Because people have secret

661 89 5
                                    

Suzy tidak pernah menyangka jika dunianya begitu sempit. Yeoja itu tadi tak sengaja bertemu Ny Jung saat memasuki lift untuk ke ruang VIP. Wanita itu tak sendirian, ditemani wanita cantik lain yang begitu Suzy kenal.
"Dokter Choi." Haekyung tersenyum ramah begitu melihat Suzy. Gadis itu bahkan bisa terlihat profesional dengan menyunggingkan senyum ramahnya pada dua wanita di depannya.
"Anyeonghaseyo."
"Apa kau akan memeriksa uri Jaehyunie?" Haekyung menoleh ke arah Suzy yang ada di sisi kiri lift, tepat di depan tombol lift.
"Ah ye. Aku harus mengecek keadaan Jaehyun~ssi."
"Aigoo...putraku pasti akan lekas pulih jika ditangani dokter sehebat anda." Kekeh wanita itu.
Suzy hanya mengangguk sembari tersenyum sopan. "Ne. Gamsahabnida."
"Ah..benar, dia Ye-Eun, kekasih putraku."
Suzy membungkuk sopan. "Anyeonghaseyo."
Wanita berambut sebahu itu terlihat kikuk. "N-ne. Anyeonghaseyo."
--

"Ny Kim Mikyung sepertinya mengalami NSTEMI. NSTEMI terjadi saat pembuluh darah arteri jantung tidak tersumbat seluruhnya. Dalam kasus ini, kerusakan otot jantung tidak seberat ketika mengalami STEMI. NSTEMI juga lebih jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya sekitar 3 kasus per 1000 orang per tahun, atau sekitar 30% dari total kasus serangan jantung." Suho menjelaskan pada namja di depannya. Kim Jongin.
"Apa ini parah dok?"
"Belum bisa dipastikan. Hasil pemeriksaan fisik pada pasien NSTEMI juga bisa sama dengan pasien jenis serangan jantung yang lain. Untuk memastikan jenis serangan jantung yang terjadi, kami akan melakukan pemeriksaan EKG (elektrodiogram). Saat dilakukan EKG, NSTEMI akan menunjukkan gambaran penyumbatan aliran darah pada jantung tanpa elevasi segmen ST."
Jongin menghela nafas. Penjelasan Suho cukup mudah untuk dia mengerti dan itu membuat rasa khawatirnya meningkat.
"Pemicu serangan jantung cukup banyak. Untuk usia di atas 50 tahun, pola makan, tingkat stres serta gaya hidup juga akan sangat berpengaruh. Kau harus menjaga agar Ny Kim tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang dapat membuat tingkat stresnya meningkat."
Jongin mengangguk paham. "Aku akan berusaha. Terimakasih Dokter Kim." Jongin membungkukkan tubuhnya sebelum meninggalkan ruangan Suho.
"Bagaimana? Apa eomonim baik-baik saja? Kenapa kau tidak memberitahuku kalau eommonim masuk rumah sakit?!" Seorang yeoja berambut hitam sebahu terlihat menghampiri Jongin yang baru saja keluar dari ruangan Dokter Kim.
"Krys..."
"Aku tahu ini hanya perjodohan Kai, tapi bagaimanapun aku adalah istrimu. Kalau kau terlalu sibuk dengan urusan di kejaksaan, lebih baik biarkan eomonim tinggal bersama kita. Aku tahu aku juga tak akan 24 jam di rumah, tapi aku bisa meminta manajer untuk- Kai?"
GREP.
Jongin tiba-tiba menarik Krystal ke pelukannya.
"Gwaenchana? Ya~ wae irrae..."
"Hiks..."
Krystal menghela nafas, lalu menepuk pelan punggung suaminya. "Kita ke kafe di lantai bawah, kau pasti belum makan." Krystal mencoba melepaskan pelukan Jongin, tapi namja itu justru mempererat pelukannya.
Gadis itu kembali menghela nafas, lalu mengusap punggung namja yang berstatus suaminya itu. "Eommonim akan baik-baik saja, percayalah."
CUP. Satu kecupan mendarat di kening kiri Jongin, membuat namja itu semakin mengeratkan pelukannya, mengabaikan bahwa keduanya ada di rumah sakit.
---

Johny dan Doyoung hanya bisa saling mencuri pandang satu sama lain. Di depan mereka, sedang ada pemandangan yang lebih menegangkan dibanding saat melihat sidang yang dilakukan Paman Jung pada ketiganya tiga bulan lalu- saat Jaehyun kabur dari rumah karena begitu keras kepala- meminta ayahnya membatalkan perjodohan dengan anak rekan sang ayah.
"Kenapa kalian hanya diam saja?" Haekyung menatap heran pada anak semata wayangnya dan Ye-Eun bergantian.
Ye-Eun, gadis itu terlihat begitu gugup. Suzy yang melihat itu hanya bisa mengulas senyum kecil.
"Maafkan aku sebelumnya Ny Jung, tapi sepertinya ini waktunya Jaehyun~ssi untuk kembali melakukan terapi pasca operasi." Suzy membungkukkan tubuhnya pada wanita paruh baya di hadapannya.
"Aigoo...maafkan aku Dokter Choi. Geurrae-geurrae, bawa saja anak ini."
Jaehyun mendengus. "Katakan semuanya pada eomma, aku mau semuanya selesai setelah aku melakukan terapi. Johny hyeong, tolong temani eomma dan Ye-Eun."
Johny membulatkan kedua matanya. Dalam hati, namja itu sudah melafalkan sumpah serapah pada adik sepupunya itu.
"Ne..sajangnim." Johny tersenyum penuh makna, membuat Doyoung menahan tawanya.
"Doyoung hyeong, segera urus semua kerjasama dengan HY grup. Malam ini, aku mau produk baru kita sudah mulai dikenalkan secara online."
Kini Johny yang terbahak, sedangkan Doyoung hanya bisa terdiam.
"Yeoksi....neo jinca." Doyoung menatap sebal pada Jaehyun.
Haekyung mengernyit, heran dengan maksud perkataan putranya. "Apa memangnya yang perlu dikatakan Ye-Eun?"
Jaehyun tersenyum. "Gwaenchana eomma, Ye-Eun yang akan menjelaskannya, geutji?" Jaehyun tersenyum, begitu tampan. Tapi di mata Doyoung dan Johny, senyum itu malah terlihat menakutkan.
Ye-Eun tersenyum kecil. Otaknya berputar begitu keras, berpikir tentang apa yang harus dia lakukan sekaligus harus siap menerima segala konsekuensinya.
"Dia benar-benar terlihat psiko, geutji hyeong?" Doyoung berbisik pada Johny.
"Wanjeoon."
Suzy akhirnya mendorong kursi roda Jaehyun setelah dibantu salah satu perawat untuk mendudukkan namja itu di kursi roda.
"Dokter-" perawat itu terlihat sungkan saat melihat Suzy menolak tawarannya untuk mendorong kursi roda Jaehyun.
"Gwaenchana Geuno~ya. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu, Dokter Shim pasti sangat sibuk. Ka~..gwaenchana." Suzy tersenyum ramah.
Perawat bernama Geuno itu mengangguk, berterimakasih atas sikap Suzy yang begitu pengertian.
"Kenapa tidak meminta perawat itu saja yang mendorong kursi roda ini?"
Suzy tidak langsung menjawab, gadis itu justru membalas sapaan dari beberapa perawat dan pasien di sana.
"Setiap perawat dan dokter memiliki tugas dan kewenangannya masing-masing."
Jaehyun menarik kecil sudut bibirnya.
"Aigoo~ Dokter Choi, kenapa ini sangat tidak nyaman untuk berjalan..." seorang pria paruh baya terlihat kesulitan berjalan karena menggunakan tiang infus sebagai penyangga. 
"Tuan Yang. Tidak apa-apa, itu wajar dirasakan setelah operasi, tiga hari lagi semuanya akan pulih dan anda bisa bertemu dengan keluarga anda."
"Ahh...kau benar. Omo~, apa ini kekasihmu?" Pria itu menunjuk ke arah Jaehyun.
"Ti-"
"Aigoo...aku lebih menyukai kau dengan pria ini, dia terlihat lebih baik dari yang sebelumnya."
Suzy mengangguk paham. "Ne...gamsahabnida. Geundae, Jaehyun adalah pasien bedah otak, dia harus menjalani terapi hari ini."
"Aigoo! Maafkan aku."
Jaehyun tersenyum kecil, lalu keduanya kembali melanjutkan perjalanan ke ruang terapi.
"Tunggu, apa kau memang seramah itu? Kau sepertinya mendapatkan banyak perhatian dari banyak orang." Jaehyun mendongak ke atas, menatap wajah Suzy yang menghentikan dorongan kursinya di depan ruang terapis.
"Perawat Son, tolong siapkan keperluan terapis untuk Jaehyun~ssi."
Jaehyun tertawa sarkas. "Hya, aku sedang bertanya, tapi...wah, kau bahkan tak menanggapiku sama sekali". Cibir Jaehyun. Suster Son yang melihat itu terlihat kebingungan.
"Aku akan menunggu kalian di dalam."
"N-ne."
Lalu Jaehyun hanya bisa mendengus saat perawat itu membawanya ke dalam.
**

Suho membuka pelan pintu rumahnya. Jam Rolex di tangannya sudah menunjukkan pukul 9 PM. Belum cukup larut sebenarnya, bahkan bisa dikatakan cepat bagi seorang dokter sepertinya untuk pulang ke rumah.
"Appa!"
Suho tersenyum begitu mendengar suara putranya, Kim Rowoon. Bocah berusia empat tahun itu terlihat berlari dengan atasan seragam polisi birunya dan celana dalam berwarna putih, membuat Suho gemas sendiri.
"Aigoo~ Kim Rowoon...kemana celanamu eoh?" Suho terlihat melepas sepatunya, lalu memberikan isyarat pada Rowoon agar tak mendekat ke arahnya. "Tetap di sana, arasseo?"
Rowoon mengangguk patuh. Dia sudah tahu tentang hal ini, tidak boleh menyentuh ayahnya setelah pulang kerja.
"Ayah harus mandi dulu." Senyumnya.
Suho mengangguk. "Anak pintar."
"Appa."
Panggilan itu menghentikan langkah Suho. "Ne?"
"Tadi eomma kemari. Tapi dengan paman tua. Appa, kenapa eomma tidak bersama kita lagi?" Pertanyaan polos itu membuat Suho terdiam sesaat.
"Eomma sudah memilih untuk bersama Paman Kim. Rowoon di sini bersama ayah, heum?" Suho menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan sang anak.
"Eomma bogosipeo...." lirih Rowoon.
"Cha...setelah ini kita bermain, ottae?"
Rowoon mendongakkan wajahnya. "Bermain?"
Suho mengangguk. "Sekarang, uri Rowoonie duduk dan- eoh, apa jagoan ayah sudah makan malam?"
Rowoon mengangguk. "Bibi memasak sup daging enak sekali. Aku membantu memasukkan dagingnya."
"Aigooo~ uri Rowoonie hebat sekali."
Rowoon hanya tersenyum lebar, menunjukkan gigi kelincinya.
"Duduk di sana dulu (menunjuk sofa di ruang tv), tunggu appa ne?"
Rowoon mengangguk lalu berlari dan kembali bermain dengan mainan kereta dan mobil-mobilannya.

TBC

#untuk visualisasi anaknya, bisa liat ig 로니고미 (gom.ny)😇

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang