18. Mencari Bukti

1.3K 115 4
                                    

Pasti lagi pada sibuk buka bekal makan siangnya ya.

Makan siang sambil baca part ini sepertinya seru deh.

Jangan lupakan vote dan komennya ya.



Tangan Wina bergerak ragu menekan huruf-huruf pada layar ponselnya. Kadang kalimat yang ia ketik tinggal menekan tombol send, di saat yang sama, keraguan menyerangnya. Berakibat kalimat yang susah payah ia susun lenyap menyisakan warna putih di layar. Begitu seterusnya sampai ia putuskan untuk tidak membalas pesan Asyer.

Di seberang sana, Asyer menekuri layar ponselnya dengan jantung berdegup kencang. Seolah-olah yang ia hadapi adalah Wina langsung, padahal hanya layar ponsel tetapi jantungnya berpacu tanpa bisa ia kendalikan. Tadi Wina sedang typing namun balasan yang ditunggu Asyer tak kunjung datang. Ia menunggu sampai lima belas menit, balasan dari Wina tetap tidak ada. Asyer mendengus. Susah banget mengembalikan Wina. Asyer berusaha memejamkan mata dan akhirnya ia bisa tertidur setelah pukul tiga dini hari. Pagi-pagi sekali Asyer sudah bangun. Ia tidur nyaris hanya tiga jam saja. Pagi ini, Asyer harus menemani Jessy sarapan dan menunggunya sampai mobil jemputan sekolah tiba. Kegiatan yang sehari-hari dilakukan oleh Wina jika Asyer terlambat bangun. Karena sudah terbiasa, kegiatan ini jadi terasa berat ia lakukan. Setelah Jessy berangkat, Asyer bersiap ke kantor. Sebelum ke kantor ia menemui Varen, sepupunya, pemilik club yang ia kunjungi beberapa hari lalu dan penyebab dari semua masalah.

"Wina sudah ada kabar?" tanya Varen begitu bokong Asyer menyentuh stool bar. Varen belum bertemu Wina tetapi ia sudah tahu jika wanita itu penyebab Asyer sudah bisa tersenyum selain kehadiran Jessy tentunya. Sepupunya ini tidak pernah terlihat dekat dengan wanita. Baru ada dua setahu Varen, Wilma dan Wina. Kalaupun ada, hanya sebatas teman saja, tidak lebih. Jadi jika saat ini, Asyer mumet dan tidak bisa tenang karena kepergian Wina, Varen maklum.

"Wina ke Semarang. Tapi sejak sejak kemarin pesan gue belum dibalas." Asyer menghela napas berat.

"Dia belum lama selesai operasi Var. Gimana kalu ada apa-apa dengannya?" Lanjut Asyer penuh rasa khawatir. Asyer tidak bisa bayangkan jika di sana Wina aktif, urus ini dan itu kemudian lelah atau malah jatuh? Ia memijit kepalanya yang pening. Wina bukan tipe yang suka duduk manis. Asyer pastikan di Semarang sana mungkin saat ini Wina sedang ke pasar.

"Sabar, mungkin Wina shock aja melihat foto lo berdua dengan wanita yang kemarin itu." Varen tidak hafal dengan pengunjung clubnya kecuali yang sudah jadi member. Wanita yang kemarin bersama Asyer, baru dilihatnya. Entah, apakah sudah jadi member atau belum. Tetapi jika saja ia member, pastinya Varen tahu.

"Gue mau minta tolong. Bisa berikan gue rekaman cctv hari Rabu nggak?" Maksud kedatangan Asyer ini memang untuk meminta rekaman cctv agar bisa ia jadikan bukti ke Ezra dan Wina jika ia tidak punya maksud lain ke Reyna selain menolongnya karena mabuk.

"Rekaman cctv kejadian waktu itu?" tanya Varen memastikan.

"Iya. Hanya itu bukti yang bisa gue perlihatkan ke Wina."

"Boleh sih. Yuk, kita ke ruangan gue. Monitor cctv memang ada di ruangan gue, tetapi DVRnya ada di ruangan Security. Monitor cctv ada dua, satunya lagi di ruang Security," jelas Varen pada Asyer.

Setelah duduk di sofa yang ada di ruang kerja Varen, Varen menghubungi Security dan meminta rekaman cctv sesuai permintaan Asyer tadi. Tidak lama, Varen menerima telepon yang memberitahukan jika rekaman cctv sudah di email. Cepat Varen menyalakan laptop di mejanya dan membuka email. Butuh beberapa menit untuk mendownload video dengan kapasitas yang cukup besar tersebut.

Menyambung Tali Kasih (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang