 20
naa_

3F • (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang