Sudah weekend lagi nih.
FYI, di draft tersisa 1 part lagi tamat.
Jadi cerita ini akan saya update setiap hari Rabu dan Sabtu.
Dibaca ya biar nggak ketemu jebakan batman di depan. Heheheh....
Selamat membaca.
Aku tunggu taburan bintang gemintangnya dan komen.
Setelah dirawat selama dua minggu pasca operasi, Wina kembali, tetapi bukan ke apartment melainkan ke rumah di kawasan Jakarta Selatan yang telah disiapkan Asyer selama ia dirawat di rumah sakit. Rumah dengan halaman yang luas dan cukup teduh dengan tanaman-tanamnnya. Ia masih butuh banyak waktu untuk memulihkan kondisinya dan kontrol rutin. Asyer sudah mengambil asisten rumah tangga dan tidak mengijinkan Wina untuk melakukan pekerjaan rumah. Wina patuh, tetapi kadang ia masih turun ke dapur jika Asyer telah berangkat ke kantor. Kehidupannya jadi monoton tetapi Wina berusaha menjalaninya dengan sabar.
Seminggu sekali Wina harus kontrol ke rumah sakit dan Asyer dengan setia selalu mendampinginya. Kadang mereka juga mengajak Jessy jika kebetulan ia libur. Jika orang lain melihat mereka bertiga, pastilah akan menebaknya jika mereka adalah keluarga yang sangat bahagia. Kadang Wina terbebani dengan kondisi ini. Ia merasa jadi beban Asyer dan pastinya akan sulit jika ada wanita yang ingin mendekatinya. Asyer harus tetap mencari kebahagiaannya juga. Tidak cukup dengan Jessy, tetapi Asyer butuh pendamping hidup.
Sore itu Wina sedang duduk di gazebo taman bagian belakang sambil membuat sketsa. Ia tadi sempat membantu bibik menyiapkan makan malam, kebetulan Asyer tidak di rumah sehingga Wina bisa leluasa memanfaatkan waktu di dapur.
"Wina mana Bik?" Asyer sudah berada kembali di rumah setelah mengantar Jessy ke rumah orang tuanya.
"Ibu lagi di taman, Pak."
Dari jendela ruang tengah, Asyer melihat Wina sedang asyik dengan buku yang ada di tangannya.
"Sore Wina."
"Sore. Jessy mana ya?"
"Ini hari Sabtu, Win." Asyer lalu duduk di samping Wina sembari memperhatikan sketsa yang sedang dibuatnya.
"Maaf, saya lupa." Wina benar-benar lupa jika setiap hari Sabtu, Jessy menginap di rumah orang tua Asyer. Pantas saja sejak pagi tadi ia sudah tidak melihat keberadaan Jessy.
"Syer, apa kehadiranku nggak merepotkan kamu?" Asyer tentu saja bingung dengan pertanyaan Wina.
"Kamu kenapa, pertanyaannya kok aneh begitu?"
"Saya memikirkan sudah berapa banyak biaya yang kamu keluarkan selama saya di Jakarta. Saya hanya merepotkan kamu ya?"
"Sebentar, maksud kamu ini apa Wina?" Asyer tak tahu ke mana arah ucapan Wina. Sejak Wina keluar dari rumah sakit ia agak sensitif. Kadang melamun dan tatapannya kosong. Asyer ingin mengajaknya ke Psikiater, tetapi ia khawatir Wina tersinggung.
"Kamu sudah keluarkan banyak biaya untuk pengobatan saya, dan sekarang, kamu keluarkan lagi biaya untuk membeli rumah sebesar dan seluas ini. Apa karena saya menyukai tanaman jadi kamu beli rumah ini? Saya nggak masalah tinggal di apartment, Asyer." Ada sedikit beban yang lepas setelah pertanyaan ini diucapkan Wina. Setelah keluar dari rumah sakit, pertanyaan ini selalu menghantuinya.
"Wina, saya sudah berjanji pada diriku sendiri, akan melakukan apa aja untuk membahagiakan kamu dan Jessy. Dan saya nggak peduli berapa besar biaya yang akan saya keluarkan untuk itu," tegas Asyer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyambung Tali Kasih (complete)
RomanceTulisan ini salah satu winner di Wattpadindo Writing Challenge 2020. ~*~ Berjuang mengangkat kembali derajat keluarga yang terpuruk, akibat utang yang ditinggalkan oleh ayahnya, juga harus kehilangan Wilma, kakaknya yang meninggal setelah melahirka...