Puzzle - 2

447 75 4
                                    

"Kau bilang mau bertemu temanmu, kenapa malah kemari?" Johny mengernyit heran begitu melihat Doyoung datang ke apartemennya, padahal dia baru saja mau ke klub milik Hendery, kenalannya dari Macau, Cina.
Doyoung langsung mendudukkan tubuhnya di sofa apartemen Johny, mengusak wajahnya, terlihat frustasi sekali.
"Aku menemukannya." Ucapnya lirih.
Johny mengernyit. "Apa? Bicara yang benar, kau belum makan memang?"
"Hyeong...aku menemukannya.." Doyoung menatap serius ke arah Johny. Pria itu mematung.
"Seulgi?"
Doyoung mengangguk.
"Eodi?"
"Dia bekerja di Yulje." Lirih Doyoung, Johny bahkan bisa menangkap nada getar di sana. Sepertinya dia harus menunda pertemuannya dengan Hendery malam ini, Doyoung sedang dalam suasana tak baik.
"Aku akan buatkan spagetti, hanya itu yang ada, dengan abalone. Tunggu di sini."
Doyoung tersenyum tipis lalu memejamkan kedua matanya dengan tubuh menyandar di sofa. "Apa yang sebenarnya terjadi denganmu nuna..."
--

Haekyung menatap putranya yang kini tengah merajuk. "Jangan seperti anak kecil! Turun dari tempat tidur dan ikut Dokter Kim terapi!" Wanita itu berusaha bersikap tegas pada sang putra semata wayangnya. Sementara Jonghyun yang ada di sana hanya bisa meringis kecil.
Ia sudah sedikit tahu, Suzy memberinya perintah untuk menggantikannya mengecek keadaan Jaehyun setelah insiden ajakan kencan itu. Dokter itu bahkan sempat berbicara dengan Doyoung setelahnya, membuat pria yang satu tahun di bawahnya itu jadi tak enak hati.
"Aku mau Dokter Choi yang menemaniku! Ada yang mau aku tanyakan!" Pria itu memberengut, kesal.
"Sesange...kau ini sudah besar, jangan seperti anak kecil!"
"Katakan pada pemilik Rumah Sakit ini, kalau ia tak bisa menyuruh Dokter Choi kemari, aku akan membeli rumah sakit ini!"
"Jung Jaehyun! Astaga!"
"Eomma~ aku pasien VIP di sini, harusnya mereka mendengarkanku!"
"Aishhh....anak ini."
Jung Sungha yang baru saja memasuki ruangan, hanya menatap istrinya penuh tanya. "Anakmu membuat ulah."
Sungha sebenarnya sudah mendengarnya dari Doyoung- kalau anaknya mengajak berkencan Dokter Choi. Tapi untuk situasi seperti sekarang- Jaehyun merajuk- ia baru mengetahuinya.
"Paksa saja, kalau perlu anda bisa menyeretnya ke ruang terapi." Sungha menatap Jonghyun- dokter residen tingkat 4 itu terlihat terkejut. Ia masih mau menjadi dokter spesialis tahun depan, mana mau dia melakukan pemaksaan ke pasien- VIP pula- dan itu Jung Jaehyun- oh tidak!
"Aku akan coba menjadwalkan ulang-"
CEKLEK!
Pintu ruang rawat Jaehyun terbuka dan  memperlihatkan Suzy yang memasuki ruangan sembari tersenyum ramah.
"Anyeonghaseyo, maaf saya terlambat."
Jaehyun tentu saja senang, dia jadi bisa melihat Suzy yang entah kenapa hari ini terlihat cantik dengan potongan rambut yang diikat separuh ke belakang.
"Gwaenchana Dokter Choi. Maaf sudah membuatmu repot karena tingkah putraku."
Suzy tersenyum kecil. "Gwaenchanseubnida. Jonghyun~ssi, tolong bantu Jaehyun~ssi berdiri dan arahkan ke ruang terapi."
"Ne sunbaenim."
Selama di ruang terapi, Suzy sama sekali tak merespon panggilan ataupun rengekan Jaehyun, membuat perawat dan Jonghyun hanya bisa menahan kekehannya karena baru kali ini Suzy dikejar-kejar oleh seorang pasien.
"Dokter Choi, kau mengabaikanku ya?" Jaehyun menatap Suzy dengan mata yang disipit-sipitkan.
"Jonghyun~ssi, antarkan pasien ke ruang rawat inapnya, aku akan menyiapkan data pasien karena lusa ia sudah bisa pulang." Ucap Suzy acuh.
Jaehyun melotot. "Mwo?! Pulang?! Andwae!! Aku belum sembuh! Dokter! Aku belum sembuhh!! Andwaeee!!"
Suzy menghela nafas disertai gelak tawa dari perawat Yoon. "Uisanim, aku baru melihat anda kuwalahan mengurus pasien."
Suzy mendengus. "Sepertinya efek hematoma di kepala pasien sekarang semakin aneh." Gerutu Suzy yang malah membuat tawa suster Yoon semakin kencang.
"YA! BERHENTI TERTAWA!!" Geram Suzy.
--

Sehun terus saja meledek Suzy, keduanya kini ada di coffeeshop rumah sakit. "Mwoya, bagaimana dengan Jung Jaehyun? Aigoo...kau sudah seperti tokoh utama di drama yang sering dilihat Mina. Uhhh..romantis sekali.." kikik Sehun. Suzy menatap sebal sahabatnya itu, tapi Sehun malah memperkeras kikikannya, membuat Suzg geram dan melemparkan tisu ke wajah tampan Sehun.
"Ya!!"
"Diam makannya." Kesal Suzy. "Hya, kau-" perkataan Suzy terhenti begitu ia melihat sosok Jung Sungha dan seorang  pria yang ia yakini adalah sepupu Jaehyun tengah memasuki coffeshop.
"Anyeonghaseyo." Sapa pria itu pada Suzy juga Sehun, membuat namja itu beranjak dari kursinya- berbalik dan membungkuk ke arah Sungha.
"Anyeonghaseyo.." sapa Suzy dan Sehun bersamaan.
"Ah~ bukankah anda dokter spesialis kandungan? Oh Sehun~ssi?"
Sehun tersenyum ramah. "Ne. Anyeonghaseyo."
"Paman, aku akan pesankan minuman-" Johny menatap bergantian ke arah Suzy dan Sehun, tapi kedua orang itu cepat tanggap.
"Ah, kami sudah membelinya, gamsahabnida." Sehun menunjuk dengan sopan dua cup coffee di mejanya. Johny mengangguk lalu berjalan ke meja pemesanan.
"Anda mau bergabung dengan kami Tuan Jung?" Lanjut Sehun.
Sungha tersenyum. "Apakah aku tidak mengganggu kalian?"
Suzy menggeleng, "Animida."
"Geurayo? Baiklah." Pria itu mendudukkan dirinya, bergabung di meja dengan empat kursi itu. Johny yang sejak tadi memperhatikan hanya mengernyit heran.
"Aku pikir kalian terlihat serasi." Ucap pria paruh baya itu.
"Gamsahabnida.." ucap Suzy ramah.
Sehun terkekeh. "Sebenarnya sudah banyak yang mengatakannya, tapi kami sudah berkomitmen untuk saling menjaga sebagai sahabat."
Suzy mengangguk. "Dokter Oh benar, kami sudah saling memahami sejak remaja."
Sungha tersenyum kecil. "Mengenai itu- maksudku..apa putraku benar-benar sudah bisa pulang besok?"
Suzy mengangguk. "Benar, tapi putra anda masih perlu melakukan kontrol rutin 2x seminggu dan membutuhkan pengawasan selama dua minggu."
Sungha mengernyit. "Pengawasan?" Ulang pria itu. Suzy tersenyum, membenarkan.
"Ne. Sebelumnya sudah saya sampaikan kalau hematoma di kepala mampu berpengaruh pada indera pasien, termasuk pengelihatan dan cara bicara juga gerakan pasien. Pengawasan itu diperlukan untuk melihat perkembangan dari efek yang mungkin ditimbulkan dari hematoma yang terjadi."
Sungha tersenyum, puas dengan penjelasan Suzy. "Luar biasa. Tidak banyak dokter seperti anda Nona Choi Suzy."
Suzy tersenyum ramah, sedangkan Sehun malah tersenyum penuh arti.
"Ini paman, hot americano." Johny menarik kursi di samping Sungha.
**

Heejin sebenarnya tidak paham dengan  sikap seorang Lee Jeno yang tiga hari belakangan ini terus meminta pulang bersama dengannya.
"Jeno?" Heejin mendongakkan kepalanya untuk menatap Jeno yang tengah berjalan di sampingnya. Sekolah sudah mulai sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang melakukan permainan basket, salah satunya Sungchan, adik sepupu Heejin.
"Hem?" Jeno mengalihkan tatapannya dari layar ponsel dan memasukkan benda itu ke saku celananya. "Wae?"
"Kenapa kau selalu mengajakku pulang bersama?" Tanya Heejin hati-hati.
Jeno tersenyum. "Entahlah, hanya ingin."
Heejin menghentikan langkahnya, membuat Jeno juga menghentikan langkahnya. "Waeyo?"
"Hanya ingin?" Ulanv Heejin.
"Uhhmm...aku tidak tahu. Kupikir karena kita tidak begitu dekat, jadi aku mau mendekatkan diri."
Heejin menghela nafas. "Jeno, maaf kalau aku terlalu berlebihan, tapi sikapmu ini bisa membuat aku salah paham. Kau tahu kan, wanita itu mudah tersanjung karena sikap lawan jenis? Sama denganku- aku takut aku semakin menyukaimu kalau kau tiba-tiba bersikap berlebihan seperti ini."
Jeno terdiam. "Se-semakin?"
"Neol joahe, karena itu, kalau kau tidak punya perasaan yang sama, tolong bersikap biasa saja. Tidak perlu berusaha agar kita terlihat akrab."
Dan setelahnya Heejin pergi meninggalkan Jeno. Sedangkan Jaemin, yang tadi berniat menghampiri keduanya justru mematung di persimpangan lorong. Senyumnya mengembang.
"Gadis yang unik. Jeno masih menyukai Suzy nuna kan? Kalau begitu, biar Heejun denganku saja." Senyumnya merekah lebar.

~~~Tbc~~~

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang