"Ca lo kenapa sih? Sella mana kok ga ikut balik?,"
Ana menghampiri Caca yang sedari tadi diam sambil menunduk. Balik dari toilet, wajah Caca sangat murung membuat Ana bingung. Sella juga gak nampakin batang hidung. Pas di tanya, Caca cuma bisa geleng-geleng.
Caca kembali menggeleng, tidak sanggup untuk mengeluarkan suaranya karna ia tahu jika ia berbicara suaranya pasti bergetar. Caca sedang berusaha menahan tangisnya. Lebay ga sih kalo Caca nangis cuma karena hal ini?
Di bicarain orang lain emang sakit, tapi di bicarakan sahabat sendiri jauh lebih sakit. Caca padahal ga pernah ada masalah sama Sella tapi kenapa Sella tega?
Ana menyeret bangku yang dia pakai untuk duduk ke hadapan Caca, Ana sedikit mendongak untuk menatap wajah Caca karena posisi duduk Caca lebih tinggi darinya. Caca duduk di meja sedangkan Ana duduk di kursi.
"Lo sama Sella berantem?," tanya Ana memegang bahu Caca.
4 laki-laki itu memilih untuk pura-pura sibuk dan tak menghiraukan kedua perempuan yang tengah berhadapan.
"Kok nangis?? Lo kenapa??," ujar Ana bediri lalu memeluk Caca.
Caca tuh orangnya jarang banget nangis, kalo udah nangis gini berarti Caca bener-bener sakit hati atau lagi kesel banget sama orang.
Caca tuh beda, orang lain kalo lagi kesel pasti marah-marah ga jelas. Tapi Caca kalo lagi kesel cuma bisa diem terus nangis. Suka banget mendem rasa sakit sendirian. Mana nangisnya gak ada suara, tau-tau cuma airmata yang keluar.
"Curhat aja Ca, kita gak denger kok." sahut Ryan membuat Bayu mendelik.
"Pala lu ga denger. Lo kata gue tuli?,"
"Cerita aja Ca, kita gak ember kok.'' sambung Fikri membenarkan.
Caca mengusap airmatanya sambil menarik pelan ingusnya, bodo amat kalo ada yang jijik. Intinya Caca lagi sedih banget.
"Luke, bangun apa woi! kebo banget lo anjir!!," Ryan memukul betis Lucas membuat sang empu bergerak gelisah.
"Hm,"
"Ham hem ham hem! Bangun!!,"
"Belum," racau Lucas tak nyambung dengan suara beratnya.
Dahi Ryan berkedut "Belum apaan dah?,"
"Belum mati,"
"Hah? HAHAHAHAHAHAHA,"
Ryan terbahak begitu juga teman-temannya. Bahkan Caca yang habis menangis saja ikut tertawa meskipun tak sekencang Ryan.
"Bangun goblok! Ngigo lu keterlaluan!!,"
•~•
"Sella kenapa sih anjing!?," Ana mengebrak kasur Caca kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Dla nastolatków[ON PROGRESS] Singkatnya, ini hanya cerita klasik percintaan remaja sekolah menengah atas. Tapi ini berbeda, kisah ini terlalu luar biasa untuk di jabarkan dengan kata-kata. "Gue emang urakan. But, no matter what happen gue bakal buktiin ke bokap lo...