15. Belum Saatnya

1K 106 2
                                    

Weekend pertama di bulan Desember.

Semoga pada sehat aja ya.

Selamat membaca part yang buat rada jantungan kali ini.

Vote dan komennya jangan lupa ya.



Setelah ungkapan cinta dari Asyer, hari-hari Wina sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya. Kadang ia merasa canggung jika Asyer bersikap perhatian padanya, menyentuhnya atau bahkan mengecupnya. Apalagi jika ada Jessy di dekat mereka, sikap canggungnya semakin menjadi. Haruskah ia yang menjelaskan ke Jessy mengenai hubungannya dengan Asyer? Atau mungkin saja Asyer telah memberitahu Jessy mengenai status mereka saat ini? Jika melihat sikap Jessy saat kebetulan ia melihat Asyer merangkulnya dan mengecupnya, Jessy terlihat biasa saja.

Sore itu, Jessy sudah kembali dari sekolah. Biasanya ia lanjut les piano, tetapi hari ini gurunya berhalangan hadir jadi setelah mandi ia duduk menemani Wina yang sedang asyik membuat rajutan. Sejak keluar dari rumah sakit, untuk mengurangi rasa bosannya, Wina belajar merajut dari youtube. Mungkin ini saat yang tepat untuk Wina memberitahu Jessy mengenai hubungannya dengan Asyer.

"Jessy nggak ada PR?"

"Ada, tapi mau lihat ini dulu,' jawabnya sambil menunjuk rajutan yang sedang dibuat Wina.

"Jessy, jika suatu hari nanti Papa menikah, apa Jessy setuju?" tanya Wina dengan hati-hati. Diperhatikannya raut wajah Jessy. Tetapi yang dikhawatirkan Wina jika wajah itu terkejut mendengar ucapannya malah terjadi sebaliknya, wajah Jessy terlihat antusias, matanya berbinar.

"Tentu saja Jessy setuju. Tapi Papa mau menikah dengan siapa ya Tante?" Wina menelan ludahnya dengan susah payah. Jika saja bukan dirinya, apakah Jessy juga akan setuju begitu saja? Bagaimana jika wanita yang dipilih papanya tidak menyayanginya? Wina hampir saja menangis dengan sikap Jessy. Semakin hari anak itu memiliki hati seperti Wilma, selalu peduli dan mudah tersentuh jika melihat hal yang membuatnya sedih. Anak yang tidak pernah membuatnya susah, seolah ia tahu jika kondisi mereka sulit pada masa itu dan tidak ingin menambah berat bebannya.

"Papa nggak pernah omongin dengan Jessy?" tanya Wina kemudian.

"Pernah sih, tapi Papa bertanya aja seperti pertanyaan Tante tadi. Setelah Jessy jawab setuju, Papa nggak lanjut omongin lagi."

Wina jadi berpikir, apakah sebaiknya ia menunggu Asyer balik dari kantor baru memberitahu Jessy?

"Apa Tante tahu dengan siapa Papa akan menikah?" Pertanyaan Jessy membuat Wina kelabakan.

"Baiknya tunggu Papa dulu ya Jess." Jessy mengangguk. Wina melanjutkan rajutannya dan Jessy pamit akan mengerjakan tugas sekolahnya.

Apakah Jessy juga akan setuju jika papanya akan menikahi Wina? Pertanyaan ini yang sudah beberapa hari ada di kepalanya. Walaupun mereka layaknya sebuah keluarga, Wina masih ragu Jessy akan setuju jika tahu wanita yang akan dinikahi papanya adalah dirinya. Bagaimana kalau Jessy menolak? Kadang pikiran ini membuat kepalanya berdenyut. Lalu Ezra, apakah ia juga tidak keberatan? Memang mereka berteman, tetapi Wina juga butuh pendapatnya. Ezra adalah temannya berdiskusi. Wina mengambil ponsel dan mulai mengetik pesan ke Ezra.

Ez, boleh ganggu nggak?

Boleh kok. Ada apa Wina?

Gue minta pendapat lo.

Oke, mengenai apa?

Balasan Ezra tidak lebih dari lima menit setelah Wina mengirim pesan. Sepertinya ia memang tidak sibuk, jadi begitu ia membaca pesan dari Wina, ia langsung membalasnya.

Menyambung Tali Kasih (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang