Hai....
Update menjelang makan siang.
Enjoy ya.
Operasi Wina berjalan lancar dan berhasil mengangkat tumor yang bersarang di otaknya. Namun Wina masih harus dirawat beberapa hari lagi untuk memulihkan kondisinya.
Wina membuka mata perlahan. Ia sudah sadar dari pengaruh obat bius saat operasi tadi. Wina mencoba mengedarkan pandangan, namun hanya warna putih di sekitarnya. Beberapa peralatan medis juga masih ada di samping kanan dan kirinya. Selang infus juga masih tertanam di lengan kiri.
"Akhirnya lo sadar juga," ucap Ezra dengan lega. Butuh waktu hampir tiga jam, Wina siuman dari pengaruh obat bius.
"Mana Asyer?" Begitu siuman malah yang ditanyakan Wina keberadaan Asyer. Ezra agak kecewa, tetapi bisa apa dia. Asyer memang yang mengatur semuanya, Ezra hanya ikut membantu menjaga Wina dan sesekali bergantian dengan Asyer mengantar atau menjemput Jessy sekolah.
"Asyer lagi ngobrol dengan Dokter."
"Maaf, gue jadi merepotkan kalian."
"Kami nggak repot sama sekali lho Win. Pokoknya lo harus sembuh dulu dan jangan mikirin yang aneh-aneh."
Asyer masuk dan mendekati brankar. Ia lega melihat Wina sudah siuman.
"Jessy gimana ya Syer?" Wina sudah khawatir dengan Jessy. Semoga saja makannya teratur, harapnya.
"Saya titip Jessy ke Mama. Kamu nggak perlu khawatir ya."
Wina memejamkan mata, nyeri di kepala bekas operasi masih ia rasakan. Tetapi rasa nyeri itu ditahannya agar tidak mencemaskan Asyer dan Ezra.
Dua hari di ruang ICU, Wina dipindahkan ke ruang perawatan. Is sudah bisa leluasa bergerak karena beberapa peralatan medis yang menempel di tubuhnya telah dilepas. Seminggu kemudian Wina sudah bisa turun dari tempat tidur namun perban di kepalanya masih tetap melekat. Jessy sudah diperbolehkan menjenguk Wina. Ia banyak bertanya mengenai penyakit Wina dan dengan sabar Wina menjelaskannya.
"Win, saya bawakan ini." Asyer menyodorkan bungkusan yang sejak tadi dipegangnya ke Wina.
"Apa nih?"
"Bukalah." Pelan Wina membukanya yang ternyata isinya peralatan menggambar.
"Saya tahu kamu suka melukis."
"Makasih ya."
Asyer tentu saja merasa senang melihat kebahagiaan terpancar di wajah Wina saat menerima pemberiannya. Dan ia terpesona. Asyer seketika merasa ada getaran aneh yang menyusup di dadanya. Getaran aneh yang bukan hanya sekali ini saja ia rasakan, namun selalu datang kala berhadapan dengan Wina.Getaran yang tak pernah lagi dialaminya sejak berpisah dengan Wilma. Asyer sangat sadar jika itu pertanda dia jatuh cinta. Tetapi bagaimana mungkin ia bersaing dengan Ezra merebut cinta Wina. Walaupun Ezra telah memiliki Reyna, Asyer tahu jika Ezra sangat mencintai Wina. Tatapannya tidak bisa menipu.
***
"Karena Papa dan Mama sudah di sini, selain menjenguk Wina, kami juga ingin kamu dan Reyna meresmikan hubungan kalian."
"Tapi Pa, bagaimana mungkin Ezra menikah sementara Wina masih terbaring di rumah ssakit." Ezra tak habis pikir dengan keinginan orang tuanya. Seharusnya mereka memberikan kesempatan Ezra merawat Wina, bukan malah menyuruhnya segera menikah.
"Mama ngerti perasaan kamu, tetapi kamu juga mesti memikirkan masa depan kamu, hubunganmu dengan Reyna. Jadi mumpung kami ada di sini, kami ingin kamu segera melamar Reyna. Sudah berapa tahun kalian pacaran, tetapi Mama nggak pernah lihat kamu serius mengajak Reyna ke jenjang selanjutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyambung Tali Kasih (complete)
RomanceTulisan ini salah satu winner di Wattpadindo Writing Challenge 2020. ~*~ Berjuang mengangkat kembali derajat keluarga yang terpuruk, akibat utang yang ditinggalkan oleh ayahnya, juga harus kehilangan Wilma, kakaknya yang meninggal setelah melahirka...