6. Ujian Tiada Henti

1.4K 171 4
                                    

Hello there....

Ada yang nungguin cerita ini nggak sih?

Jika iya, baiknya komen dan vote biar kita bisa saling berinteraksi ya.

Kutunggu di pertigaan jalan.

Heheheh....



Pagi itu, Wina akan membangunkan mamanya untuk sarapan seperti biasa. Tetapi saat memasuki kamar, Wina menemukan tubuh mamanya sudah terbujur kaku.

"Bangun Ma, sarapannya sudah Wina siapkan." Wina menepuk tangan mamanya tetapi tidak ada reaksi.

"Mama?!" Wina menggoyang tangan mamanya tetap tidak ada reaksi. Dirabanya nadi, sudah tidak ada denyut di sana. Wina merapatkan telinga ke dada, juga sama. Seketika sadarlah Wina jika mamanya sudak tiada. Tuhan, cobaan apa lagi yang datang padanya, ratap Wina.

"Mama!!!"

Wina histeris, dan tidak lama jatuh pingsan. Wina sudah tidak ingat apa-apa lagi, juga tidak tahu sejak kapan Ezra dan orang tuanya datang. Wina juga tidak mengikuti proses pemakaman mamanya karena sebentar-sebentar pingsan. Yang ia ingat hanya sempat berpesan ke Ana untuk tidak memberitahu Asyer dan Jessy.

Dalam waktu yang hampir berdekatan, ia harus kehilangan dua orang yang dicintainya. Kini ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, semuanya telah pergi. Hidup sudah tidak berarti lagi bagi Wina.

Ezra sangat pedih melihat kondisi Wina. Apa salah dia sehingga harus menerima ujian berat ini? Selesai pemakaman, Ezra ijin ke orang tuanya untuk menemani Wina sampai kondisinya pulih. Kali ini Ezra tidak akan membiarkan Wina menanggung penderitaannya seorang diri. Beruntung, Ima, Ana dan Toto bisa mengelola usaha kuliner tanpa kehadiran Wina.

"Anna, Pak Ezra tuh baik banget ya."

"Iya, dan sepertinya serasi dengan Ibu Wina."

"Tapi denger-denger, Pak Ezra sudah punya calon," lanjut Ima. Sayang sekali teman majikannya ini sudah punya calon di Bandung sana. Padahal mereka sangat kompak dan serasi di mata Ima dan Ana.

"Sayang banget ya," Ana juga punya pandangan yang sama. Sangat menyayangkan Ezra dan Wina tidak bisa bersama dalam satu ikatan.

"Toto ke mana, Ima?"

"Lagi keluar dengan Pak Ezra tadi."

Obrolan Ima dan Ana terhenti karena ada pengunjung yang datang. Hampir bersamaan pula, Ezra dan Toto tiba.

"Wina udah bangun ya Ana?"

"Tadi sih belum Pak."

"Saya ke dalam dulu ya."

"Baik Pak."

Hari menjelang siang, tetapi Ezra belum melihat tanda-tanda Wina sudah bangun. Masih sepi. Rumah telah dibersihkan . Sepertinya Ima atau Ana yang membersihkannya, pikir Ezra.

Wina mengucek matanya. Diliriknya jam di atas meja, sudah pukul sebelas siang. Wina terperanjat, tidak pernah bangun sesiang itu. Wina kemudian beranjak membuka jendela, seketika sinar mentari menerobos masuk. Hari begitu serah, tetapi tidak dengan Wina, harinya selalu kelabu. Wina menyisir kemudian mencepol rambutnya lalu keluar kamar. Tidak ada siapa-siapa di ruang tengah. Wina terus ke dapur mengambil minuman lalu kembali ke ruang tengah. Di meja makan, Ezra sudah menunggunya.

"Sudah sarapan Ez?"

"Belum, nunggguin lo."

"Sesiang ini lo belum sarapan? Lo bisa sakit lho." Ini malah sudah mendekati makan siang lagi.

Menyambung Tali Kasih (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang