29. Ruang rahasia

555 32 0
                                    

Sesuai janji Evan ia akan ikut bersama zea untuk pulang kerumahnya.

Sekarang ia sedang berada di mobil bersama Azka dan zea. Ya memang tadi zea memintanya untuk ikut bersamanya naik mobil.

"Zea gue gugup nih" kata Evan memecahkan keheningan

"Elah pake gugup segala lo. Ini itu bukan acara nikahan lo jadi lo gak usah gugup" Kata zea lalu terkekeh pelan

"Tapi tetep aja gue gugup. Gue takut kalau keluarga lo gak nerima gue dan gue malah bikin malu disana"

"Kalau tau kenapa lo tetep lo lakuin" kata Azka dengan suara dingin

Zea yang mendengar perkataan Azka tadi langsung memukulnya keras. "Aww sakit ze!" Protes Azka

"Jangan gitu ah gak suka aku!" Bisik zea

"Kenapa sih? Dia itu malu maluin terus ngerepotin orang terus" kata Azka sengaja

Zea menahan emosinya. Ini yang dia tidak suka dari Azka. "Kak Evan jangan denger in kata dia ya. Perkataannya suka ngawur"

"Iya gpp ze"

Zea yang mendengar nada suara Evan yang menurun langsung merasa tidak enak padanya.

"Udah sampai" kata Azka

"Yuk Kak Evan turun" suruh zea kepada Evan yang sedang merapikan pakaiannya

"Mama papa zea pulang!" Teriak zea didepan pintu

"Zea jangan teriak teriak sayang" tegur papa zea

Sedangkan yang ditegur hanya tersenyum. Zea berjalan ke arah papanya sambil tersenyum sangat manis. Papanya yang melihat itu curiga dengannya, ia jarang melihat anak gadisnya ini tersenyum sangat manis, kecuali kalau sedang minta sesuatu.

"Papah zea mau minta sesuatu" rengek zea yang duduk di sebelah papahnya

"Mau apa hm?" Tanya papa zea lalu mengelus rambut anaknya

"Itu ada kakak barunya zea. Namanya Evan, dia hidup sendiri pah. Dia gak pernah dapet kasih sayang dan gak pernah dianggap sekalipun. Keluarganya gak ada yang peduli sama dia. Jadi intinya zea mau dia tinggal disini sama kayak bang arka. Boleh ya dia tinggal disini" ijin zea

Papah zea melihat ke arah Evan. Jujur saja ia sangat kasian kepada Evan. Tapi ia harus meminta persetujuan semua anggota keluarga. "Mama sama Abang setuju?"

"Mama sih setuju"

"Arsya sih gak punya masalah apa apa sama Evan jadi boleh"

Aldo yang merasa diperhatikan menoleh. "Iya Aldo setuju"

Mendengar itu hati zea merasa sangat senang. "Yay! Berarti boleh ya tinggal disini"

"Tapi tunggu dulu" cegah Arsya

"Kenapa lagi sih?!"

"Dia mau tidur dimana?" Tanya Arsya

"Yaampun bang Arsya... rumah ini itu banyak kamar tapi gak banyak orang" jawab zea lalu memutarkan bola matanya malas

"Lo belum tau ya? Viola,kak violet,tante Marsha dan om yoga kan mau kesini"

"What! Lo kok gak bilang sama gue? Malah yang dateng om yoga lagi abis dah gue" kata zea panik

"Loh kan gue udah chat udah lo jawab juga"

"Hari apa emang lo chat?"

"Kemarin gue chat nya lo jawab iya"

"Oh.... zia lo pasti yang jawab chat itu kan soalnya kemarin lo pegang HP gue"

"Mungkin iya" kata zia dengan muka tak ada dosa

Sahabat jadi cinta [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang