The Secret

117 25 0
                                    

Baekhyun sejak tadi lebih memilih memperhatikan sosok Seulgi yang tengah sibuk membaca data dari beberapa kertas di tangannya di kursi miliknya, sementara namja itu justru duduk dengan tubuh menyandar di sofa. Kemarin mereka kembali dari kunjungan ke panti anak-anak terlalu larut, jadi keduanya memutuskan untuk melakukan evaluasi keesokan harinya. "Bagaimana?"

Seulgi menggeleng. "Ini sulit."

Baekhyun mengernyit. "Maksudmu?"

"Gejala yang dialami terlalu umum, muntah, demam, tekanan darah tinggi dan pembengkakan di wajah juga kaki." Seulgi menyerahkan lembaran di tangannya pada Baekhyun. Keduanya kini ada di ruangan dokter anak itu.

"Aku pikir dia memiliki masalah di bagian Glomerulus." Gumam Baekhyun. Seulgi mengernyit.

"Oppa juga berpikir begitu?"

"Tentu saja, itulah kenapa aku merekomendasikanmu melakukan kunjungan ke sana. Aku sudah melakukan kunjungan ke sana sekitar tiga bulan terakhir dan kasus yang terjadi pada anak ini sangat menggangguku."

"Dugaan sementaraku adalah *nephritic syndrome." Seulgi melepas kacamatanya, menatap ke arah Baekhyun.

Baekhyun terdiam. "Apa katamu?" laki-laki itu kini menegakkan tubuhnya.

"Nephritic syndrome. Umumnya, gejala yang sering timbul adalah sering buang air kecil yang diikuti rasa panas atau perih, nyeri panggul, warna urine cenderung keruh, bahkan bisa muncul darah dan nanah pada urine, selain itu juga nyeri di sekitar pinggang hingga perut. Tapi, ada gejala lain yang bisa saja timbul, termasuk muntah, demam, tekanan darah tinggi dan pembengkakan pada wajah dan kaki."

Baekhyun menatap perempuan di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Seulgi sampai keheranan karena dia tak pernah melihat ekspresi itu sebelumnya. "Apa ada kemungkinan untuk sembuh?" lanjutnya.

Seulgi berdehem. "Geu-geurom, geundae, sindrom nefrotik yang tidak tertangani bisa memicu gagal ginjal kronis yang bersifat permanen."

Baekhyun beranjak dari sofa, berjalan ke arah jendela ruang kerjanya yang menampilkan situasi lalu lintas di luar rumah sakit. Seulgi yang melihat itu juga ikut beranjak. "Oppa, kau terlihat sedikit berbeda, apa-aku melewatkan sesuatu?" perempuan itu kini berdiri di samping Baekhyun.

Baekhyun hanya menarik sedikit ujung bibir kirinya, sementara Seulgi masih memperhatikan. "Kau tahu kenapa aku merekomendasikan panti itu untuk dilakukan kunjungan?"

Seulgi menggeleng.

"Di sana- aku menghabiskan waktu kecilku sebelum keluarga Byun mengadopsiku." Baekhyun terkekeh, tapi entah kenapa justru terdengar sendu di telinga Seulgi. "Pagi itu- tepat sekitar 25 tahun yang lalu, aku masih menunggu adikku yang terserang demam selama kurang lebih satu minggu. Wajah dan kakinya membengkak, setiap masuk siang dan menjelang malam, dia kerap sekali muntah. Ibu penjaga panti tak punya banyak uang saat itu, jadi setiap pagi aku membantu paman pemilik peternakan sapi untuk mengantar susu ke beberapa rumah dengan harapan aku bisa membawa adikku berobat."

Seulgi hanya mendengarkan, tak berniat mengeluarkan sepatah katapun, meskipun ini adalah hal baru baginya, mengetahui bahwa Baekhyun adalah anak angkat Tuan dan Ny Byun, salah satu jajaran dokter senior yang dulu bekerja di rumah sakit ini.

"Menjelang makan siang, aku kembali ke panti dan menemukan ibu panti sedang berbicara dengan abonim dan eomonim. Ibu mengenalkan mereka padaku dan membiarkan kami berbicara sebentar. Katanya...mereka tertarik padaku saat melihatku pertama kali di acara yang melibatkan donatur panti."

"Mereka- mau mengadopsimu?" tanya Seulgi hati-hati.

"Emm. Hanya aku, mereka tak ingin membawa Baekhee. Padahal saat itu aku kira mereka akan mengadopsi kami."

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang