Destiny?

164 38 4
                                    

Suzy menatap malas ke arah kakak dan kakak iparnya yang sibuk menata makanan untuk persediaan selama kepergian mereka ke Singapura. "Oppa, kenapa kau terlihat bahagia sekali meninggalkan Jiae untuk satu minggu?"
Siwon menghentikan aktivitasnya lalu menatap ke arah Suzy dengan tatapan tak percaya.
"Wahhh...apa ini, kau berusaha memancing situasi menjadi keruh eoh?"
Suzy menggeleng. "Aniyo. Ya, Choi Jaemin, na maja?" Suzy menoleh ke arah Jaemin yang sibuk dengan ponselnya.
"Eoh. Appa mungkin sudah merencanakan acara ini sebagai event bulan madu, aku benar kan?" Remaja itu meletakkan ponselnya di meja bar dapur.
Yoona terkekeh. "Tidak...ini bukan bulan madu-"
"Tapi ajang membuat anak, geutji?" Suzy menambahkan.
Siwon dan Yoona terbelalak, sementara Jaemin memasang wajah cemberut.
"Aku tidak mau punya adik lagi! Cukup Jiae!"
Siwon menghela nafas panjang. "Ya, Choi Suzy neo jinca..."
Suzy hanya terkikik geli. "Hya, kalau memang tidak benar, oppa tidak perlu marah..solma.."
"Hya!" Siwon bersiap memukul adiknya itu dengan penutup box makanan, tapi suara putri bungsunya sudah lebih dulu terdengar.
"Appa! Jangan memukul imo!"
Suzy tersenyum senang. "Gumawooong uri Jiaee..."
Siwon yang melihat itu hanya bisa menatap geram, sementara Jaemin menatap malas. "Ingat ya, pokoknya aku tidak mau punya adik baru."
"Eh? Adik? Aku mau punya adik?" Jiae menaiki kursi bar dengan antusias dan menatap penuh binar ke arah kedua orang tuanya.
"Jiae mau punya adik?" Siwon bertanya penuh minat, sementara Yoona dan Jaemin menatap dengan mata melotot.
"Iya! Jiae mau punya adik! Yang lucu ya appa!" Anak itu menyambut girang.
"Oke. Appa akan buatkan satu."
"ANDWAE!" Yoona dan Jaemin memekik bersamaan.
Suzy hanya tersenyum miris. "Menakjubkan sekali."
**

Suho tersenyum ramah pada pasien di hadapannya. Merespon segala keluh kesah yang diungkapkan pasien berusia hampir 50 tahun itu.
"Apakah itu artinya aku tidak bisa kembali beraktivitas lagi Dokter?" Ucap pria itu khawatir.
"Animida..anda tetap bisa beraktivitas, hanya saja anda harus mengurangi jam aktivitas berat anda Tuan. Kesehatan anda jaaaauuhhh lebih penting." Suho berusaha menghibur pasiennya.
"Itu sama saja. Aku adalah tulang punggung keluarga. Putraku akan masuk universitas dan putriku akan masuk sekolah menengah atas. Apakah tidak ada cara selain memasang ring?" Ucap pria itu sedikit frustasi.
Suho tersenyum kecil. "Tuan...kau sudah menjadi kepala keluarga yang baik. Anak-anakmu akan mengerti keadaanmu, karena kau adalah ayahnya. Jujurlah tentang keadaanmu kepada mereka. Pemasangan ring jantung bertujuan untuk membuka pembuluh darah atau saluran yang tersumbat. Pemasangan ring jantung dilakukan untuk mengatasi aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak. Cara ini kami pilih karena sumbatan pada pembuluh darah koroner jantung anda sudah lebih dari 70%, sehingga anda tidak bisa menggunakan obat-obatan atau obat rekomendasi dokter."
Pria itu terdiam. "Anda hanya perlu mengurangi Tuan..bukan berhenti. Anda akan kembali sehat dan bisa menikmati waktu dengan kedua putra anda."
Perawat Jeon yang sejak tadi berdiri di belakang Suho hanya tersenyum kecil. "Perawat Jeon, tolong bawa Tuan Yang untuk melakukan serangkaian tes awal."
"Ne saem. Mari Tuan."
Pria itu beranjak berdiri lalu memberikan ucapan terimakasih pada Suho. "Terimakasih banyak."
"Sama-sama Tuan."

KLEK.

Pintu ruang periksa milik Suho tertutup, sembari perawat Jeon berjalan bersama pasiennya, wanita itu tersenyum ramah dan mengatakan sesuatu yang membuat hati pria paruh baya di sampingnya perlahan menghangat.
"Anda tidak perlu khawatir Tuan, Dokter Suho adalah dokter terbaik di Yulje. Dia akan membantu pasiennya semaksimal mungkin."
Tuan Yang tersenyum kecil. "Dahengida.."
"Mari." Suster Jeon menekan tombol lift dan menekan lantai 3.
--

Suzy hari ini bebas tugas dari rumah sakit. Tidak bebas tugas sebenarnya, tapi dia sudah mengajukan cuti sejak satu bulan lalu untuk tiga hari untuk menemani keponakannya selama kepergian kakaknya ke Singapura. Meski begitu, tak jarang dia tak berhenti mengangkat telpon karena Hyunjae- dokter junior sekaligus penggantinya itu terkadang masih merasa kerepotan untuk menangani pasien.
"Nuna mau kemana?" Jaemin menatap heran ke arah Suzy yang hanya mengenakan baju tidur berwarna kuning tanpa motif dilapisi padding.
"Beli sesuatu yang hangat, kau mau?"
Jaemin menggeleng. "Tidak. Aku mau tidur saja. Bawa kunci saja." Setelah mengatakan itu, Jaemin segera pergi ke kamarnya, meninggalkan Suzy yang menatap sebal.
"Hya, tolong lihat Jiae dulu."
"Eoh!" Jaemin menjawab acuh sembari melambaikan tangannya.
"Tsk, dasar remaja. Ahhh...akhirnya aku bisa makan ramyeon hangatt..huuu..kajja..." Suzy segera keluar rumah dan menuju minimarket terdekat.
Suzy memutuskan untuk membeli dua ramyeon dan beberapa odeng untuk teman makannya. Ah, jangan lupakan minuman manis untuk penyegarnya. "Astagaa...ini enak sekalii." Wanita itu menyeruput ramyeonnya hingga mulutnya beruap, mengabaikan jaket paddingnya yang tadi dia turunkan karena merasa panas hingga hampir menampilkan bagian potongan dada baju tidurnya yang agak rendah.

DUK. SREK!

Suzy hampir saja tersedak saat seseorang meletakkan minuman bersoda di atas mejanya lalu memutar tubuhnya menghadap ke arah sosok itu.

SRET.

Kedua mata Suzy membulat saat mendapati mantan pasiennya yang kini ada di hadapannya. Jung Jaehyun sedang duduk di depannya dengan setelan jas hitam lengkap juga wajah datar terkesan dingin menatap tajam ke arahnya. Kedua tangan namja itu juga dengan santainya berada di kedua sisi bahu Suzy dan bergerak menarik resleting padding wanita itu ke atas.
"Kau sengaja menunjukkannya?" Tanya namja itu.
Suzy mengerjab heran. "Kau-kenapa kau ada di sini?" Malah kalimat itu yang keluar dari mulut Suzy.
Jaehyun terkekeh, lalu mengusap sisa kuah ramyeon di sisi bibir Suzy.
"Sepertinya kita berjodoh Dokter Choi. Aku baru saja ingin menikmati ramyeon, tapi ternyata kau lebih dulu di sini dengan setelan- emm..ya-lupakan. Intinya, aku akan menemanimu." Jaehyun segera memutar tubuhnya menghadap meja. Mengabaikan tatapan kaget Suzy.
"Mworagu?"
"Lanjutkan saja makanmu Dokter Choi."
Suzy segera meraih botol minumnya lalu memilih beranjak dari duduknya. "Aku sudah selesai. Anda bisa melanjutkan makan anda, terimakasih."
Jaehyun menghela nafas, ia tidak boleh kehilangan Suzy lagi. Mencari gadis itu tak mudah untuknya. Selama pemeriksaan ke rumah sakit saja kadang ia hanya bertemu dokter lain di bagian terapis. Jadwalnya bertemu Suzy hanya dua bulan sekali.
"Aku akan mengantarmu." Ucap Jaehyun final sembari mencekal tangan Suzy. Wanita itu tersentak. "Sudah malam. Aku sungguh-sungguh." Ucapnya serius.
"Terimakasih, tapi tidak perlu, rumahku dekat dari sini, permisi."
Jaehyun semakin mengeratkan tangannya sembari menahan wanita itu.
"Bajumu. Berjalan dengan baju seperti ini akan berbahaya. Kau saja tidak sadar kalau sejak tadi pria di sana terus memperhatikanmu dengan wajah penuh nafsu."
Suzy tersentak lalu menatap ke seberangnya. Benar. Apa yang dikatakan Jaehyun memang benar.
"Temani aku sebentar, aku benar-benar lapar, setelah itu aku akan mengantarmu."
Suzy terdiam.
"Aku mohon.."
"Baiklah."
Jaehyun segera melepaskan tangannya dan beranjak menuntun Suzy untuk duduk di sampingnya. Wanita itu benar-benar menemani Jaehyun makan ramyeon, tak ada perbincangan antar keduanya. Sampai saat Jaehyun mau membuang bungkus ramyeonnya, ekor matanya menangkap kepala Suzy hampir terantuk meja. Wanita itu mengantuk.
Buru-buru Jaehyun meletakkan telapak tangannya di meja dan menahan tubuh belakang Suzy, kemudian perlahan membawa kepala gadis itu menyandar di bahunya.
"Lucu sekalii...." namja itu menahan gemas. Wajahnya tak henti menatap pipi putih itu dan perlahan turun ke bibir merah di depannya.
"Aishhh..jangan macam-macam Jung Jaehyun." Gumamnya.
Namja itu memilih membiarkan Suzy tertidur hampir setengah jam, kemudian ia memilih membangunkannya.
"Dokter Choi?"
Tak ada pergerakan dan itu membuat Jaehyun terkikik geli. "Dia suka tidur ternyata. Tidak bisa, aku harus membangunkannya. Dokter Choi?"
Berhasil. Suzy membuka pelan kedua matanya. Begitu sadar ia menyandar pada seseorang, wanita itu segera mengangkat kepalanya.
"Huh? Jweosonghabnida." Ucapnya pelan.
"Gwaenchana. Ayo, aku akan mengantarmu." Jaehyun segera beranjak, sementara Suzy masih terdiam. Melihat gadis itu tak beranjak, Jaehyun berinisiatif mengulurkan tangannya. Ya, mencoba kesempatan tidak masalah kan.
Senyumnya mengembang saat Suzy menyambut tangan itu dan dengan kurangajarnya Jaehyun justru menarik wanita itu ke pelukannya.
"Aku sudah benar-benar jatuh ke pesonamu sepertinya Dokter Choi."
Suzy mengerjabkan kedua matanya. Tentu saja, dia baru saja bangun tidur, kesadarannya belum kembali sepenuhnya.
"Aku tak akan melepaskanmu. Kau- harus jadi milikku. Milik Jung Jaehyun." Jaehyun tersenyum puas lalu perlahan mempersempit jarak wajah mereka.

~~~TBC~~~

Wowowowowoww
Apakah alurnya kecepetan??? Wkwk
Byeee wkwk

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang