Tiba di stasiun kereta, Wina bergegas turun.
"Makasih ya udah anterin gue ke stasiun."
Ezra terpaku sebentar. Ia tidak pulang, tetapi mencari tempat parkir kemudian menyusul Wina.
"Lho, lo belum pulang?" Bukan maksud Wina mengusir Ezra sih, tetapi ini kan masih jam kantor.
"Ntar aja kalau lo udah berangkat, gue balik kantor."
"45 menit lagi sih."
"Syukurlah!" Masih lama, masih ada waktu untuk ngobrol dengan Wina. Ezra tersenyum. Ia mengajak Wina ke salah satu coffe shop yang ada di stasiun. Masih banyak yang ingin Ezra obrolin, sayang aja waktunya terbatas. Setelah mereka duduk dan memesan minuman, Ezra memperhatikan Wina.
"Ada apa?" Wina jengah juga di tatap intens begitu.
"Lo kurang makan ya?"
"Maksudnya? Pertanyaan lo kok aneh gitu sih Ez?" Dia punya usaha kuliner lho kalau saja Ezra tahu.
"Badan lo itu dari dulu nggak berubah, kurus gitu. Diet melulu ya?" tanya Ezra menggoda.
"Nggaklah."
"Wina?"
Wina menoleh. Tadi ia serius melihat interior coffe shop. Sangat menarik dengan adanya unsur budaya tradisional Indonesia.
"Hmmm...?"
"Kalau ada waktu, gue main ke rumah lo ya. Sekalian kenalan dengan suami dan anak lo."
Wina tertawa lalu menjawab,
"Gue nggak punya waktu mikirin pernikahan Ez. Masih banyak yang harus gue selesaikan."
"Oh, maaf Wina." Ezra jadi merasa bersalah.
"Nggak apa kok Ez. Eh, bentar lagi nih keretanya berangkat." Wina bersiap. Terdengar info keberangkatan kereta menuju Semarang.
"Hati-hati. Kabarin gue kalau tiba."
Wina melambai dan berjalan menuju peron. Ezra beranjak menuju mobil dan kembali ke kantor. Tiba di kantor, Ezra langsung masuk ke ruangan papanya.
"Papa kok nggak pernah cerita kalau kenal sama Om Dimas sih?"
"Lho, bukannya Papa pernah infoin kamu ya?"
"Pernah sih, tapi Papa nggak bilang kalau Om Dimas yang Papa kenal itu papanya Wina."
"Makanya kalau liburan tuh kamu pulang biar sering-sering ngobrol sama Papa. Ini malah betah banget di Bandung."
Ezra tak bisa menyalahkan papanya tentu saja. Jika liburan, Ezra memang lebih suka menghabiskannya di Bandung. Sangat jarang ia ke Jakarta. Temannya banyakan di Bandung, jadi wajar saja ia lebih memilih menghabiskan liburannya bersama temannya.
"Setelah ketemu Wina, kamu malah uring-uringan begini?"
"Ezra sudah lama banget pengen ketemu Wina, Pa. Wina itu, satu-satunya teman yang nggak berani Ezra ganggu jaman sekolah dulu."
"Dan kalau Papa lihat nih, kamu juga suka sama Wina kan?" Cepat banget terbaca gelagat anaknya ini. Toni tertawa.
"Iya sih Pa. Suka dan kagum gitulah." Ezra salah tingkah.
"Kamu pasti akan lebih kagum lagi kalau tahu dengan umur yang masih muda, dia mampu mengatasi begitu banyak masalah keluarganya."
"Tolong Papa ceritakan, masalah apa aja yang dihadapi Wina selama ini." Ezra berpikir, mungkin inilah penyebab Wina masih sendiri sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyambung Tali Kasih (complete)
RomanceTulisan ini salah satu winner di Wattpadindo Writing Challenge 2020. ~*~ Berjuang mengangkat kembali derajat keluarga yang terpuruk, akibat utang yang ditinggalkan oleh ayahnya, juga harus kehilangan Wilma, kakaknya yang meninggal setelah melahirka...