9. Suasana Baru

1.2K 145 9
                                    

Happy weekend ya.

Senang banget jika bisa berinteraksi via komen.

Ada yang baru lho, covernya. Semoga suka.



Sudah dua minggu Asyer berada di Semarang. Selain ke kantor, hari-harinya lebih banyak ia habiskan dengan membantu Wina di restoran karena Jessy sudah kembali dengan dunianya, jadi tidak mengkhawatirkan lagi. Wina juga sudah tidak keberatan jika Asyer mengantarnya ke pasar atau lainnya. Baginya, bantuan Asyer juga bisa mempercepat pekerjaannya. Awalnya memang Asyer agak kaku, tetapi semenjak kedatangan Ezra dulu, ia sudah mulai bisa beradaptasi. Kehidupan mereka memang sudah tidak ada jarak lagi, layaknya sebuah keluarga. Namun ini yang membuat Asyer merasa nyaman. Hingga sore itu, setelah Asyer balik dari kantor dan duduk sebentar melepaskan lelah sambil menonton channel National Geographic, Wina mengajaknya berbicara.

"Boleh saya ngobrol sebentar?"

Asyer mengalihkan pandangan dari televisi ke Wina.

"Ada apa Wina?"

Raut wajah Wina nampak jelas sedang berpikir, mungkin khawatir jika kata yang akan diucapkannnya nanti, akan membuat Asyer jadi terbebani. Padahal itu hanya pikiran Wina saja. Sejak kedatangan Asyer ke kembali ke Semarang dengan Jessy, Asyer ingin membawa Wina ke Jakarta jika wanita itu berubah pikiran. Permasalahan utamanya tentu saja di Jessy. Anaknya itu tidak bisa berpisah dengan Wina.

"Apa nggak merepotkan jika saya ikut kalian ke Jakarta?"

Asyer sontak membulatkan mata. Tetapi hanya sebentar, kemudian ia tersenyum. Inilah yang sudah dinanti-nantikannya, Wina mau bersama mereka ke Jakarta. Ia tahu Wina berat meninggalkan usaha yang sudah membuatnya bisa mapan seperti sekarang. Tetapi Wina juga berat berpisah dengan Jessy.

"Kamu memutuskan ikut bersama kami?" tanya Asyer yang belum yakin benar dengan ucapan Wina tadi. Ia harus memastikannya.

"Iya, demi Jessy." Wina memang sudah berpikir selama beberapa hari ini. Dan akhirnya ia memilih untuk tetap bersama Jessy demi masa depannya.

"Benar Wina?" Wina mengangguk, membenarkan apa yang diucapkannya tadi.

Asyer segera beranjak mendekati Wina dan memeluknya. Wina yang tidak menyangka reaksi Asyer, jelas saja terkejut. Tubuhnya menegang. Seumur-umur, ia baru dipeluk seorang pria.

"Terima kasih Wina," ucap Asyer dengan tulus. Hatinya sangat bahagia. Wina rela melepaskan dunianya demi tetap bersama Jessy. Beberapa menit berlalu, Asyer seketika sadar dengan tindakannya.

"Oh, maaf... maaf Wina. Mohon kamu jangan tersinggung ya. Itu reaksi spontan saya karena saya bahagia."

"Iya, nggak apa."

Asyer bernapas lega. Syukurlah Wina tidak marah atau malah menamparnya karena bertindak tidak sopan.

"Bagaimana dengan rumah dan restoran, nggak apa kamu tinggal?"

"Restoran bisa saya serahkan ke Ima, Ana dan Toto. Kalau rumah, bisa dikontrakkan kok."

"Sekali lagi, terima kasih ya Wina. Kamu merelakan semuanya demi Jessy."

"Tapi tolong, kehadiran saya jangan membuat kamu terikat. Kamu tetap punya kebebasan untuk berhubungan dengan seseorang."

"Maksud kamu?"

"Kamu punya hak untuk... Maksud saya, siapa tahu kamu sudah punya pengganti Wilma."

Ini yang kadang membuat Wina juga khawatir. Bisa saja kehadirannya membatasi gerak Asyer. Bisa juga Asyer jadi sungkan jika ia sudah punya seseorang yang sedang dekat dengannya saat ini. Mungkin ia terlalu berpikir berlebihan, tetapi bisa saja itu terjadi nanti saat mereka sudah pindah ke Jakarta.

Menyambung Tali Kasih (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang