00. Prolog

442 55 62
                                        

Jangan lupa ramein kolom komentar
___________

'Penyesalan memang selalu datang di akhir. Namun percayalah jika itu merupakan teguran dari Tuhan agar umatnya lebih berhati-hati ketika memilih keputusan.'


"ChandraDira"
______________

"Udah, Ma. Jangan nangis terus," ujar seorang pria yang kini tengah memeluk istrinya agar sang istri berhenti menangis. Bukannya berhenti menangis, wanita tersebut justru semakin mengeraskan tangisnya.

Wanita itu sesekali memukul lengan suaminya. Ia menangis karena cobaan menimpanya dalam sekejap. Keluarga yang dulunya harmonis kini hancur berantakan. Tanpa sadar, mereka mengabaikan bocah kecil yang tak lain adalah anak mereka.

Pria itu melepaskan pelukannya ketika menyadari anaknya juga menangis. Ia segera menggendong sang bocah hingga berhenti menangis. Lalu pria itu mengajak putranya ke dapur. Ia mendudukkan anaknya di meja makan sedangkan dirinya membuatkan susu.

Tak butuh waktu lama, pria itu menyerahkan dot susunya kepada anaknya. Tanpa diperintah sang anak langsung mengedotnya hingga tandas.

Pria itu tersenyum saat melihat wajah anaknya yang masih polos. Namun di balik senyumnya, terdapat luka yang cukup dalam. Ia harus berpura-pura tegar karena jika sang papa saja rapuh, lantas siapa yang akan menguatkan mama dari sang anak itu? Siapa juga yang akan mengurusi anaknya jika ia dan istrinya fokus memikirkan anaknya yang lain?

Pria itu yakin, jika suatu masalah pasti ada jalan keluarnya. Ia juga yakin jika ini adalah skenario Tuhan yang mungkin suatu saat akan berakhir indah. Kuncinya hanya sabar.

"Mamaa." Itu suara sang bocah laki-laki yang menatap sendu ke arah papanya.

Pria itu bisa melihat tatapan yang berbeda dari anaknya. Mungkin sang anak juga merasakan apa yang dirasakan kedua orangtuanya. Pria itu langsung menggendong dan memeluk putranya itu.

"Pa, Ila ada di mana? Abang mau main sama Ila," ujar anak itu menyebutkan nama adiknya.

Pria itu melepaskan pelukannya dan menatap sang anak. "Adek kamu lagi di kamar sama Mama. Abang main sama Papa dulu, ya?"

Rasa kehilangan dan penyesalan itu kembali hadir di hati pria itu. Ya, anak bungsunya menghilang karena kesalahannya. Ia terpaksa bohong kepada bocah yang kini bersamanya karena pria itu tidak mau sang anak juga menangis seperti mamanya. Lagipula anak sekecil putranya ini belum cukup paham tentang kejadian hari ini.

Bocah laki-laki itu mengangguk. "Iya, Pa. Tapi ke taman biasanya."

Pria itu pun mengajak anaknya ke taman yang berada di belakang rumahnya. Ia menghentikan langkahnya ketika bayangan-bayangan kebersamaan bersama anak bungsunya terputar jelas pada ingatannya.

Rasa penyesalan semakin terasa di hatinya. Namun, demi janji bermain bersama putranya, pria itu menguatkan hatinya. Ia berjalan kearah ayunan dan mendudukkan putranya di ayunan. Pria itu mengayunkan pelan agar putranya tidak jatuh.

"Pa?" Bocah itu mendongakkan kepalanya menatap sang papa.

"Iya?"

"Tadi Abang liat mama nangis. Mama kenapa, Pa?" Pertanyaan polos muncul begitu saja dari mulut putranya.

"Mama nggak kenapa-napa." Hanya itu yang bisa diucapkan oleh pria itu.

"Abang jangan nakal ya! Nurut sama Mama biar Mama nggak nangis. Abang nggak mau lihat Mama nangis kan?" lanjutnya.

Dengan polosnya, bocah itu mengangguk patuh. "Nanti kalo abang udah besal, abang bakalan jagain Mama sama adek juga. 'Kan kata Papa kalo cowok itu halus bisa ngelindungin cewek. Iya kan, Pa?"

_______

Selamat malam~

Jadi gimana sama prolognya? Eh ini belum apa-apa ya hehe. Maap kalo tidak sesuai ekspektasi kalian.

Jangan lupa ramein kolom komentar dengan kritik dan saran. Oh iya, promosi ke temen juga bole, xixi.

Babay, sampai jumpa di part selanjutnya.

15 Oktober, 20
naa_

3F • (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang