Prolog

4.4K 287 8
                                    

Hallo....

Saya membawa cerita baru nih.

Sebenarnya cerita ini tayang di tempat lain. Tetapi durasi yang begitu tight, saya kesulitan bagi waktunya hingga berhenti. Juga ada beberapa bagian yang akan saya revisi.

Biar gak mubazir, saya bagikan di sini. Tempat terbaik untuk sebuah karya.

Semoga suka ya.

Jangan ragu untuk vote dan komen.

Saya tunggu.

Love....



Hari ini pendaftaran MABA Mahasiswa Fakultas Teknik. Panitia sudah berada di tempatnya masing-masing. Asyer, sebagai ketua BEM hanya memperhatikan saja. Tugasnya mengawasi jalannya pendaftaran MABA agar tidak terjadi penyelewengan. Terkadang ada senior yang berikap berlebihan sehingga pada saat pendaftaran saja, ia mulai membentak siswa baru. Belum juga Ospek, sudah di bentak.

Dua orang cewek melangkah ke tempat Panitia. Sama cantiknya tetapi beda dalam penampilan. Yang satu terkesan tomboy dan cuek, kalau lihat sepintas malah rada angkuh, makanan empuk Panitia nih. Satunya lagi kalem, feminim dengan rambut yang melewati bahu. Asyer memperhatikan keduanya. Sepertinya ia familiar dengan cewek yang kalem itu.

"Permisi, mau daftar Kak." Wina mendekati meja tempat Panitia.

"Silahkan isi form ini," jawab seorang panitia sambil menyodorkan lembaran kertas. Wina mengambilnya kemudian mencari tempat untuk mengisi data-datanya. Tak lupa, ia menarik Wilma ke sisi bangunan yang terlihat agak teduh oleh pepohonan.

"Ck, takut banget sih kepanasan." Panitia yang tadi sudah mulai kesal. Awas aja ntar kalau sudah mulai Ospek dan dia masih begitu, akan ia jemur sampai gosong, janjinya. Waduhh, sadis banget.

Asyer mendekati Panitia yang masih sibuk menerima pendaftaran MABA. Fakutas Teknik menjadi salah satu Fakultas favorit, jadi wajar saja jika banyak yang bersaing ingin masuk menjadi dan bagian dari keluarga besar ini.

"Masih banyak yang belum mendaftar?"

"Masih banyak Kak Asyer," sahut seorang Panitia cewek. Senang banget dia disamperin ketua BEM. Siapa sih di Universitas ini yang nggak kenal Asyer, ketua BEM yang tidak saja cakep tapi otaknya juga cemerlang. Sesempurnah itu? Tidak juga, karena ada yang pernah menolak cintanya. Jadi intinya, ketua BEM mereka ini gagal dalam hubungan asmara. Kasihan....

Wina sudah mengisi form dan bergegas mengumpulkannya ke Panitia. Wilma berjalan di belakang Wina. Ia ngeri membayangkan Ospek di Fakultas Teknik yang terkenal seantero Universitas paling berat. Semoga saja Wina bisa melaluinya. Makanya ia lebih memilih Fakultas Ekonomi. Kalau Wina, dari dulu sudah punya cita-cita masuk Arsitektur. Ia memang dari kecil sudah berbakat buat sketsa atau lukisan.

"Kak, apa sudah bisa pulang setelah mengisi form ini?" tanya Wina ke Panitia, tetapi yang menjawab adalah Asyer.

"Boleh pulang kok Dek."

"Baik Kak, terima kasih."

"Temannya nggak ikut daftar?"

"Ini kakak saya, Kak." Wilma hanya melihat sekilas ke arah Asyer. Wilma merasa sudah tidak betah berlama-lama di tempat ini. Beberapa pasang mata mulai memperhatikannya.

"Kuliah di sini juga?"

"Nggak," jawab Wilma singkat, padat dan jelas.

"Tapi kok sepertinya pernah lihat di mana ya?" Oalah, modus banget sih. Asyer belum berniat melepaskan dua makhluk indah yang ada di depannya.

Menyambung Tali Kasih (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang