~Chapter 5

47 13 0
                                    

"Hoaammm!" Agatha menguap, ia terbangun karena suara bel membangunkannya dan mimpi indahnya harus berakhir.

"Astaga udah bunyi bel, gimana nih?" ujar Agatha panik, ia meruntuki dirinya sendiri karena tertidur terlalu lama hingga mengakibatkan ia telat untuk masuk ke kelas.

"Kalau lari waktunya cukup tidak, ya?" tanyanya pada diri sendiri sembari berpikir. "Ah! Bodo amatlah yang penting sampai," lanjut Agatha  dan bicara pada dirinya sendiri.

Agatha keluar dari perpustakaan, ia pun lari terkocar-kacir menuju kelasnya yang terletak di lantai dua.

Sebisa mungkin ia berlari dengan cepat menggunakan kakinya yang  kecil, dan ia tidak peduli terhadap umpatan teman-temannya yang ia tabrak, yang terpenting sekarang ia harus segera sampai di kelas tepat waktu sebelum guru yang mengajar di kelasnya datang.

Agatha berlari dengan sekuat tenaganya, sesekali ia menengok jam tangan yang terlingkar manis di tangan kirinya.

"Dikit lagi, ayoo Agatha semangat," tuturnya ketika ia melewati koridor kelas 11.

Brukk!

Saat di pertengahan tangga Agatha tidak sengaja menabrak seseorang.

"Maaf ... Maaf ... Aku nggak sengaja," kata Agatha seraya menangkupkan kedua tangannya di dada, kepalanya menunduk mengakibatkan helaian rambut yang ia miliki menutupi wajah Agatha.

"Lain kali hati-hati."

Deg!

Agatha mendongak, melihat siapa yang ia tabrak. Betapa terkejutnya ia ketika ia mengetahui siapa yang ia tabrak.

"Kak Iq---bal?" ucap Agatha terbata-bata, sungguh ia terkejut ketika ia mengetahui siapa yang ia tabrak.

Iqbal tersenyum, menatap Agatha dari atas sampai bawah.

"Kamu kenapa lari-lari begitu?" tanya Iqbal penasaran.

Sungguh Agatha sangat gugup sekarang, bagaimana ia tidak gugup jika sekarang yang ada di hadapannya adalah kakak tingkat yang ia kagumi.

"Hmm, anu Kak," ujar Agatha begitu gugup dengan jantung yang berdegup cepat.

"Ya?" Kak Iqbal menaikan kedua alisnya, menatap Agatha yang tengah gugup. Ia terkekeh melihat Agatha seperti ini.

"Kak Iqbal kenapa, ha?!" sungut Agatha ketika melihat Iqbal yang terkekeh, sejujurnya hatinya senang melihat senyum Iqbal, rasanya taratakdung odadingnya mang oleh.

"Hihihi ... Kamu lucu," kata Iqbal seraya mengelus puncak kepala Agatha.

Blushhh!

Pipi Agatha memerah seperti kepiting rebus, ia meruntuki pipinya yang tiba-tiba seperti memakai blush on yang begitu tebal saat ini.

"Kamu lucu kalau gugup di tambah pipimu merah gitu, hihihihi," ucap Kak Iqbal seraya memegang kedua kantong pada sakunya.

Lagi-lagi Kak Iqbal terkekeh, sedangkan Agatha jengkel bukan main karena Iqbal menertawakannya.

"Kak Iqbal, ishh ngeselin banget!" rengek Agatha seperti seorang anak kecil.

"Hahaha," lepas susah tawa Iqbal, ia tak sanggup melihat Agatha yang terlihat seperti anak kecil, menggemaskan pikirnya.

"Udahlah, aku mau ke kelas dulu," ujar Agatha sambil merajuk dan berjalan melewati Kak Iqbal yang masih tertawa, ia menghentak-hentakan kakinya di tanah, ia merasa sebal dengan Kakak kelasnya ini.

"Tunggu!" Agatha berhenti berjalan, ia berbalik menatap Iqbal yang tengah menatap nya juga dengan senyum tiga jari yang terpampang di wajahnya.

"Besok-besok jangan sampai tertidur di perpustakaan lagi," pesan Iqbal yang di akhiri dengan kekehan.

Blush!

Deg!

Deg!

Deg!

Pipi Agatha memerah lagi dan jantungnya berdegup begitu kencang. Ia sangat malu.

"Ha?! Apa-apaan ini? Kak Iqbal lihat aku tidur di perpustakaan?" ujar Agatha bertanya-tanya dengan perasaan senang bercampur malu. 'Aduh, malu banget, ya Tuhan' batin Agatha.

Agatha berbalik, melanjutkan jalannya untuk ke kelas, ia berjalan dengan tergesa-gesa untuk menghindari Kak Iqbal yang tengah tertawa.

''Ughhh! Menyebalkan banget, sih Kak Iqbal," racau Agatha yang tak terima di tertawakan oleh Kak Iqbal.

Agatha menambah kecepatan berjalannya ketika melihat koridor kelas 10 telah sepi.

"Hosh! Hossh! Akhirnya sampai juga," ucap Agatha ketika sampai di depan pintu kelasnya.

"Ya Tuhan, untung gurunya belum datang," imbuh Agatha langsung menuju tempat duduknya.

"Agatha!" Agatha mendongak mencari sumber suara yang ia rasa milik Riri.

Agatha menghampiri Riri dengan nafas yang terengah-engah.

"Kamu kenapa? Kok tergesa-gesa gitu?" tanya Riri melihat Agatha keluar keringat pada dahinya.

"Tadi aku ketiduran di perpustakaan sampai bel pelajaran bunyi," ujar Agatha menjelaskan pada Riri.

"Lah kamu ini, ada-ada aja. Kalau mau tidur di perpustakaan lebih baik saat kelas kosong, lah ini masih ada kelas malah enak-enakan tidur. Lucu, ya kamu hahahaha," kelakar Riri.

"Kamu ini, temennya nggak ada di kelas bukannya dicariin malah di ledekin," decak Agatha kesal pada Riri.

"Habisnya kamu lucu sih, hahahaha," ujar Riri sembari tertawa terkekeh-kekeh.

"Udahlah aku capek," ucap gatha menelungkupkan kedua tangannya di atas meja, meletakkan kepalanya kepada kedua tangan nya, ia ingin istirahat sebentar sebelum guru datang.

"Agatha, tadi aku lihat instastory milik Kak Iqbal,'' ucapan Riri membuat Agatha mendongak menatap Riri dengan raut wajah penasaran.

"Emang apa isinya?" tanya Agatha penasaran.

"Yang aku lihat, Kak Iqbal di situ mengunggah sebagian foto seseorang yang tengah tertidur dan latarnya seperti di perpustakaan."

Agatha diam, ia bungkam. Jadi benar tadi Kak Iqbal ke perpustakaan? Apakah yang ada di foto itu dia? Atau malah orang lain?

"Iyakah?" tanya Agatha guna memastikan. Riri mengangguk menjawab ucapan Agatha.

'Apa yang dimaksud Riri di foto itu aku, ya? Ah, tidak! Mana mungkin' batin Agatha risau.

Agatha membuka benda pipih yang berada di saku roknya, membuka aplikasi Instagram miliknya.

Ia terkejut ketika telah membuka aplikasi Instagram-nya.

Muhammad Iqbal following you.

'Kak Iqbal nge-followback akun aku?' batin Agatha sembari tersenyum bahagia.

Agatha memencet akun Iqbal, melihat instastory milik Iqbal, di sana terdapat foto seseorang yang tengah tertidur, tapi sayangnya hanya tangan dan kepalanya saja yang tertangkap kamera. Sepertinya Iqbal sengaja memotret kepala dan tangannya saja.

'Tapi tunggu, sepertinya ia mengenal tempat dan tangan seseorang ini. Apa benar seseorang ini adalah dia? Mana mungkin! Untuk apa Kak Iqbal memotretku?' batin Agatha gundah.

IQHA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang