Wina datang membawa makanan dan di belakangnya menyusul Ima yang membawa minuman.
"Ini makanan buat Jessy dan yang ini buat Om Asyer." Wina meletakkan beberapa piring yang berisi lauk. Khusus buat Jessy, ia berikan yang berbeda. Jessy tidak suka makanan berkuah dan pedas.
"Makasih Win."
Wina tidak ikut makan, ia hanya memperhatikan Asyer dan Jessy. Seharusnya ia bahagia melihat ayah dan anak sudah berkumpul kembali tetapi Wina malah sedih. Sedih, jika suatu waktu nanti Jessy akan pergi ikut papanya. Jessy sudah dianggapnya seperti anak sendiri, rasanya tak sanggup ia berpisah.
Mereka berdua makan dengan lahap. Melihatnya Wina tersenyum. Ternyata ada kemiripan Asyer dan Jessy, sama-sama tidak menyukai makanan pedas.
"Jessy..!
"Teman-teman Jessy sudah datang. Jessy main dulu ya Om." Asyer memegang Jessy yang turun dari kursi agar tidak terjatuh.
"Mainnya jangan jauh-jauh ya Jess."
"Iya Tante."
Jessy berlari keluar dengan riangnya, menemui teman-temannya.
"Gimana kondisi Mama, Win?"
"Masih harus pakai tongkat atau kursi roda. Mama belum kuat berdiri lama, atau berjalan."
"Apa boleh saya ketemu Mama?" tanya Asyer hati-hati.
"Boleh kok. Ayo kita ke sebelah, semoga Mama sudah bangun."
Asyer lega Wina mengizinkannya. Mereka menyusuri jalan yang menghubungan bangunan induk dan tempat usaha Wina. Di sisi kiri dan kanannya penuh dengan tanaman yang di tata dengan rapi. Asyer memperhatikan sekitarnya, bangunan sederhana namun sangat artistik. Belum lagi halaman yang sangat asri. Asyer yakin benar, ini pasti hasil penataan Wina.
Wina membuka pintu dan mempersilahkan Asyer masuk. Dari ruang tengah terdengar suara televisi.
"Silahkan duduk. Saya lihat Mama dulu."
"Nggak usah dibangunkan Wina, biar saya tunggu aja."
"Sudah bangun kok." Wina tahu benar jika suara televisi sudah terdengar di ruang tengah, itu berarti mamanya sudah bangun.
"Mama sudah makan?"
"Ntar aja, Mama habis makan biskuit tadi," jawab mamanya. Wina selalu menyiapkan biskuit di samping tempat tidur mamanya agar mamanya bisa mengganjal perut sebelum minum obat. Wina kemudian duduk di dekat mamanya.
"Ma, ada yang mau ketemu."
"Siapa?"
"Asyer." Nama itu terdengar tidak asing.
"Asyer? Pacarnya Wilma yang dulu itu ya?"
"Iya Ma, dan papanya Jessy."
Niken sudah mau mendorong kursi rodanya tetapi dicegah Wina.
"Mama di sini aja, nanti Wina minta Asyer ke sini."
Asyer tidak bisa menyembunyikan kegugupannya ketika berada di dekat Niken.
"Selamat siang Tante."
"Siang Nak Asyer. Gimana kabarnya?"
Asyer sudah tidak sanggup lagi menahan keharuannya. Ia langsung bersimpuh dan memeluk kedua kaki Niken.
"Maafkan Asyer, Tante."
"Sudah, kamu nggak bersalah kok," ucap Niken sambil menepuk pundak Asyer. Masa lalu biarlah menjadi kenangan saja dan semoga tidak terulang. Saat ini mereka harus memikirkan masa depan Jessy, itu yang lebih penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyambung Tali Kasih (complete)
RomanceTulisan ini salah satu winner di Wattpadindo Writing Challenge 2020. ~*~ Berjuang mengangkat kembali derajat keluarga yang terpuruk, akibat utang yang ditinggalkan oleh ayahnya, juga harus kehilangan Wilma, kakaknya yang meninggal setelah melahirka...