~Chapter 18

8 6 0
                                    

Bel tanda masuk pun berbunyi. Sedangkan Iqbal dan Agatha masih menikmati makanan mereka.

"Kak, udah masuk, nih!" Agatha panik dan memakan bakso dengan buru-buru.

Tingkah Agatha sontak membuat Iqbal tertawa.

"Hahahaa, Tha. Kamu lucu banget, sih. Santai aja, Tha," ujar Iqbal sambil menyantap makanannya dengan tenang.

"Kenapa gak panik, sih? Sudah masuk kelas, nih," ujar Agatha sambil mengelap mulutnya dengan tissu.

"Ngelap mulut aja gak bener, gimana sih?" Iqbal membersihkan mulut Agatha dan mereka saling berpandangan satu sama lain.

"Awas nanti jatuh cinta, cinta kepada diriku," ledek Agatha kemudian tersenyum.

"Kakak 'kan sudah jatuh cinta sama kamu, bogel," gurau Iqbal membaut Agatha merajuk.

"Ish! Ngeselin lu!" rajuk Agatha.

Saat mereka sedang berbicara, guru BK pun datang untuk mengecek apakah masih ada siswa yang berada di kantin.

"Heh! Kalian ngapain masih di sini? Cepat ke kelas!" suruh Bu Risma dengan tegas.

"I-iya, Bu."

Agatha dan Iqbal pun berlari meninggalkan kantin. Iqbal terus menggandeng tangan Agatha dna melepasnya saat mereka sudah sampai di kelas Agatha yang masih sepi tidak ada guru.

"Tuh kan, guru itu ngaret jadi santai aja, Tha," ujar Iqbal.

"Ekhem! Murid yang seharusnya disiplin dan bisa mengatur waktu," ujar Pak Marno, guru sejarah Iqbal dari arah belakang.

"Halo, Pak," sapaku pada Pak Marno seraya mencium tangannya.

"Eh, ada si Bapak ganteng. Ayo belajar, Pak saya sudah tidak sabar, hehe," ucap Iqbal dengan semangat.

Aku pun masuk ke kelas dan meninggalkan mereka berdua yang berjalan menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas, Riri pun datang menghampiri Agatha dengan hebohnya.

"Tha! Tadi kamu berduaan sama Kak Iqbal, ya? Cie," ledek Riri dengan hebohnya.

Agatha yang melihat tingkah Riri menutup mulutnya karena mereka menjadi sorotan.

"Sst! Jangan berisik! Nanti mereka sirik lagi," ujar Agatha panik.

"Iya, maaf."

_'Tha, aku juga mau seperti kamu. Kamu bisa dekat dengan Kak Iqbal.'_ batin Riri dalam hati.

Kelas pun dimulai, Agatha dan Riri sedang fokus memperhatikan Bu Ayu yang sedang mengajar. Namun, saat mereka tengah belajar, tiba-tiba kaca di kelas mereka pecah diduga adanya aksi tawuran yang berada dekat sekolah mereka.

"Aaaaa!" teriak semua siswa panik dan berhamburan keluar kelas.

"Anak-anak ayo keluar! Jangan dorong-dorongan!" perintah Bu Ayu segera keluar kelas.

Agatha pun panik dan Kak Iqbal datang ke kelas. Namun, Kak Iqbal bukannya menarik tangan Agatha malahan menarik tangan Riri.

"Tha!" teriak Riri karena ditarik oleh Iqbal yang meninggalkannya di kelas.

Saat Agatha ingin keluar dari kelasnya, perutnya keram dan ia begitu kesakitan tak berdaya di lantai kelas. Keadaan kelas semakin berantakan karena adanya pecahan kaca yang dilempar lagi oleh siswa anarkis.

"Tolong!" lirih Agatha yang tak bisa lari kemana-mana.

"To--"

Agatha semakin tak berdaya. Ia berusaha bangkit, namun sebuah kaca terlempar kearahnya.

Praankk!

Agatha tergeletak dipenuhi darah dimukanya karena lemparan kaca tadi.

"Anak-anak, apakah semuanya selamat? Tidak ad ayang tertinggal di dalam kelas, 'kan?" tanya Bu Ayu memastikan.

"Lho? Agatha mana?" tanya Riri panik sambil mencari Agatha.

"Bukannya tadi gue narik tangan Agatha, ya?" tanya Iqbal pada Riri.

"Lo salah narik Kak, lo narik tangan gue," sahut Riri panik dan kesal.

Sontak Kak Iqbal pun langsung masuk ke kelas dan melihat Agatha tergeletak dilumuri darah dimukanya.

"Tha! Tha, bangun!" Iqbal mengguncangkan tubuh Agatha dan menangis.

Iqbal memegang pipi Agatha yang penuh darah. Akhirnya, Iqbal pun menggendong Agatha dan keluar dadi kelas yang semakin kacau.

IQHA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang