~Chapter 12

17 7 0
                                    

Seorang gadis dengan mata yang berkantung akibat tidak tidur karena memikir kan perkataan kakak kelasnya itu.

"Apa salah jika aku menyukai dia? Aku rasa perasaanku kepada Kak Iqbal bukan seperti perasaan sebagai seorang teman. Melainkan seperti seorang gadis dan kekasihnya. Aish! Aku ini apa-apaan sih! Kenapa aku mikirnya gitu," batin Agatha

"Agatha, bangun, Nak! Udah jam 06.15!" teriak Mama Agatha dari dapur

"Astaga udah jam 06.15 aja padahal aku belum tidur. Sudalah! Lebih baik aku siap siap dari pada ntar kena amukan singa," kekeh Agatha sambil beranjak dari tempat tidurnya.

"Pagi, Ma, Pa," sapa Agatha kepada kedua orang tuanya yang sedang sarapan di meja makan.

"Pagi juga, sayang" ucap Papa sambil mengoleskan selai coklat pada rotinya.

"Pagi juga, Nak," balas Mama Agatha menyapa.

"Ma, Agatha 'kan bukan anak-anak lagi Ma, jadi berhentilah memanggilku dengan sebutan 'Nak'," omel Agatha pada Mamanya karena suka sekali memanggilnya dengan embel-embel *nak*

Yang diomelin pun hanya terkikik geli melihat anaknya kesal pagi-pagi.

"Ah, Mama bikin aku bete aja," decak Agatha kesal.

"Udah, berangkat gih 20 menit lagi bel, lho," ucap Papa Agatha.

"Astaga, yaudah aku pergi dulu ya Ma, Pa" pamit Agatha meninggalkan kedua orang tuanya dan melupakan sarapannya.

"Hati-hati," ucap Mama Agatha.

"Iya, Ma," jawab Agatha sambil lalu pergi.

Di kelas.

"Hei kamu yang tidur!" teriak Bu Aira yanv konon katanya guru ter-killer di SMA Guna Bangsa.

Agatha pun terkejut karena teriakannya Bu Aira tadi.

"Mengapa kamu tidur di jam pelajaran saya?!" Bu Aira menatap Agatha dengan tatapan yang tajam dan mengerikan.

"Sa- saya b- bu?" tanya Agatha meyakinkan Bu Aira.

"Iya lah kamu masa iya kang Asep yang tidur di kelas," tungkas Bu Aira kesal.

"Maaf bu saya semalam----" belum sempat Agatha berbicara ada yang memotong.

"Halah Bu, paling juga semalam habis jalan-jalan sama Kakak kelas yang hits," ucap salah satu siswi yang dikenal sebagai salah satu teman yang dekat dengan Kirana.

"Cih dasar wanita murahan!" ujar Santi ikut-ikutan.

"Iyuh kok gua jijik ya sama dia," ujar Riko mantan Agatha.

"Pantes aja bisa masuk sini rupanya dapet duit karena deketin kakak kelas yang tajir toh," cibir Risa.

Cibiran demi cibiran keluar dari mulut mereka sampai akhirnya ...

Brakk!

"Heh! Mulut kalian tuh dijaga, ya! Mana ada Agatha kaya gitu! Jangan nilai orang dari luar dong!" Riri membentak seluruh murid yang ada di dalam kelasnya.

"Sudah, sudah! Lain kali jangan tidur lagi, ya!" ujar Bu Aira seraya pergi meninggalkan ruang kelas karena waktu istirahat telah tiba.

KRING!

"Udah yuk, Tha kita ke taman aja. Males disini banyak lambe turah," cibir Riri seraya menarik tangan Agatha.

"Ri, lo yakin masih mau main sama dia?" ledek teman dekat Kirana.

"Ya ampun Riri mending lo tuh main sama gue aja, daripada sama cewe murahan kaya Agatha," cibir Santi.

"Cih dasar munafik kalian!" sanggah Riri kesal dan membawa Agatha ke taman.

Agatha dan Riri pun berada di taman. Agatha menangis tak berhenti.

"Ri, kenapa sih mereka tetep aja ngatain aku kaya gitu," ujar Agatha sambil menangis sesegukan.

"Mereka sirik sama kamu, Tha. Udah gak usah pikirin kata-kata mereka, ya," tutur Riri menenangkan Agatha.

Saat mereka sedang duduk di taman, Kak Iqbal datang menghampiri mereka.

"Tha, kamu kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Kak Iqbal khawatir.

"Agatha dikatain sama temen-temennya karena dekat sama Kakak," ujar Riri menjelaskan.

"Ya ampun, Tha. Maafin Kakak ya gara-gara Kakak kamu jadi begini." Kak Iqbal mengelap air mata Agatha dan menatapnya tajam sambil berkata," Gak akan ada yang boleh membuat wanita spesialku ini menangis."

IQHA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang