19. Rekonsiliasi

1.3K 129 8
                                    

Happy weekend....

Semakin dekat tahun kan berganti.

Semoga kita tetap diberi kesehatan ya.

Jangan lupa, patuhi protokol kesehatan agar dampak pandemi ini berkurang.




Mulailah kedua pria yang tengah berhadapan dengan suasana canggung membicarakan kejadian di club hari Rabu yang lalu. Terkadang mata mereka saling memicing, seolah mencari kebenaran akan ucapan yang terlontar dan mengawasi gerak-gerik lawan bicara.

"Sebaiknya kamu lihat video ini." Asyer mengulurkan ponsel pada Ezra, memperlihatkan video dari rekaman cctv. Mata Ezra serius melihat urutan kejadian pada video. Jelas sekali tidak ada kejadian seperti yang diduganya. Semua jelas jika Asyer hanya membantu Reyna yang hampir saja terjatuh dari sofa karena mabuk. Oke, dia harus minta maaf secara gentle karena salah paham.

"Sorry Syer, gue salah paham."

"Oke, no problem Bro."

"Tolong bantu jelasin ke Wina. Akan lebih mudah jika kamu yang menjelaskan ke Wina." Lanjut Asyer setelah beberapa menit mereka terdiam.

"Baik, akan gue jelasin ke dia kejadian yang sebenarnya. Wina ke Semarang kan?" Pertanyaan Ezra membuat Asyer merasa jika memang selama ini Wina lebih banyak bercerita ke Ezra daripada dirinya. Wina belum bisa terbuka kepadanya. Berbeda jika ia bersama Ezra, mereka bebas mengobrol apa saja.

"Iya, dan sampai saat ini baik telepon maupun pesan saya nggak satu pun dibalas. Wina marah banget. Pergi juga hanya meninggalkan pesan di meja. Susah banget mengembalikan kepercayaan Wina." Asyer tak sadar mengeluh. Dirinya jadi terlihat lemah. Tapi mau bagaimana lagi, satu-satunya orang yang bisa menolongnya adalah Ezra.

"Begitulah Wina. Dari dulu nggak berubah. Kamu nggak berminat menjemputnya?"

"Menjemputnya, itu pasti. Tapi jika kamu belum menjelaskan kejadian di club itu, akan sia-sia kedatangan saya ke Semarang. Wina nggak akan memaafkan saya dan pasti menolak saya ajak kembali ke Jakarta." Ezra tetegun mendengar kata-kata Asyer. Pria di hadapannya ini sangat mencintai Wina.

"Asal kamu tahu aja, hanya ada empat wanita dalam hidup saya, ibu saya, Wilma, Jessy dan Wina." Mendengar ini Ezra merasa jadi pria yang tidak bertanggung jawab pada Reyna. Seharusnya ia bisa seperti Asyer. Tapi kehadiran Wina kembali, membuat hatinya goyah. Tak sepantasnya ia merebut Wina dari sisi Asyer. Asyer lebih pantas mendampingi Wina. Hatinya yang sering kali labil ini, kalah jauh dengan ketetapan hati Asyer terhadap wanita. Selama bermitra dengan Asyer, ia tak pernah sekalipun melihat Asyer dekat dengan wanita. Padahal jika Asyer mau, dalam sekali lirik saja akan bisa menjatuhkan wanita mana pun di hadapannya. Itu dari segi fisik. Dari segi finansial dan materi, pria itu juga memilikinya.

"Wina nggak akan ke mana-mana, kamu tenang saja. Akan sulit mengembalikan kepercayaannya, tapi Wina bukan tipe pendendam. Jika penjelasan yang diberikan ada dasarnya, apalagi dengan bukti video ini, ia pasti bisa memaafkan kamu." Ezra janji, setelah ini akan segera menelpon Wina.

"Gimana dengan Reyna?" Pertanyaan Asyer mengembalikan Ezra ke dunianya. Setelah kejadian di club tempo hari, Ezra belum berhubungan lagi dengan Reyna. Wanita itu seolah sudah lama menghilang dari hidupnya.

"Gue belum kontak lagi setelah kejadian itu," jawab Ezra dengan nada lemah. Ia seharusnya tidak mencampakkan Reyna begitu saja tanpa meminta penjelasan. Lima tahun sudah mereka berhubungan, dan tidak ada niatan untuk ke jenjang yang lebih. Adalah wajar jika Reyna selalu mempertanyakan hal ini. Walau Ezra tak memberikan kepastian, Reyna bertahan di sampingnya. Ezra meremas rambutnya. Ada sedikit rasa bersalah menyerangnya.

Menyambung Tali Kasih (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang