Jaehyun tak henti-hentinya tersenyum saat mengingat wajah merah Suzy tadi- lima menit yang lalu. Gadis itu bahkan masih ada di kamar rawatnya saat ini.
"Perkembangannya sejauh ini sangat baik. Jika konstan atau bahkan terus mengalami peningkatan, minggu depan anda bisa pulang." Ucap Suzy sambil membaca data perkembangan kesehatan Jaehyun yang tadi dibawanya.
Jaehyun tak merespon sama sekali. Kedua matanya menatap Suzy dengan tatapan yang mungkin terlihat begitu menggemaskan untuk namja seusianya, apalagi dengan dua lesung pipi yang muncul di pipi kanan dan kirinya. Benar-benar menggemaskan. Tapi sayangnya, Suzy tak melihatnya sama sekali. Gadis itu sibuk dengan lembaran-lembaran di tangannya.Merasa tak ada jawaban, Suzy menutup kertas pemeriksaannya, satu alisnya terangkat. "Jaehyun~ssi?"
Jaehyun hanya mengangguk. "Dokter, sepertinya aku akan lebih lama di sini..." ucapnya.
Kedua mata Suzy mengerjab, membuat Jaehyun tak bisa menahan gemas karena menganggap itu hal yang begitu lucu. "Wae? Apa kau merasa pusing? Atau ada masalah dengan gerak reflekmu?"
Jaehyun semakin memperlebar senyumnya, membuat dokter muda di depannya semakin kebingungan. "Atau saraf kranial-"
"Tidak. Jantungku." Ucapnya sambil memegang dada kirinya.
Suzy segera meletakkan papan dan kertas pemeriksaannya di nakas meja samping tempat tidur Jaehyun. Gadis itu segera mengeluarkan stetoskopnya dan bergerak mendekat ke arah Jaehyun. Tak ada kecurigaan sama sekali. Malang sekali nasib Suzy. Profesi dokter membuatnya selalu serius menanggapi setiap detil obrolan pasiennya. Tanpa tahu kalau Jaehyun tengah menyusun rencana di luar nalar dalam otaknya.
Suzy meletakkan stetoskopnya di dada kiri Jaehyun, membuat namja itu mati-matian menahan tawa. "Apa terasa sakit?" Suzy menatap wajah Jaehyun. Kentara sekali kalau yeoja itu terlihat serius.
Jaehyun terdiam sejenak. "Rasanya...seperti mau meledak."
"Mwo?"
"Bukankah berdetak lebih cepat?"
Suzy tak menjawab, mendengarkan ritme detak jantung Jaehyun lebih seksama. Ya~ sebenarnya Suzy juga merasa kalau detaknya lebih cepat.
"Apa sakit?"
Jaehyun mengangguk. "Akan sangat sakit kalau aku minggu depan sudah tidak di sini."
"Apa?"
Jaehyun segera menahan tangan kanan Suzy lalu menarik gadis itu lebih mendekat ke arahnya.
"Ayo berkencan dokter." Bisiknya ke telinga Suzy.
KLEK.
Doyoung baru saja kembali dari cafetaria dan namja itu langsung berteriak kalap saat melihat Jaehyun dan Suzy dalam posisi intim.
"YAK!!!"
--Suho mengecup kening Rowon saat ia telah sampai di depan pintu kelas putranya. Sejak setahun lalu, ia dan istrinya memang memutuskan untuk memberikan pembelajaran sekolah di tingkat paling dasar untuk putranya. Mereka menyadari kalau Rowon adalah anak yang selalu ingin tahu, Sehun bahkan selalu mengatakan kalau anak yang ia anggap sebagai keponakannya itu adalah seorang jenius.
"Nanti, Jisung hyung yang akan menjemput Rowonie, jadi tunggu ne?" Suho membenarkan dasi pita kuning milik putranya.
"Ehm." Namja kecil itu mengangguk paham.
"Appa ke rumah sakit, heum? Belajar yang baik, arasseo?"
"Ne appa."
CUP.
Satu kecupan mendarat di bibir Suho, membuat pria itu tersenyum cerah. "Arasseo, appa kanda."
Rowon kembali tersenyum lalu melambai ke arah ayahnya yang berjalan menjauh.
"Rowonie, kajja." Seorang wanita muda menghampiri Rowon kemudian membawa anak itu masuk.
"Ruwun~a. Kajja, aku punya mobing baru. Katji nulda." Seorang namja kecil lainnya segera menarik tangan kecil Rowon sesaat setelah memasuki kelas.
"Kajja Yuho~ya. Ehm...Gyuri eodi?" Rowon menatap sekelilingnya, mencari teman lainnya- seorang gadis kecil yang biasanya bermain dengannya.
"Gyuri sedang sakit.."
--Toko bunga di seberang cafe itu terlihat lengang, sampai Sehun yang ada di dalam cafe mampu melihat dengan jelas sosok gadis cantik dengan pipi bulat yang tengah menata beberapa bunga.
"Ini pesanan anda. Apa anda pesanan lainnya?" Seorang pelayan mengantarkan satu gelas americano ke meja Sehun. Namja itu terdiam sejenak, "Tolong bungkuskan Baquette."
Pelayan itu mengangguk paham lalu kembali ke meja pesanan.
"Apa kau baik-baik saja?" Ucapnya lirih. Sehun memejamkan kedua matanya. Mengingat kebersamaannya dengan gadis itu membuat dadanya sesak. Ia ingat, terakhir kali mereka bersama adalah tiga tahun lalu, saat gadis itu berada di semester genap perkuliahannya. Dan Sehun, baru saja mendapatkan gelar dokter spesialisnya di Yulje.
Sehun tersenyum kecil begitu melihat gadis berambut sebahu itu keluar toko dan memberi makan seekor anjing kecil yang kini tengah sibuk meminum susu.
"Vivi~."
"Ini Baquettenya. Totalnya 10.500₩."
Sehun segera meraih cup americano yang masih sedikit mengepul di mejanya serta paper bag berisi Baquette yang baru saja ia dapatkan."
"Terimakasih." Ucapnya sambil memberikan sejumlah uanh yang diminta. Lalu setelahnya, namja itu beranjak dari kursinya keluar cafe.
--Nancy sejak tadi tak bisa tidak memperhatikan Jeno yang masih setia menunggu Heejin di podium lapangan olahraga. "Hya, kalian berkencan ya?" Nancy, dengan rasa ingin tahunya yang berlebihan, berbisik ke arah Heejin yang tengah beristirahat setelah sekitar dua jam mereka berlatih softball.
Heejin menggeleng. "Aniya."
"Ani?"
Heejin mengangguk. "Tiba-tiba Jeno bilang mau menemani berlatih." Ucap Heejin sembari beranjak berdiri dari lapangan, berjalan ke arah tasnya yang ia letakkan di tepi lapangan.
"Lalu kau mau kemana sekarang?" Nancy masih saja mengekori temannya itu.
"Pulang. Memangnya mau kemana lagi?" Heejin menatap heran. Nancy mendengus.
"Dengan Jeno?"
"Eh?" Heejin terdiam. "Molla, tadi dia hanya bilang mau menemani latihan."
"Astaga Jeon Heejin, kau ini polos sekali..." Nancy menatap gadis di depannya dengan tatapan gemas. "Kau tahu tidak sih, itu artinya Jeno sedang berusaha mendekatimu...aigoo."
Heejin terdiam, tatapannya kini beralih ke arah Jeno yang juga tengah melambai ke arahnya. Benarkah? Apa itu artinya rasa sukanya terbalaskan?
--Doyoung menatap nyalak pada namja yang satu tahun berada di bawahnya itu. Jung Jaehyun.
"Astaga....kau-aishhh...anak ini. Kau- astaga...Ya Tuhan, bagaimana kalau tadi aku terlambat datang- kau- aishhh...Jung Jaehyun jincaa." Doyoung mengacak rambutnya frustasi. Tadi ia langsung berteriak histeris begitu ia melihat Jaehyun hampir saja mencium Dokter Choi. Gila. Sepertinya kecelakaan itu tidak membuat Jaehyun sadar tapi justru memperparah tingkat kegilaannya.
"Kalau hyeong tidak buru-buru masuk, tentu saja aku bisa mencium Dokter Choi. Tsk...aku baru saja mau mengajaknya berkencan." Ucap Jaehyun, ada nada kesal di sana.
"YAAAKKK!" Doyoung kembali menjerit. Tak habis pikir. "Wahhh...dia itu dokter Jung Jaehyun, kau harus menghormatinya." Doyoung mencoba sabar.
"No. I cant. Dia terlalu lucu dan begitu menggemaskan. Emm....hyeong, bagaimana kalau aku tidak usah mengikuti terapi?"
"Mwo?"
"Aku mau lebih lama di sini."
BUGH!
Doyoung melempar bantal ke tubuh Jaehyun, "Lalu siapa yang mengurus perusahaanmu itu eoh?!" Doyoung sudah tak bisa menahan kesabarannya.
"Kau? Johny hyeong?"
"YYYAA!" Doyoung melotot, terlalu sebal, sedangkan Jaehyun malah terbahak.Tbc~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Emergency
FanfictionChoi Suzy, dokter bedah muda yang gagal bertunangan, namun justru dipertemukan dengan seorang pengusaha muda yang tidak sadar jika dijadikan selingkuhan wanita yang merebut calon tunangannya. "Dokter, bukankah wanita itu yang kemarin datang dengan...