A Love

625 104 8
                                    

Jaemin itu wakil ketua klub memanah dengan Jeno sebagai ketuanya. Selain itu, dia juga menjabat sebagai ketua klub fotografi. Singkatnya, sejak Jaemin di tingkat dua, dia termasuk dalam daftar murid terkenal. Apalagi saat kelas memanah, jangan tanyakan lagi, siswi di sekolah mereka pasti langsung memenuhi lapangan panahan.
"Kau mau membolos kelas memanah?" Jeno- teman sekelas Jaemin sejak Middle School itu menatap heran namja berambut cokelat di depannya. Ya. Mereka tak sebangku.
Jaemin mengangguk. "Ya. Jiae minta diantar membeli kura-kura." Sungut Jaemin. Jeno mengernyit.
"Kura-kura? Bukannya kemarin dia habis membeli ikan?"
Jaemin menghela nafas. "Sudah mati."
"APA?!!"
"Ya. Diajak mandi dengan Suzy noona."
Jeno hanya melongo. "Ish..kenapa tidak mengajakku saja." Desisnya.
"YA!"
BUGH!
Jaemin memukul kepala Jeno. Keras. Sampai membuat seorang gadis di sana menoleh, lalu terkekeh pelan.
"Sakit!" Keluh Jeno.
"Jaga bicaramu."
Jeno mengerucutkan bibirnya. "Hanya bercanda."
"Tidak lucu. Aku duluan." Jaemin menggantungkan tasnya di bahu kiri. Begitu keluar kelas, ia hanya bisa menghela nafas pelan. Remaja itu sudah merasa Lelah dengan kegiatan sekolah hari ini, membayangkan dia harus keluar lagi dengan Jiae tentu bukan pilihan yang cukup baik.
"Jeon Heejin, kau tidak pulang?" Jeno menoleh kea rah gadis yang masih duduk di bangkunya, menikmati novelnya.
“Tidak bisa, aku harus berlatih softball dengan tim inti sekolah setelah ini.” Keluhnya. Jeno mengangguk paham, tapi tetap tidak berjalan keluar kelas.
“Emm…bagaimana kalau aku temani?”
Heejin seketika langsung mengalihkan tatapannya dari novel yang dibacanya.
“Huh?”

--

Haekyung benar-benar kecewa dengan pengakuan Ye-Eun. Sungha? Pria itu sepertinya tak berniat memberikan respon apapun. Mereka ada di ruang utama keluarga Jung. Tidak ada siapapun di sana kecuali Doyoung. Johny? Kakak sepupu Jung Jaehyun itu sudah melarikan diri dengan dalih mengurus beberapa investor yang sebenarnya sudah diselesaikan Doyoung kemarin. Benar-benar kurangajar sekali, begitu umpatan Doyoung dalam hati. Tidak. Namja itu bahkan terus menggumamkan sumpah serapah untuk Johny dan Jaehyun. Ia sudah tidak peduli dengan keadaan Jaehyun yang katanya tengah masa pemulihan di rumah sakit itu.
“Kau sudah mengetahui hal ini Youngie?” Sungha menoleh ke arah Doyoung yang duduk di single sofa samping Sungha.
Ugh! Sial-sial! Umpat Doyoung dalam hati.
“Ne. jweosonghabnida karena menyebunyikannya paman.” Namja itu menundukkan kepalanya.
Sungha menarik kecil sudut bibirnya, menepuk pelan bahu namja di depannya.
“Gwaenchana. Kalian melakukan hal yang benar. Jaehyun tahu jika dia mengatakannya langsung, ibunya tak akan mempercayainya.”
Doyoung mendongakkan kepalanya. “Paman tidak marah?”
“Tentu aku merasa dibohongi, tapi aku tidak mungkin memarahimu. Setelah anak itu sembuh, dia yang akan bertanggungjawab.”
Doyoung diam-diam tersenyum.
“Apa Johny juga tahu?”
“Sebenarnya…aku dan Johny hyeong baru tahu sekitar dua minggu ini. Hyeong tidak sengaja melihat Ye-Eun bertemu dengan namja itu saat mereka masuk ke privat room salah satu restoran.”
Sungha menghela nafas, menatap Ye-Eun yang kini masih saja terisak tanpa suara di depan istrinya yang bisa saja meluapkan amarah kapanpun.
“Yeobo..” Sungha mendekap bahu istrinya.
“Kau benar-benar tak tau diri. Aku bahkan sudah menganggapmu sebagai putriku sendiri. Kau tahu, bagaimana putraku berusaha meyakinkan ayah dan ibunya kalau kau adalah gadis baik dan polos yang sudah mencuri hatinya?”
“Eomonim….hiks..jweo-”
“BERHENTI MEMANGGILKU DENGAN SEBUTAN ITU! PERGI DARI SINI!”Haekyung tak bisa lagi mengatur deru nafasnya. Wanita itu terlihat begitu terpukul.
Doyoung segera mendekat ke arah Ye-Eun, berusaha membantu gadis itu berdiri untuk meninggalkan rumah keluarga Jung.
“Antarkan dia pulang Youngie~ya.” Sungha berkata pelan.
“ANDWAE! Biarkan dia pulang sendiri!”
Doyoung terdiam. Sungha menghela nafas sembari menatap namja di depannya, kepalanya mengangguk pelan, pertanda kalau Doyoung harus mengikuti perintah istrinya. Perlahan tangan namja itu turun dari bahu Ye-Eun.
“Kau pulanglah sendiri, aku akan pesankan taksi.”
“Oppa~” Ye-Eun menatap memohon ke arah Doyoung.
“Sejak awal kita tak pernah dekat, jadi jangan coba memanfaatkan wajah polosmu untuk mencari simpatiku.” Doyoung mengambil ponselnya, mendial tombol pemesanan taksi. “Sebentar lagi taksinya datang. Kau tak perlu membayar.”
“Doyoung~ssi.”
“Hati-hati. Jaga bayimu dan jangan melakukan hal bodoh.”
--

Sehun dan Suzy sama-sama terdiam. Kopi kedua orang itu bahkan tak tersentuh sama sekali. Ya. Keduanya memutuskan untuk mengobrol di café yang tak jauh dari Yulje. “Kau yakin kalau itu Irene eonni?”
Sehun mengangguk. “Aku yakin sekali.”
“Apa yang membuatmu yakin?”
“Sudah kukatakan kalau Baekhyun hyeong bilang Suho hyeong dan Irene nuna akan bercerai.”
Suzy menghela nafas. “Ini yang aku takutkan sejak dulu.”
“Kau masih berfikir kalau Suho hyeong dan Irene nuna mempertahankan ini karena kejadian malam itu?” Sehun kini menyesap cup americanonya.
Suzy mengangguk, gadis itu lalu mengalihkan tatapannya ke luar café, menatap jalanan dan bangunan Yulje yang mendominasi pemandangan.
“Kau tahu, mau bagaimanapun, cinta pertama itu sulit dilupakan, geutji?”
Sehun tersenyum kecut sembari menatap embun di cup coffenya.
“Ya. Kau benar. Itu sangat sulit. Sangat.” Namja itu kini juga mengalihkan tatapannya keluar café.
--

Jonghyun sedang membereskan buku-bukunya begitu Suzy masuk ke ruangannya bersama Baekhyun. “Anyeonghaseyo Dokter Byun.” Jonghyun memberikan salam.
Baekhyun mengangguk dan memilih duduk di sofa. “Kau mau pulang?” namja itu mengambil coklat yang tadi ia masukkan ke kantung jaket dokternya sebelum ikut ke ruangan Suzy.
“Ne. adikku berulang tahun, aku berencana membuat pesta kecil-kecilan dengan keluargaku.” Jonghyun tersenyum kecil.
“Eoh, jinca? Kenapa kau baru bilang…tsk.” Suzy menyipitkan matanya kea rah dokter residennya itu.
“Heol…kau benar-benar tidak menganggap Suzy seniormu ternyata.” Baekhyun menggeleng pelan.
“A-animida- keuge..”
Suzy dan Baekhyun kemudian terkikik geli, membuat Jonghyun membeo.
“Aigoo gwaenchana. Cha, kau harus segera pulang, pasti ibu dan adikmu menunggu, matji?” Suzy membantu juniornya itu membereskan buku miliknya yang akan dipinjam Jonghyun.
“N-ne.”
“Cha. Titipkan salamku untuk ibu dan adikmu.” Suzy tersenyum kea rah Jonghyun.
“Ne sunbae.”
“Nado.” Baekhyun juga tersenyum kea rah Jonghyun.
“Ne. gumawo sunbaenim.”
“Josimhae!” ucap Suzy saat Jonghyun membuka pintu ruangannya. Namja itu hanya tersenyum sembari mengangguk. “Aigoo~ dia memang namja yang hebat.” Suzy bergumam pelan.
“Hya, bukankah kau harusnya mengirimkan sesuatu untuk mereka?” Baekhyun kini tengah menatap layer ponselnya yang menampilkan paket daging sapi korea.
“Ahhh…matta. Haruskah aku mengirimkan Hanwoo?”
“Geurom~~” Baekhyun mengangguk setuju.
--

Suara bel membuat Jonghyun yang tengah menyiapkan Miyeog untuk sang adik segera beranjak dari duduknya. “Apa Sunwoo sudah pulang?” gumamnya.
KLIK.
“Kim Jonghyun~ssi?”
Jonghyun terdiam, keheranan begitu melihat seorang dating mengantarkan paket daging. “Ne.”
“Tolong tandatangani di sini.” Pria di depan Jonghyun menyodorkan sebuah kertas tanda terima.
“Ige..mwonya?”
“Pengirimnya bernama Choi Suzy dan Byun Baekhyun. Katanya selamat ulang tahun untuk adik dokter residennya. Ini.”
Jonghyun tersenyum haru, tidak percaya kalau kedua sunbaenya mengirimkan daging untuk keluarganya.”
“Ne. Gamsahabnida.”
Pria itu hanya mengangguk lalu segera meninggalkan apartemen Jonghyun.
“EOMMA!!” Jonghyun segera berlari kea rah ibunya yang ada di dapur.
“Waee~, ibu sedang-astaga! Kenapa kau sampai membeli daging eoh? Aigoo~ ini bahkan sangat banyak.” Ny Kim berseru begitu melhat sekotak besar daging di tangan putra sulungnya.
“Aniya…ini dari sunbaeku, Dokter Choi dan Dokter Byun, mereka mengirimkannya untuk Sunwo.”
“Aigoo~ bagaimana ini…kenapa mereka begitu baik eoh?” Ny Kim menatap haru putranya.
Jonghyun hanya tersenyum haru.
“Ibu harus membuatkan sesuatu untuk mereka besok.”
Jonghyun hanya bisa mengangguk. “Kalau begitu, ayo rayakan dengan mereka lewat video nanti.”
“Tentu saja…aigoo~ semoga mereka selalu diberkati.”

Suzy baru saja keluar dari lift. Sekarang jadwalnya melihat perkembangan Jaehyun. Sebagai dokter, ia harus memastikan kondisi pasien, mentaati prosedur yang berlaku dan memberikan pelayanan terbaik. Gadis itu baru saja akan membuka pintu ruang rawat VIP milik Jaehyun begitu ponselnya berdering.
Senyumnya mengembang begitu melihat layarnya menampilkan panggilan video dari Jonghyun. Ia memilih menjauh sejenak dari depan pintu.

Eoh, Jonghyun~ah

Sunbae!!! Gumawooo~

Aigooo~, dimana adikmu? Eoh? Anyeong~

Anyeonghaseyo Dokter Choi, Kim Sunwoo ibnida (Sunwoo tersenyum kea rah kamera)

Saengil Chukkaeyo~, eoh, anyeonghaseyo Jonghyun eomonim

Anyeonghaseyo Dokter Choi, terimakasih untuk hadiahnya

(Suzy tersenyum hangat) Jonghyun sudah bekerja keras selama ini, itu tak seberapa

Terimakasih sudah memperhatikan anak nakal ini (Ny Kim memukul kepala Jonghyun, Suzy terkikik)

Eomma~

Sunwoo~ya, aigoo~ anak ini, ucapkan sesuatu pada Dokter Choi (Ny Kim menatap putra bungsunya)

Emm…jeongmal gamsahabnida Dokter Choi

Cheonmanayo Sunwoo~ya…Jonghyun~a, sepertinya aku harus memeriksa pasien, selamat berpesta…

Ne selamat bekerja...gumawo sunbaenim

(Suzy mengangguk lalu melambaikan tangannya kea rah kamera)
TUT.

“Aku baru pertama kali melihat Dokter sepertimu.”
Suara itu membuat Suzy berjengit kaget. Begitu gadis itu menoleh, dilihatnya wajah Jaehyun sudah berada di hadapannya.
“Selain cantik…kau-ternyata juga begitu…hangat.” Ucap Jaehyun dengan suaranya yang terdengar begitu pelan dan dalam disertai smirk di wajah tampannya.
Suzy hanya bisa terdiam sambil menahan nafasnya. Menatap wajah pasiennya sedekat ini mampu membuat otak jeniusnya tak berfungsi. Batinnya terus saja berteriak untuk mendorong pasiennya itu menjauh, tapi sepertinya otaknya tak mampu mengeksekusi perintah refleks itu secara tepat.
“Eoteohkehamyeon geureul geureohke ppalli neomeojige hal suitni?” (Bagaimana bisa kau membuatku jatuh begitu cepat?)
Suzy rasanya ingin menutup matanya, jantungnya benar-benar terasa berhenti berdetak sekarang.

(Play Dream – Paul Kim)

~~~TBC~~~

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang